抖阴社区

part 6

51 11 0
                                    

Tapi ketika Ali hendak berjalan menuju mobil tiba-tiba Ikbal menarik tangannya. "Ngga mau ngopi dulu? Udah lama nih ngga ngopi bareng"

Ali tersenyum menanggapi nya. "Ku kira kamu sudah tidak kenal dengan aku" ucap Ali. Sementara keluarga kyai Umar sudah menantinya di dalam mobil.

"Ngga dong. Masa sahabat sendiri lupa?" Ucap Ikbal. "Yuk ngopi dulu, pulangnya nanti aja aku antar sekalian lihat-lihat pesantren" ucap Ikbal.

"Bukannya ngga mau, tapi pulang dari sini aku harus mengajar santri-santri yang lain" ucap Ali tidak enak hati. Ali pun sebenarnya ingin menerima ajakan sahabat lamanya itu. Di tengah kesibukan mereka berdua kepan lagi mereka bisa mengobrol seperti dahulu. "Tapi jika kamu mau lihat-lihat pesantren boleh datang kapan saja, mau sekarang juga boleh, nanti selesai mengajar kita bisa mengobrol di Menara masjid seperti dulu" lanjutnya, yang membuat nostalgia sepuluh tahun ke belakang.

Ikbal hanya tertawa dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Waduh, jadi kangen menara masjid hahaha" ucapnya. "Nanti aku kesana deh tapi kalo sekarang aku gabisa, next time aja ya"

"Baiklah" ucap Ali. "Aku pamit dulu kalo gitu"

Ikbal mengangguk. Dan menjawab salam dari Ali setelah Ali mengucapkan salam.

Ali masuk ke dalam mobil untuk pulang. Sementara Ikbal masuk ke dalam rumah.

"Hubungan bang Ikbal sama Gus Ali apa? Kok akrab banget keliatannya" ucap Syifa yang sudah berada di dekat Ikbal.

"Kepo deh, anak kecil tidur aja sana" ucap Ikbal lalu ia pergi ke dalam rumah.





♥♥♥

Saat ini Ali sedang murojaah di bangku yang berada di depan rumah, kali ini ia murojaah kitab Fathul izar, mengingat beberapa hari lagi ia akan menikah. Ali harus mengingat lagi tentang bab pernikahan.

"Gus Ali mau di buatin teh gak?" Ucap seorang perempuan yang datang menghampiri ali dari dalam rumahnya.

"Tidak usah" jawab ali tanpa mendongak sedikit pun. Karena tanpa melihat wajahnya saja pun ia tahu jika itu suara Rina.

"Kok nolak sih?" Ucap Rina tidak merasa puas atas jawaban Ali.

Ali menghela nafas berat. Kenapa harus ada Rina di tengah ketika ia sedang murojaah?  Kenapa Rina tidak bisa sehari saja tidak mengusik hidup nya ?

"Rina, kamu itu lagi piket, jadi jalankan saja tugas mu di dalam, jangan ganggu saya" ucap Ali yang masih fokus dengan kitab nya.

Kebiasaan Rina jika sedang piket pasti menganggu Ali. Sementara Yeni dan Widia teman jadwal piketnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Rina kemudian tidak berkata apapun. Ia hanya berdiri di tempatnya. Di sebelah Ali.

"Ngapain masih di sini?" Tanya Ali.

"Gus Ali, kapan mau Nerima cinta nya Rina? Rina sayang sama Gus, Rina rela ngorbanin apa aja demi Gus Ali" ucap Rina secara tiba-tiba.

Lagi-lagi ali menghela nafas panjang. Menghadapi Rina membuatnya kehilangan begitu banyak tenaga.

"Lupakan saja perasaan mu itu" ucap Ali singkat.

"Gak bisa Gus, Rina cuma mau jadi milik gus ali, itu aja" ucap Rina. "Kapan Gus Ali Nerima Rina? Apa Rina harus sujud dulu sama Gus?"

"Rina sadarlah! Perasaan mu itu hanya sebatas nafsu syaitan, lupakan perasaan mu dan fokus lah mencari ilmu di pondok ini" jawab gus Ali.

"Gus.. Rina mohon sama Gus... " Rina merengek sambil mendekati Ali.

Ali yang menyadari nya lantas berdiri dan menjauh sebelum Rina semakin dekat dengannya. "Astaghfirullah Rina! Sadar!" Ucap Ali kemudian ia pergi ke kamarnya. Meninggalkan Rina yang masih berdiri di tempatnya.

"Sampai kapan aku harus begini sama kamu gus ?" Lirih Rina.

Sementara di dalam, Ali berjalan tergesa-gesa menuju kamarnya. Sebelum masuk ke dalam kamar, ia bertemu dengan Mada di ruang tengah. "Sebaiknya santri putri piket di luar rumah saja, biarkan santri putra yang piket di dalam rumah" ucap Ali.

"Loh kenapa emangnya ?" Tanya Mada heran.

Ali tak menanggapinya, ia langsung masuk ke dalam kamar karena sudah tidak tahan amarah nya kian memuncak.

Mada yang melihat nya hanya bisa diam karena masih terbalut dalam keheranannya.



_______________________________





Cinta Dari Restu Orang Tua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang