🌑 : Flashback
🌕 : Non FlashbackMasukkk takkk?
🌑
Arvie berjongkok memilah-milah buku di depannya dengan semangat, matanya berbinar dengan mulut sedikit terbuka.
Arvie hari ini pulang jauh lebih cepat dari sebelumnya, ternyata bekerja merangkai bunga terasa lebih mudah setelah dia sudah terbiasa.
Saat Arvie keluar dari toko, tidak jauh dari toko ada seorang kakek yang berjualan berbagai macam buku, kakek itu berjualan dengan mengemper di trotoar.
Arvie yang penasaran kemudian menghampiri kakek itu, dan melihat-lihat buku di sana. Sampai tanpa di sadari Arvie malah tenggelam di dalam kekaguman.
Meski tidak bisa membaca, Arvie bisa tau kalau buku-buku itu adalah buku yang bagus, dilihat dari covernya.
Ada buku-buku yang berisi banyak gambar, sepertinya itu buku untuk anak-anak. Lalu ada buku yang semuanya hanya berisi tulisan.
Tapi Arvie heran, karena buku-buku itu dijual dengan harga yang sangat murah. Hanya sekitar 3 - 10 ribuan, buku paling tebal dan besar saja hanya 15 ribu. Apa kakek penjual itu tidak rugi? Padahal meski sudah terlihat agak kusam, tapi bukunya masih bagus-bagus saja kok.
"Kakek maaf kalau pertanyaan Vie aneh, tapi kenapa buku-buku ini dijual murah? Padahal bukunya masih bagus." Arvie bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari buku anak-anak di tangannya.
Kakek-kakek penjual itu tertawa mendengar pertanyaan Arvie, dia lalu menghela napas berat sembari menatap sedih buku-buku dihadapannya, "Sebenarnya buku-buku ini berasal dari perpus kecil milik kakek. Dulu, kakek membangun sebuah perpus di desa terpencil, niatnya untuk meningkatkan minta baca orang-orang, dan mengurangi jumlah buta huruf. Awalnya, perpus itu cukup ramai. Tapi semakin lama, semakin berkembangnya zaman, orang-orang mulai meninggalkan perpustakaan..."
Kakek itu terkekeh pelan, dia lalu menatap langit, "Beberapa tahun ini, orang-orang yang datang ke perpus jadi bisa dihitung dengan jari. Buku-bukupun jadi banyak yang terbengkalai karena tidak ada yang membaca. Akhirnya kakek memutuskan untuk menjual buku-buku ini."
Arvie memiringkan kepalanya, "Tapi kan kakek bisa jual buku-buku ini dengan harga mahal?"
Kakek itu kembali tersenyum mendengar pertanyaan polos, namun sangat realistis Arvie.
"Bagaimana menjelaskannya ya... Dulu, kakek membeli semua buku ini dengan tujuan untuk menolong orang-orang, kakek sama sekali tidak berniat mencari atau menginginkan keuntungan sepeserpun. Jadi kalau kakek menjual buku-buku ini dengan tujuan mencari keuntungan, atau mengembalikan modal yang dulu, rasanya seperti mengkhianati diri sendiri."
Arvie menganggukkan kepalanya, dia tidak terlalu paham maksud ucapan kakek, tapi dia tau kakek itu adalah orang yang baik, dan memiliki niat yang baik.
"Menurut kakek, mana buku yang bagus dan baik untuk menambah wawasan?" Arvie menyentuh bibir dengan jari telunjuk mungilnya, matanya mengedar melihat buku-buku itu.
Arvie berniat membelikan Askara dan Avalle buku, agar kedua saudaranya itu bertambah pintar.
"Semua ini bagus kok, memangnya kamu mau membeli buku seperti apa?"
Arvie menatap kakek sambil mengerjap bingung, "Mau beli buku yang bagus? Buku yang bisa bikin pintar."
Kakek itu tergelak mendengar jawaban Arvie, "Nak, tenang saja, tidak satupun dari buku ini berisi hal-hal yang menyesatkan, semua buku ini adalah buku yang bisa menambah ilmu pengetahuan. Kamukan sudah melihat-lihatnya, sudah membaca beberapanya juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
Arvie : My World
Teen FictionBukan BL Arvie, melakukan pengorbanan yang sangat besar demi kedua saudara kembarnya. Setelah melakukan pengorbanan itu, karena merasa keberadaannya hanya akan memberatkan mereka berdua, Arvie memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka. Tanpa dia sa...