抖阴社区

27. Arsenna?

4.8K 768 39
                                        

🌑 : Flashback
🌕 : Non Flashback

🌕

"Capek... Kenapa kita gak keluar-keluar dari hutan." Arvie berjongkok dengan wajah kelelahan.

Pemuda di depannya lalu ikut berjongkok juga. Arvie mendongak, dia memperhatikan wajah pemuda itu, pemuda yang sudah menolong menariknya dari jurang.

Arvie cukup yakin kalau pemuda itu bukanlah manusia. Bagaimana ya... Wajahnya sangatlah pucat, kulitnya juga sangat dingin, sedari tadi juga dia terus diam tidak mau berbicara. Tapi anehnya, Arvie sama sekali tidak takut, dia justru malah merasa tenang.

Selain itu, semakin Arvie perhatikan, dia entah mengapa merasa familiar dengan wajah pemuda di depannya, rasanya seperti dia mirip seseorang.

Pemuda itu memiliki badan yang cukup tinggi, setinggi Avalle lah, wajahnya sangat bersih walau sangat pucat juga, matanya berbinar-binar saat dia menatap Arvie. Kalau bukan karena kulit pucatnya, dia benar-benar terlihat seperti manusia.

"Kita udah jalan lama banget, tapi kok gak nemu-nemu jalan keluar." Arvie kembali mengeluh.

Setelah ditolong tadi, mereka berusaha untuk keluar dari hutan, tapi entah mengapa mereka justru malah tersesat dan tidak kunjung menemukan jalan untuk kembali ke tempat perkemahan.

Mana hari sudah malam pula, untung saja ada cahaya rembulan yang membantu menyinari jalan mereka. Arvie juga merasa sangat kedinginan, syal yang Avalle berikan menyangkut di akar tempatnya berpegang tadi.

"Askara sama Avalle... Mereka pasti lagi nyari-nyari aku kan?" Mengingat kedua saudaranya, Arvie kembali menangis, seharusnya dia tadi mendengarkan ucapan Avalle.

Pemuda di depan Arvie menatap Arvie dengan sedih, dia lalu menuliskan sesuatu di tanah dengan jarinya.

"Ja. Ngan. Se. Dih." Arvie membaca tulisan pemuda itu.

"Me. Re. Ka. Pasti. Mene. Mukan. Kamu."

Arvie terkekeh melihat tulisan pemuda itu yang cukup jelek, rasanya seperti melihat tulisan dari anak berusia 6 tahun.

"Hehehe, di dunia hantu tidak ada sekolah ya? Tulisanmu jelek."

Pemuda itu mengembungkan pipinya kesal, matanya menyipit, kenapa Arvie malah jadi fokus ke sana?

"Hehehehe maaf-maaf." Arvie terkekeh sembari menepuk-nepuk kepala pemuda di depannya, membuat tatapan pemuda itu melembut.

Pemuda itu lalu menunjuk ke sebuah pohon di belakang Arvie. Arvie menoleh ke arah pohon itu, "Kenapa? Kamu ingin kita beristirahat di sana?"

Pemuda itu mengangguk semangat. Keduanya lalu beralih duduk di bawah pohon itu.

Arvie menyandarkan tubuhnya, matanya menatap langit yang penuh dengan bintang sembari tersenyum, "Kalau di kota mana bisa melihat bintang-bintang, sudah tercemar polusi cahaya."

Pemuda itu semakin merapatkan tubuhnya dengan Arvie, Arvie terkekeh gemas, dia lalu mengelus kepala pemuda itu, "Aku tau kamu bukan manusia, tapi kenapa aku tidak merasa takut sama sekali ya." Arvie menatap lamat hantu itu, sungguh... Semakin diperhatikan semakin Arvie merasa familiar.

Arvie : My World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang