Hari ini Taehyung, Arthur, Nathan, Jevan, Januar, dan Sagara sedang berkumpul di rumah duo JJ, alias Jevan dan Januar.
Di hari libur Taehyung akan menghabiskan waktunya di rumah bersama teman-temannya. Ia akan melepas pikiran dan beban beratnya terlebih dahulu. Seperti saat ini, mereka baru saja selesai menonton series, dan kondisi sekarang ini kembali ramai seperti di pasar, padahal hanya ber-enam orang saja.
Sekarang ini ada yang sedang mengobrol, berdiskusi, mengeluh tentang tugas, ada yang berebutan pisang goreng, ada juga yang tengah menyumpahi dosen killer mempersulit tugas. Oh, iya! Satu lagi ada yang anteng sendirian sambil makan jeruk.
"Dududududududududu oyee oyeee blekping!"
Tiba-tiba saja si Jeje slebew berteriak. Pria mungil nan berisik itu tiba-tiba saja berada di atas meja sambil memegang sapu lantai yang berubah fungsi menjadi mic dadakan.
Tak!
Sebuah botol minuman kosong mengenai kepala Jevan.
"Suara lo tuh fals! Jadi gak usah ngide nyanyi-nyanyi, mending gorengin pisang lagi sana," ujar Januar berkacak pinggang, gak habis pikir dengan tingkah absurd adiknya. Punya adek yang di luar nurul memang bikin esmosi sejiwa dan raga.
"Tau nih Je, tiba-tiba banget teriak kek orangutan lepas kandang," tambah Sagara. Savage. Double kill. Modyar kena ulti babang es. Sagara ini memang tipe diam-diam menghanyutkan.
"Jih, belum tau, nih ya, kenalin Jevan pacarnya Rose blekping, kalian gak tau aja sebentar lagi Jeje terbang ke Korea buat gantiin Bruno Pluto yang lagi collab sama my ayang, bawain lagu Apetu," Jevan menyunggingkan senyuman. Semua orang tertawa terbahak-bahak mentertawakan kehaluan Jevan, pemuda kelas dua belas yang sedang dilanda stress itu selalu mengaku-ngaku pacarnya mbak Ojeh asal Koreayah.
"Apateu, bukan Apetu," koreksi Taehyung yang tengah memetik gitar miliknya.
"Nah loh, dikoreksi langsung sama Kim Teha asli Koreayah."
Mereka tertawa jahat, menistakan yang paling kecil memang hobi para bujang tua akhir semester. Udah kek healing. Bawaannya seru kalo udah ngebully Jevan sampe nangis.
Taehyung berceletuk kembali. "Mau tau gak arti Apateu?"
Semua orang mengangguk tanpa terkecuali.
"Itu tuh pantun."Jevan mengernyitkan keningnya. "Ha? Emang iya? Bukannya apart—"
"Nanti kalian bilang cakep ya," instruksi Taehyung diangguki dengan ragu oleh mereka. Taehyung orangnya memang tidak dapat dipercaya, tapi kali ini masalah bakor bisa dipercaya, 'kan doi—Kim Teha alias Taehyung asal Korea. Btw, Arthur juga punya darah Korea tapi lahir dan besar di Jakarta jadinya beneran noob banget tentang Korea, dan fyi dia belum pernah ke Korea.
"Kue pepe kue putu," ucap Taehyung lantang.
"Cakep!"
"Kasian Jeje halu mulu," sambung Kim brankshake Taehyung. Semua orang tertawa terkecuali Jevan yang merasa tersakiti, terdzolimi, teraniayai, merasa tidak disayang lagi oleh mereka. Lebay.
Jevan ancang-ancang ingin melempar kaus kakinya, namun Taehyung lebih dulu menghindar. Alhasil, kaus kaki bau sikil kebo itu mengenai wajah babang tampan rupawan milik Arthur. Cowok narsis yang sialnya cakep banget dan terlihat nyaris sempurna. Mapan, mandiri, penyayang, gentleman, kebanggaan keluarga lagi.
"Anjing! Tuh kaus kaki kek gak pernah dicuci berabad-abad jir," keluh Arthur yang masih memasang mimik ingin muntah. Januar tertawa kuda sampai terbatuk-batuk, akhirnya bukan dia saja yang pernah mencium kaus kaki bekas raja Namrud, ada tumbal baru, ges.
"Emang gak pernah dicuci dari kelas sepuluh," Jevan menjawab dengan enteng penuh percaya diri, kejujuran dan ketekunan. Alay. Kata alay adalah nama tengah Jevan. Ahmed Alay Jevannandra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Tak Ada Lagi Luka
FanfictionHingga Tak Ada Lagi Luka Jungkook tumbuh dengan luka-luka yang tak terlihat-bukan hanya di kulitnya, tapi jauh lebih dalam, menyesakkan hingga ke relung jiwanya. Senyumnya terlalu lebar untuk menjadi nyata, tawanya terdengar seperti pelarian. Ia men...