抖阴社区

18. Langkah Pertama Menuju Pembalasan

23 0 0
                                        

"Ketika luka dan kepedihan telah menorehkan bekas yang dalam di hati, amarah dan kebencian bisa menjadi reaksi alami yang muncul. Tapi, apakah kita akan membiarkan emosi tersebut menguasai kita, atau kita akan menggunakan kekuatan itu untuk memperjuangkan keadilan dan memulihkan kembali apa yang telah hilang? Pilihan ada di tangan kita, dan konsekuensinya akan menentukan siapa kita di masa depan."

0o0

Suasana di rumah sakit masih dipenuhi aroma antiseptik yang menusuk hidung. Mesin-mesin medis terus berbunyi monoton, seolah mengiringi detik-detik yang terasa begitu lambat. Taehyung masih terbaring di ranjangnya dengan mata tertutup, napasnya naik turun pelan di bawah bantuan selang oksigen. 

Irene duduk di sisi ranjangnya, jemarinya menggenggam tangan Taehyung yang terasa dingin. Matanya sembab, tetapi bukan karena lelah, melainkan karena kemarahan yang terus membakar dadanya. 

Di sudut lain ruangan, Chen berdiri dengan rahang mengeras. Kedua tangannya mengepal erat, seolah menahan emosi yang hampir meledak. 

"Junho harus dihancurkan, iblis itu harus secepatnya dilumpuhkan."  Suara Chen pecah dalam keheningan. 

Irene mendongak dengan tatapan yang penuh kebencian. "Dia nggak bisa dibiarkan begitu saja, Chen. Aku nggak peduli seberapa berkuasanya dia. Aku ingin dia menderita."

Chen mengangguk setuju. "Aku akan cari bukti sebanyak mungkin untuk menyeretnya ke penjara. Kali ini, aku nggak akan gagal, Ren. Aku bersumpah. Nggak cuma Jungkook yang diperlakukan gak manusiawi sama dia, bahkan anakku—Taehyung merasakan hal sama.

Irene menoleh dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku tahu... Aku juga nggak bisa terima ini, Chen."

"Dia harus masuk penjara, Irene." Suara Chen terdengar tegas, matanya tajam seperti bilah pisau. "Taehyung dan Jungkook nggak pantas mengalami ini. Kita nggak bisa tinggal diam."

Irene terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia paham kemarahan Chen, dan ia juga merasakannya. Tapi di sisi lain, ada ketakutan yang sulit ia ungkapkan.

"Junho itu bukan orang sembarangan, Chen. Dia punya kekuasaan, dan dia nggak akan segampang itu jatuh," suara Irene bergetar.

Chen menggeram, frustrasi merayapi tubuhnya. "Maka dari itu kita harus cari cara. Aku nggak peduli seberapa kuat dia, orang seperti dia nggak boleh lolos dari hukum."

Irene menggigit bibirnya, menatap Taehyung yang masih diam dengan wajah lelah. Ia tahu kalau anak sambungnya itu pasti mengalami luka yang lebih dalam dari yang terlihat.

"Aku benci dia, Chen," suara Irene hampir seperti bisikan. "Aku benci Junho lebih dari siapapun di dunia ini."

Chen menoleh, sorot matanya melembut saat melihat betapa hancurnya Irene. Irene terluka. Dia tahu betapa sayangnya Irene ke Taehyung, terlebih baru mengetahui kalau Jungkook selama ini mengalami kekerasan dari ayah kandungnya—Junho, dan melihat kondisi Taehyung yang belum sadar juga psikis Jungkook yang kacau seperti ini jelas meninggalkan luka di hati Irene juga.

"Aku akan cari bukti sebanyak mungkin. Kita pastikan Junho mendapatkan apa yang pantas untuknya," kata Chen mencoba menenangkan.

Perkataan sang suami membuatnya sedikit lebih tenang, walau masih ketakutan. Ia takut bahwa Junho tidak akan berhenti sampai dia benar-benar hancur.

Di balik tembok luar ruangan, Jungkook berdiri mematung. Napasnya tercekat saat mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Irene dan Chen. Tubuhnya menegang, dan dadanya terasa sesak. 

Ayah kandungnya...

Junho...

Dia yang membuat Taehyung terbaring koma seperti ini. 

Tangan Jungkook mencengkram tembok dengan kuat, kuku-kukunya melukai telapak tangannya sendiri. Ada sesuatu dalam dirinya yang pecah. 

Selama ini, ia selalu berusaha untuk tidak membenci Junho sepenuhnya. Bagaimanapun, darah pria itu mengalir dalam tubuhnya. Tapi sekarang...

Junho bukan ayahnya. 

Dia adalah monster. 

Jungkook menggeretakkan giginya. Matanya mulai memanas, tetapi bukan karena kesedihan. Ini amarah. Ini kebencian yang begitu dalam, yang perlahan menguasai dirinya. 

Chen melanjutkan, "Aku akan bicara dengan orang-orang yang punya koneksi. Kalau perlu, aku akan buat dia kehilangan segalanya."*

Irene menatap Chen dengan mata yang tajam. "Aku harap itu terjadi, Chen."

Jungkook mengepalkan tangannya semakin erat. Detik itu juga, sebuah keputusan terbentuk dalam pikirannya. 

Ia tidak akan hanya diam. 

Dia akan membuat Junho membayar untuk setiap luka yang telah ia buat. 

Dengan napas berat, Jungkook berbalik dan berjalan menjauh. Langkahnya mantap, penuh dengan kebencian yang menggelegak di dalam dadanya. 

Jika Chen ingin Junho di penjara, maka Jungkook ingin lebih dari itu. 

Junho tidak hanya harus menderita—dia harus hancur.

Amarah dan kebencian bisa menjadi kekuatan yang sangat besar, tapi juga bisa menjadi racun yang memusnahkan diri sendiri. Ketika kita membiarkan amarah dan kebencian menguasai kita, kita kehilangan kendali atas diri sendiri dan menjadi budak dari emosi kita sendiri. Tapi, ketika kita bisa mengendalikan amarah dan kebencian kita, kita bisa menggunakan kekuatan itu untuk memperjuangkan keadilan dan memperbaiki kesalahan masa lalu. Apakah Langkah Pertama Menuju Pembalasan Jungkook itu yang terbaik?

Mari kita lihat.

-

Hingga Tak Ada Lagi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang