"Okay, now you have two years more." ujar seorang di seberang.
"Ya." jawab Xavier singkat.
Tut!
Ia pun mematikan telepon sepihak. Ibu kandungnya, atau kerap disebut sebagai Myo Cassano telah memberitahukan peringatan mengenai waktu yang ia miliki di Indonesia.
Xavier akan langsung dibawa ke Italia begitu lulus SMA. Tentu saja, itu bukanlah suatu pilihan bagi Xavier, melainkan.. Keharusan. Ibu nya terus mendesaknya agar ia tidak membantah dan mau ikut ke Italia.
Flashback
"Xavier, Mami akan jemput kamu ke Indonesia di bulan Juni tahun depan. Akan lebih baik jika kamu siapin mental kamu untuk ini semua, mengerti?" ujar Myo dengan nada dan aksen Italia yang terdengar sangat kental di balik telepon.
"Ya." jawab Xavier singkat.
"A-ah,. ya.. don't forget, about that boy." gumam Myo sembari berdeham seingkat.
"..?"
"I know, U love him.. Am I right?" celetuk Myo dengan datar.
"A-ah! It's none of your business! Mami gak perlu ikut campur tentang urusan Xavier!" sangkal Xavier dengan nada sedikit menggertak.
Kita semua pasti tahu, betapa besar rasa sayang, peduli, dan cinta Xavier kepada Ryan, pacarnya.
"Eum, saya ini orang tua kamu. And I know what the best things for you!" gertak Myo melalui telepon.
"But, he's not doing anything!" balas Xavier tak mau kalah.
Perdebatan sengit antara sepasang Ibu dan Anak yang tidak harmonis itu pun terus berlanjut hingga Xavier akhirnya mengalah. Ia tahu, melawan Ibu nya itu sangat mengikis mental dan tenaga, buang-buang waktu saja!
"Hm, Mami bakal daftarin Xavier di suatu agensi black market." gumam Myo sepelan mungkin.
"A-apa?! Mami bakal ngejual Xavier?!" seketika mata Xavier membulat tanda ia kini tengah benar-benar geram dan muak.
"No, of course no.. that's not the point. Mami cuma mau Xavier masuk agensi black market agar kamu bisa belajar teknik marketing di sana. Dan, kalau tetap tidak bisa.." ucap Myo panjang lebar seraya menggantungkan kalimatnya di akhir.
"Tidak bisa apa?" tanya Xavier yang kini tengah berusaha menenangkan dirinya di balik telepon.
"Mami akan daftarkan kamu untuk menjadi seorang pembunuh bayaran." celetuk Myo setenang mungkin.
Xavier cuma bisa terdiam mematung. Ya gimana gak shock coba?! Mami nya mau masukin dia ke agensi pasar gelap, terus ditambah harus mengemban tugas sebagai seorang pembunuh bayaran?! Stresss ya Mami nya.
"Tidak ada bantahan. This is your choice."
"T-tapi,. this is my life! My own f*ckin life! Kenapa malah Mami yang seenaknya ngatur?!" bentak Xavier melalui saluran telepon.
"Don't need to shout. Mami cuman mau yang terbaik untuk Xavier." jelas Myo dengan suara lirih.
"Terbaik katanya?" batin Xavier yang sudah sangat lelah sama kelakuan Ibu kandungnya sendiri.
"Deal? Atau,.. Mami harus singkirin dulu anak itu,. eumm namanya kalau tidak salah.. Yudistira Ryan, kan?" ucap Myo dengan tegas.
Deg!
Kalo udah menyangkut Ryan aja si Xavier deg-degan. Tapi, kali ini bukan karena salting atau apa. Melainkan karena dia udah ketar-ketir takut Maknya bakal beneran nyingkirin si Ryan dari kehidupannya.
Bagi seorang Myo Cassano, menyingkirkan bisa berarti menghabisi atau menyakiti targetnya hingga targetnya sendiri yang akan menghindar dari zona nya. Tragis? Iya. Sadis? Iya.
Sesaat, sebelum akhirnya Xavier membuka suara setelah mengambil napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.
"Ya, I will do it. Keep your promise. Mami gausah ikut campur tentang masalah Ryan." final Xavier dengan tegas.
"Good boy Xavier, gak sia-sia Mami melahirkan kamu ke dunia ini.. hahhahaha."

KAMU SEDANG MEMBACA
Could It Just End Up Like This? [On Going]
Teen FictionYo! Perkenalkan gue makhluk tampan anaknya Mak Elis (sebenernya mak gue ga terkenal sih, auk ah kan gue emang anaknya Mak Elis) di sini gue bakal ceritain semua pengalaman gue sama orang yang pernah gue cintai. Gue bakal ceritain semuanya biar kalia...