Malam itu, langit Paris ditutupi awan kelabu, seolah meramalkan sesuatu yang buruk. Sebuah mobil hitam berhenti di depan gerbang berkarat milik Villa Baemont. Di dalamnya, Faelina, Maëlle, Sebastian, Caelan, Luca, dan Manthis menatap bangunan tua yang sunyi dan mengintimidasi itu.
“Sudah siap?” tanya Sebastian sambil menatap Faelina.
Faelina mengangguk pelan. “Kita hanya punya satu kesempatan.”
Setibanya di dalam, mereka berpencar. Villa tua itu dipenuhi debu, jendela pecah, dan perabotan lapuk. Tiap langkah mereka bergema menembus keheningan.
Faelina menyusuri koridor sisi timur villa. Saat membuka salah satu pintu kayu besar, ia terpaku. Di dalam, berdiri Evaline—berbicara dengan seorang pria berjas hitam yang wajahnya tak asing baginya: salah satu pemegang saham Baemont Grup yang sempat menghilang.
“Tentu saja mereka datang. Mereka tak akan tahan dengan umpan itu,” suara Evaline dingin dan puas.
Faelina menahan napas. Tapi semuanya jelas—ini jebakan.
---
Sementara itu, Luca menyusuri bagian belakang villa dan menemukan sebuah ruangan tersembunyi. Di dalamnya, ia menemukan dokumen tua, rekaman keuangan, bahkan foto-foto transaksi gelap.
Namun, saat ia menyentuh salah satu dokumen, lampu redup tiba-tiba mati. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia segera mengambil semua berkas yang bisa ia bawa dan bergegas keluar—hingga akhirnya bertemu Faelina dan Maëlle di lorong utama.
“Kita harus keluar sekarang,” ujar Faelina cepat. “Evaline sudah ada di sini. Ini semua jebakan!”
Luca menyipitkan mata. “Aku tahu. Dan aku menemukan bukti yang kita butuhkan—tapi tempat ini… penuh jebakan.”
Dan sebelum mereka bisa bergerak, terdengar ledakan kecil dari sisi barat villa—disusul kobaran api yang cepat menjalar ke seluruh bangunan.
---
Sebastian dan Caelan yang berada di sisi lain villa langsung menyadari bahaya. Dengan panik, Sebastian berteriak, “FAELINA!”
Caelan meraih radio komunikasi di kerahnya. “Maëlle! Kau di mana?!”
Suara Faelina terdengar dari seberang lorong: “Kami di dekat ruang penyimpanan barat. Api menyebar cepat!”
Mereka semua berusaha menyusuri koridor penuh asap dan api. Langkah mereka terhuyung dan terburu, dada sesak oleh asap, tapi satu tujuan menyatukan mereka semua: keluar bersama.
Dengan bantuan Maëlle yang memecahkan jendela belakang dan menunjukkan jalan alternatif, mereka berhasil menyelinap keluar satu per satu—dalam keadaan kelelahan, berdebu, namun selamat.
Villa tua itu habis dilahap api di belakang mereka. Berdiri di kejauhan, mereka menyaksikan sejarah gelap itu menjadi abu.
Faelina menggenggam erat dokumen yang dibawa Luca, menatap Sebastian, lalu berkata:
“Dia pikir dia bisa mengakhiri semuanya malam ini… tapi ini baru permulaan.”

YOU ARE READING
We were Just a Season " Bound by Destiny ' s "
Romance"Takdir menyatukan mereka dalam diam-di antara musim yang berganti, kata-kata yang tak pernah terucap, dan cinta yang terus berdiam." Dalam dunia para pewaris keluarga besar dan tekanan nama marga yang menjulang, Faelina Evangeline de Viremont hanya...