Membayangkan betapa gurih kuah berkaldu dan padatnya daging halus yang dipadukan dengan sambal super pedas membuat perut Gita semakin antusias. Satu-satunya hal yang bisa mengalihkan perhatian Gita adalah makanan.
Tak butuh waktu lama untuk keduanya sampai di tempat tujuan. Gita turun dari jok motor seraya merapikan rambut pendeknya yang tak beraturan karena angin. Kemudian, perempuan itu merogoh ranselnya untuk mengambil kacamata. Gita berjalan ke arah kaca spion untuk melihat bayangan dirinya.
"Ngapain, sih?"
"Dandan dikit biar dikata kayak anak pendidikan." Ucapnya asal karena saat ini dirinya tak memakai kemeja, melainkan sweater biasa. Padahal tadi dia nyaris memakai kaos oblong yang kemudian dibalut dengan jaket denim. Mustahil mahasiswa pendidikan, berpakaian seperti Gita.
Keduanya mulai berjalan beriringan menuju kantin sembari berbincang santai.
"Anak pendidikan nggak ada yang penampilannya preman kayak lo. Nih, pakai sweater aja nggak boleh apalagi celana jeans!" Jelas Samuel seolah-olah tengah melakukan presensi terhadap pakaian yang dikenakan oleh Gita saat ini.
"Tapi kata guru SMA gue, sebenernya kita emang nggak boleh pakai jeans karena kita adalah manusia."
"Jin, hantu itu mah!"
"Jin BTS juga ada," balas Gita lagi.
Samuel mendesah pelan mendengar pernyataan yang tak pernah dia duga akan keluar dari mulut seorang Gita Dahayu.
Keduanya mulai menginjakkan kaki di kantin. Samuel yang melihat presensi teman-temannya di salah satu meja langsung menunjuk ke arah tersebut untuk memberitahu Gita bahwa ada selebriti terkenal yang bergabung hari ini. Hal itu buat Gita menghentikan langkahnya sejenak dan meremat ujung bajunya ketika seseorang yang Samuel maksud adalah Haris Yasa Yudhistira. Penyanyi muda solo paling populer saat ini, yang juga merupakan mantan kekasihnya. Seseorang yang pernah memadu kasih bersamanya.
Lelaki itu melempar senyum tipisnya karena sepertinya, mulutnya penuh dengan makanan. Senyum yang terlihat menjengkelkan di matanya.
Gita ingin putar balik. Kakinya enggan menghampiri. Membayangkan dirinya berada dalam satu meja, lagi, saja sudah membuatnya bergidik. Sungguh canggung. Jikalau perempuan itu tiba-tiba mangkir, dia tak tahu alasan apa yang akan diberikan pada teman-temannya. Toh, Gita hanya ingin makan.
Dan di sini lah perempuan itu berada. Duduk di antara atmosfer yang menggigit. Seolah perutnya ikut berbelit. Padahal belum ada makanan yang masuk ke dalam lambungnya, siang ini. Kalau tadi pagi, sudah ada pecel seharga tujuh ribu yang mengganjal laparnya.
"Abis dari fakultas, Git?" Tanya Ryan saat dirinya baru duduk di hadapannya.
Sebelum itu, Samuel lah yang meminta agar dirinya untuk duduk terlebih dahulu ketika lelaki beralis tebal itu memesankan dirinya satu mangkuk bakso. Awalnya, Gita sedikit bingung akan menempati kursi sebelah mana mengingat saat dirinya datang, Ryan duduk berhadapan dengan Haris. Alhasil, dia langsung mengisi bangku kosong tepat di samping Ryan.
"Iya, tadinya mau bimbingan tapi nggak jadi." Jawab Gita, sesekali melirik ke arah Haris yang ternyata menatapnya.
Gita pikir, mungkin lelaki itu hanya melakukan sebuah standar minimal seperti biasa ketika seseorang tengah bercerita, yaitu menyimaknya dengan baik. Menatap netra sang pembicara. Seperti yang dilakukannya dulu. Selalu. Dan pada siapa pun.
"Kenapa batal?" Ryan bertanya lagi.
"Urusan mendadak. Emang lo pernah ngerti, apa yang ada di pikiran dosen ketika beliau sudah menyetujui waktu janji temu, tiba-tiba janji itu langsung batal?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Unwritten Chapter
RomanceMereka kira ceritanya sudah selesai. Ternyata masih ada bab yang belum diurai. --- Haris Yasa Yudhistira, penyanyi muda yang tiba-tiba naik daun dan jadi idola para kawula muda. Seperti musisi pada umumnya, Haris memiliki jadwal yang cukup padat. Ad...
06. How's Your Day?
Mulai dari awal