Mentari sudah menampakkan dirinya sejak beberapa waktu lalu. Sinarnya menerobos masuk ke dalam ventilasi kaca yang dapat memantulkan rona pelangi pada dinding kamar. Kipas yang berputar hampir selama 24 jam itu menyejukkan ruangan semalaman. Namun, tetap saja, selimut yang tak terlalu tebal itu masih menggulung tubuhnya.
Suara deru kendaraan yang biasa menggema secara bergantian, tergantikan dengan gesekan antar alat penggoreng dan spatula. Aroma tumisan kemangi menyeruak masuk ke dalam indra penciuman meski pintu yang masih terkunci rapat. Hal itu buat cacing di perut melakukan aksi demonstrasi mengelili lapangan.
Tertangkapnya objek asing oleh netra, membuat dirinya mau tak mau bangkit dari tidurnya. Kakinya menuruni dipan lalu melangkah meraih sapu di pojok ruangan. Terdiam sejenak menunggu kemunculannya dari balik lemari kayu. Dan... BRAAKKK!!!
Terjadi gesekan antara alat pembersih lantai itu dengan lemari kayu ketika dirinya berhasil memburu serangga berbau sampah yang memiliki sayap untuk terbang. Kecoa itu telentang di depan kamarnya seolah meminta pertolongan agar seseorang dapat membalikkan tubuhnya. Tak semudah itu.
Kakinya bergegas menuju kamar mandi untuk membasahi tangan dengan sabun pakaian bubuk hingga berbusa. Dengan jantung yang bergemuruh—karena takut serangga itu bangkit—diteteskannya busa-busa pada makhluk menjijikkan itu hingga akhirnya terkapar dan tewas.
Bajingan.
Satu kata yang keluar dari mulutnya ketika Minggu pagi ini dia harus bertempur melawan tamu tak diundang. Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan volume kipas angin yang ditambah. Keringatnya berdatangan. Memang bajingan.
Itulah hal yang dilakukan Gita di hari liburnya. Mengurung diri di kamar seharian jika perlu dengan catatan sudah ada bahan makanan atau camilan untuk disantap selama seharian. Jika ada seseorang mengajaknya keluar, dia akan tetap mengikutinya. Dan jika memang tak ada seorang pun yang mengajaknya untuk menghirup udara luar, sangat tak masalah. Gita malah senang bisa tidur seharian atau membunuh waktu dengan menonton sinema di laptopnya.
Tangannya beralih meraba tempat kosong di samping bantalnya. Meraih gawai yang belum diisi dayanya. Jemarinya menggulir layar hingga akhirnya tiba di salah satu platform musik. Pandangannya jatuh pada daftar lagu yang berinformasikan tentang musik lokal minggu ini. Terdapat nama yang familier di sana. Tanpa ragu, dia menekannya dan memutar lagu itu. "Kilas Balik" yang dipopulerkan oleh Haris Yasa Yudhistira.
Mendengar alunan piano dengan suasana yang sendu membuatnya dipaksa kembali ke ingatan semasa itu. Ingatan ketika dirinya banyak melempar tawa bersama si pencetus lagu. Dan bahkan ingatan tentang beberapa waktu lalu yang buat hatinya bergemuruh.
Katakanlah dia memang pengecut. Dua kali kabur dari pertanyaan Haris yang disodorkannya waktu itu. Perihal pertanyaan Haris terkait kabarnya waktu itu berakhir dengan dirinya yang tiba-tiba menutup pintu gerbang, meninggalkan mantan kekasihnya itu dengan tanda tanya. Namun berbeda dengan pernyataan perihal lagunya, dia tak tahu harus menanggapinya seperti apa. Lelaki itu terlalu gamblang. Hingga membuatnya bimbang.
Sebenarnya apa tujuan lelaki itu yang tiba-tiba menodongnya setelah sekian lama tak saling bertatap muka.
"Git, mau balikin telur lagi. Kemarin gue pinjem."
Seruan Tari—penghuni kamar nomor enam sekaligus teman dekatnya—membuyarkan lamunannya. Perempuan itu berdiri di rak depan kamarnya yang menyimpan beberapa alat dan bahan masakannya. Dia meletakkan satu telur di atas wadah, lalu beralih ke pemilik kamar nomor dua yang sedang merebahkan diri di kasur seraya menyangga kepala dengan tangan dan sikunya.
Setelah mendengar lagu yang akrab di telinganya, perempuan berambut sebahu itu mendecih pelan.
"Emang jilat ludah sendiri itu paling seger." Celetuk Tari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unwritten Chapter
RomanceMereka kira ceritanya sudah selesai. Ternyata masih ada bab yang belum diurai. --- Haris Yasa Yudhistira, penyanyi muda yang tiba-tiba naik daun dan jadi idola para kawula muda. Seperti musisi pada umumnya, Haris memiliki jadwal yang cukup padat. Ad...