"Ternyata kau disini. Ayo pulang. Ini sudah malam." Ucap jin.
"Orang bodoh juga tahu ini sudah malam." Balas sinb sambil berjalan malas menuju mobil. Membuat dua pemuda tampan dibelakangnya terkekeh.
"Dia sangat manis." Gumam zuho. Diam-diam jin menatap tidak suka pada pemuda baek disampingnya itu.
##
Jungkook menatap sendu bangunan didepannya. menghembuskan napas kasar sebelum akhirnya melangkahkan kakinya masuk kedalam bangunan.
"Kenapa harus kesini?." Tanya tuan jeon. Jeon soo ho.
"Aku hanya ingin melihat ayah." Jawab jungkook.
"Kau bisa mengunjungiku setelah sekolahmu selesai. Kenapa harus bolos seperti ini." Oceh tuan jeon.
"Hanya tinggal beberapa hari lagi. Aku hanya ingin melihat ayah lebih lama." Ujar jungkook dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Membuat tuan jeon juga ikut merasa sedih.
"Kau harus lulus dengan nilai bagus. Agar kau dapat pekerjaan yang bagus juga.. . .
"Tidak bisakah ayah mengatakan yang sebenarnya didepan hakim nanti?." Tanya jungkook memotong perkataan ayahnya. Tuan jeon hanya menghembuskan napas pelan.
"Kau harus makan banyak dan tidur dengan teratur.. jangan . . .
"Katakan pada mereka bahwa aku yang melakukannya." Ucap jungkook lagi.
"Aku tidak ingin melihat anakku sendiri dihukum mati." Ucap tuan jeon.
"Lalu bagaimana denganku? Apa aku harus melihat ayahku dihukum mati untuk kesalahan yang sama sekali tidak dia perbuat!!."
"Pelankan suaramu! Siapapun bisa mendengarnya!." Bentak tuan jeon.
"Sebaiknya kau kembali kesekolah. Jangan pernah membolos seperti ini lagi." Ucap tuan bertepatan dengan datangnya polisi.
"Waktu besukannya sudah habis." Ucap salah satu polisi.
#####
Sinbi membaringkan tubuh lelahnya diatas kasur kesayangannya. Baru saja akan menutup mata, sesuatu mengenai kepalanya membuatnya bangkit dari tidurnya. Seseorang baru saja melempar rokok kearah kepalanya dengan sengaja.
"Apa itu?! Kau merokok?!." Tanya nyonya hwang yang sudah berdiri didepan sinbi. Dengan wajah yang merah padam
"Kenapa benda itu bisa ada dikamarmu?!!!". Bentak nyonya hwang. Namun sinbi hanya diam. Gadis itu sangat malas meladeni wanita didepannya itu.
Membuat nyonya dengan kasar menarik sinbi agar berdiri."Jawab pertanyaannku apa kau merokok?!!."
"Iya!! Aku merokok!!.. wae??. .
Plakk. .
Tamparan keras mendarat dengan kasar dipipi sinbi. Membuat gadis itu tersenyum kecut.
"Sebenarnya apa yang ada didalam otakmu huh?!!. Kau merasa bangga dengan semua nilai-nilai jelekmu dan sekarang. . Kau merokok."
"Kau harus bersyukur karena wajahku menurun padamu. Kalau tidak, sama sekali tidak ada yang bisa diharapkan dari anak sepertimu." Sambung nyonya hwang.
"Aku mirip ayah" lirih sinbi..
Untuk kedua kalinya tamparan keras kembali mendarat kepipi sinbi. Membuat air mata yang sedari tadi ditahannya keluar begitu saja.
"Jangan pernah menyebut pria brengsek itu lagi didepan ibu." Ucap nyonya hwang.
"Ayahku tidak brengsek!." Sinbi kembali mendapat tamparan untuk sekian kalinya.
"Sebenarnya apa yang kau banggakan dari pria sepertinya huh!!! Dia bahkan tidak punya apa-apa!!." Teriak nyonya hwang.
"Apa karena ayah tidak punya apa-apa ibu tega meninggalakannya dan lebih memilih menikah lagi dengan pria yang memikiki uang lebih banyak?!! Dipikiran ibu hanya ada uang dan uang!." Teriak sinbi.
Nyonya hwang menoleh saat merasa seseorang menahan tangannya yang akan kembali menampar sinbi.
"Berhenti menyakitinya." Ucap jin pada nyonya hwang dengan sorot mata tajamnya.
"Jin. Gadis ini sangat tidak sopan." Ujar nyonya hwang dengan nada lembut. Sangat lembut hingga membuat sinbi menatap ibunya itu jengah.
Jin melepaskan tangan nyonya hwang dan beralih menarik tangan sinbi lembut. Membawa gadis itu bersamanya.
Sudah hampir 30 menit keheningan melanda sinbi dan jin. Tidak ada satupun yang ingin memulai percakapan.
"Sebaiknya kita pulang sekarang." Akhirnya jin mengeluarkan suaranya lebih dulu.
"Pulang saja sendiri. Aku tidak ingin pulang." Ucap sinbi.
"Baiklah. Aku akan menunggu sampai kau mau pulang." Ucap jin santai dengan kepala yang sengaja ia sandarkan dibahu sinbi. Aneh memang tapi sinbi sama sekali tidak menolak. Malah gadis itu tersenyum kecil. Sangat kecil bahkan nyaris tak terlihat.
"Berhentilah merokok." Ujar jin pelan.
Sinbi tidak mengatakan apapun, membuat jin mengecup bibirnya. Sinbi menatap nyalang kearah pemuda didepannya.
"Berhenti menciumku!." Ucap sinbi.
"Wae?. Aku menyukainya." Jawab jin membuat sinbi menatapnya tajam. Jin tersenyum melihatnya.
"Baiklah-baiklah. Tapi aku tidak janji." Ujar jin.
"Siapa?." Tanya jin saat melihat ponsel sinbi berbunyi tanda panggilan masuk.
"Ibu." Jawab sinbi. Gadis itu mematikan ponselnya. Menghiraukan panggilan dari ibunya.
"Kurasa dia khawatir." Ujar jin. Sinbi tersenyum kecut.
"Kau tahu betul wanita seperti apa dia." Jin menggangguk mengiyakan ucapan sinbi.
"Yahhh wanita yang menikahi ayahku hanya karena uang. Aku bersyukur kau tidak sepertinya.
Adik tiriku yang manis."
TBC
Vyihwang❤

YOU ARE READING
SAVE me, SAVE you
FanfictionJungkook, pemuda yang memiliki masa lalu kelam dipertemukan dengan Sinbi, gadis dengan sifat beringas dan tak tahu aturan.