Cahaya ilahi mulai menampakkan keindahannya. Seorang gadis yang tinggal dengan pamannya yaitu Ilham Syarfi sedang membaca surah Al-Kahfi untuk mengawali aktivitasnya hari ini.
Mahreen Shafana Almahyra. Gadis yang sedang kuliah di universitas cukup ternama di kotanya melalui jalur beasiswa di bidang keperawatan.
Gadis belia yang berumur sembilas belas tahun ini yatim sejak ia berumur tujuh tahun. Setelah kematian Ayahnya, Ibunya hampir setiap hari menangis tatkala mengingat ayah yang telah kembali pada sang pencipta. Tak hanya menangis, ia juga sering memukul Shafa sebagai tempat pelampiasannya. Gadis kecil itu hanya bisa menangis dan mencoba bersabar. Ia sangat menyayangi Ibunya. Dan selang beberapa tahun, Ibunya pergi meninggalkan dirinya entah kemana itu.
Flashback On
"Ma..mama mau kemana?" tanya Shafa kecil sambil memegang pergelangan tangan Ibunya.
"Mama cuma pergi sebentar Shafa... kamu tinggal sama paman aja ya."
Shafa yang saat itu masih kecil hanya bisa mengangguk dan menangis. Ia langsung berlari menuju Pamannya yang juga menyaksikan kepergian Ibunya yang telah dijemput oleh taksi.
"Kamu tinggal disini sama paman ya Fa, Mama kamu gak pergi lama kok." ucap Ilham, sang Paman sambil mengelus pucuk kepala gadis yang berkerudung tersebut.
Shafa memang terbiasa dari kecil sudah dilatih untuk memakai jilbab kemana pun ia pergi. Ayahnya lah yang telah mengajarinya untuk berada selalu di jalan Allah Swt.
"Iya paman, shafa janji akan jadi anak yang baik."
Flashback off
Tak ingin terlarut dalam kesedihan lebih lama lagi, gadis itu mulai menuju toko bunga Pamannya. Shafa sering kali membantu berjualan dan menjadi pekerja di toko Pamannya.
Pagi ini, Shafa dengan wajah yang ceria seperti biasanya mulai menaiki sepeda ontelnya yang baru ia beli sebulan yang lalu.
Di perjalanan, ia melihat sebuah kerumunan orang di pinggir jalan. Ia segera menuju kesana dan mendapati seorang lelaki dengan pelipis yang penuh dengan darah yang mengalir. Seorang lelaki yang sangat ia kagumi dan yang namanya selalu ia panjatkan di setiap doa nya.
Arhab Raihan Ardhani. Lelaki jurusan kedokteran di universitas yang sama dengan Shafa. Anak dari salah seorang CEO di perusahaan terkenal di kota itu. Berperawakan tinggi semampai, berkulit putih, serta lesung pipi yang menghiasi tatkala ia tersenyum.
Shafa segera menyuruh orang di sekitar kerumunan untuk membawa Raihan menuju rumah sakit.
Saat ini, ia berada di ambulan dan duduk di samping Raihan yang memejamkan mata tak berdaya. Ia masih bertanya-tanya apa yang terjadi pada lelaki di sampingnya.
Akhirnya mereka telah sampai. Adzan dzuhur tengah berkumandang. Shafa segera menuju ke mushola rumah sakit untuk sholat sembari menunggu kabar dari dokter tentang keadaan Raihan.
Seusai sholat, ia berjalan menuju tempat Raihan dirawat. Dokter telah selesai memeriksa Raihan dan berkata bahwa Raihan baik-baik saja. Hanya ada benturan sedikit keras di kepala yang mengharuskan Raihan rawat inap selama sehari.
Shafa mulai mendudukkan dirinya di samping Raihan yang telah sadar sedari tadi. Raihan mulai bingung dengan kedatangan Shafa. Ia memandang Shafa dengan sorot mata bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu [SELESAI]?
RomanceTak ada yang tak mungkin di dunia ini. Sepucuk kertas yang kutulis dengan torehan tinta sederhana mampu merubah kenyataan hidupku. Aku selalu dan akan selalu percaya akan takdir yang Allah gariskan untukku. Kuharap, esok nanti dirimu masih sama sepe...