抖阴社区

Busted (4-last)

776 91 66
                                    


Jinyoung menahan gemeletuk giginya. Udara dingin terasa masuk ke balik piyama yang ia kenakan. Tubuh atasnya dilapisi jas formal milik Guanlin yang kemudian dibungkus mantel tebal lagi. Menyisakan sang mafia yang kini sibuk memindahkan beberapa barang dalam bagasi mobil hanya mengenakan kemeja putih panjang dan celana jeans.

Wajah tampan Guanlin terlihat datar dan kaku seperti biasa, tapi Jinyoung tahu pasti pria itu sedang cemas. Tidak, Guanlin tak takut soal musuhnya. Ia tidak takut tertangkap atau bahkan mati sekali pun, terlampau biasa baginya.

Tapi kali ini, di perjalanannya yang sekarang. Guanlin menemukan sesuatu yang baru, yang belum pernah ia hadapi. Sesuatu yang sebelumnya selalu ia anggap tabu, dusta, dan omong kosong semata. Yang membuatnya selalu bergidik jijik hanya karena mendengarnya.

“Ahjussi, memangnya tidak kedinginan..?”

Kegiatan Guanlin terhenti sejenak, tersenyum lembut pada pemuda manis yang duduk meringkuk di serambi depan rumah. Bertahun-tahun hidup dan Guanlin baru tahu kalau ada makhluk seindah ini di dunia. Perasaan inilah yang ia maksud.

Singkatnya, Guanlin mengalami sesuatu yang selama ini tidak ia percayai keberadaannya. Entah Guanlin harus bersyukur karena artinya ia manusia normal, atau menganggapnya kesialan karena ia terus-terusan ketakutan akan suatu hal yang belum pasti terjadi.

“Untuk orang yang pernah kejar-kejaran di hutan dengan telanjang dada, ini bukan apa-apa,” jawab Guanlin datar, tapi jelas pria itu hendak menyombong. Biasa, naluri pria untuk menunjukkan ketangguhan di hadapan orang yang disuka— meh.

“Aku mengerti, sebelum jadi penjahat. Ahjussi pernah jadi tarzan?”


Hah?


“Yak! Apa kau bodoh, sialan—“

“Kasar sekali.”

Ucapan Jinyoung seolah menusuk tepat di dada hingga Guanlin tercekat. Maklum saja, bicaranya memang begitu, lalu tiba-tiba ia harus menahan diri untuk tidak mengumpat bukan sesuatu yang mudah.

“Apa yang ahjussi bawa sih? Repot sekali. Katanya mau pergi, kenapa tidak segera berangkat? Untuk apa membawa barang-barang dari rumah?”

“Kau ini benar-benar cerewet ya?” balas Guanlin tajam. Tapi Jinyoung tak gentar sedikit pun.

“Semua itu butuh uang. Dunia ini tentang uang, kau tahu itu. Kabur juga memerlukan sangat banyak uang.”

“Jadi itu semua uang?”

“Nah,” Guanlin menggeleng. Ia mengeluarkan pisau lipatnya dari saku dan menusuk beberapa tumpuk barang yang baru saja ia lapisi terpal. Serbuk putih tampak mengotori pisau lipat itu.

“Narkoba!?”

“Kau kira garam dapur?” Guanlin menyeringai, tawa mengejek keluar dari mulutnya. “Ini lebih dari sekedar uang.”

“Kau.. seorang bandar—“

“Aku jahat. Orang jahat bisa jadi apa saja, apa pun itu semauku.”

Jinyoung terdiam. Matanya mengerjap tak percaya. Tertegun memikirkan bagaimana bisa ia bertemu dan bicara santai dengan seorang buron yang selama ini hanya ia lihat di televisi dan cerita-cerita Minhyun.

“Simpan ini.”

Lamunan Jinyoung buyar saat Guanlin menyodorkan sling bag kecil padanya.

“Untuk apa? Ahjussi kira kita sedang hendak liburan— wHOAAA— APA INI!?”

Ekspresi kaget Jinyoung membuat Guanlin tak bisa menahan tawa. Anak ini lucu sekali.

“Padahal cuma pistol. Bukannya sering lihat?”

Takut-takut Jinyoung mengeluarkan senjata api laras pendek itu dari dalam tas yang terkalung di lehernya.

“I— ini sungguhan?”

“Coba saja di kepalamu kalau tidak percaya. Sengaja aku pilihkan yang paling ringan tapi paling mematikan.”

“Ahjussi!!” rengek Jinyoung takut. Tangannya terulur menyerahkan pistol itu pada Guanlin sementara kakinya mengentak-entak lantai.

“Hahaha kenapa takut? Memangnya Minhyun tidak punya?”

“Punya, tapi dia tidak pernah membiarkanku menyentuhnya.”

Guanlin tersenyum miring, disimpannya kembali pistol itu di tas Jinyoung. “Simpan. Jika terdesak kau bisa menggunakannya. Lebih baik kau melukai musuh terlebih dahulu sebelum ia melukaimu. Aku tak mau kau terluka, paham?”

Jinyoung yang masih gamang terpaksa mengangguk. Bagaimana jika ia tak sengaja menyentuhnya? Atau ia salah tarik pelatuk? Atau ketika gerakannya membuat pistol itu meledak? Ah, menyeramkan.

“Sekarang kita berangkat.”

“Tidak kunci pintu dulu?”

“Kau kira kita mau ke rumah nenek? Seperti Dora The Explorer?” balas Guanlin jengah.

Precious B? (oneshoot compilation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang