抖阴社区

Bagian Lima Belas

118 5 0
                                        

Nanta melangkah keluar ke pintu UKS. "Kak Nanta," panggil Dheira pelan.

Nanta hanya membalikkan kepalanya sedikit. "Boleh peluk sebentar?" tanya Dheira lirih dan pelan.

Dheira mematung menunggu jawaban dari mulut Nanta. Tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, Nanta berbalik cepat ke arah Dheira terduduk.

Pelukan hangat dari Nanta sudah mendarat di tubuh mungil milik Dheira, Dheira merasakan kehangatan yang membuat kedua mata Dheira kembali berkaca-kaca yang setelah itu terdengar isakan kecil dari mulut Dheira.

"Maafin gue, Ra," bisik Nanta pelan namun terdengar jelas di telinga Dheira.

Dheira menggangguk kecil dalam pelukan Nanta, namun kedua matanya terus mengeluarkan air mata karena dirinya merasa lega saat Nanta memeluknya. Semua masalah yang Dheira hadapi sekarang, langsung runtuh seketika.

Nanta mengelus puncak kepala Dheira pelan. "Gue akan jaga lo, mulai sekarang," Nanta berjanji ke dirinya sendiri dan ke seorang gadis di pelukannya itu.

Dheira mengangkat kepalanya ke atas, melihat wajah Nanta di atas ke palanya, kemudia ia tersenyum lebar saat Nanta mengatakan itu.

"Makasih ya, kak," ujar Dheira pelan.

Nanta mengangguk mengiyakan, kemudian kembali menarik Dheira ke dalam pelukannya. Rasa bersalah Nanta ke Dheira tiba-tiba datang ketika Nanta lah yang membuat gadis di hadapannya terus sedih, Nanta paling tidak bisa membuat wanita menangis bahkan Ibunya sendiri.

Mulai sekarang Nanta seperti memiliki sebuah ikatan yang harus selalu dia tepati ke pada dirinya dan Tuhan sekalipun.

****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi, keadaan sekolah masih terlihat ramai karena masih ada beberapa siswa-siswi yang mengikuti sebuah kegiatan di sekolahnya.

Dheira dan Reisya berjalan keluar meninggalkan halaman sekolah. Namun saat di area parkiran dekat gerbang sekolah, Dheira menemukan sosok Nanta yang tengah duduk di motor sport hitam miliknya.

Nanta tersadar dengan kehadiran Dheira di hadapannya. Kemudian Nanta melangkah kecil mendekati tempat Dheira berdiri.

"Pulang naik apa?" pertanyaan Nanta membuat Dheira dana Reisya takjub.

"Tumben," sindir Reisya pelan.

Dheira menyikut tangan Reisya yang sudah terlipat di depan dada. Kemudian menatap Nanta lagi di depannya.

"Emangnya kenapa, kak?" Dheira menjawab pertanyaan Nanta dengan nada pelan karena kondisinya yang masih belum stabil.

"Mau bareng?" ujar Nanta lagi membuat jantung Dheira berdetak cepat.

Dheira berteriak senang dalam hati, kemudian melirik sahabatnya di sebelahnya.

"Bareng aja, biar gue balik sama–" ucapan Reisya terpotong saat seseorang  datang menghampiri kami.

"Sama gue," potong Azhar cepat. Tiba-tiba makhluk itu juga ada di hadapan Dheira dan Reisya sekarang.

Reisya bergidik ngeri melihat kehadiran Azhar sekarang. "Dih? Siapa lo!" tindas Reisya langsung.

"Kenalin, kembarannya Manurios," Azhar membuka suara sambil menjulurkan tangannya ke arah Reisya.

Dheira dan Nanta hanya terkekeh kecil melihat kegilaan Azhar di hadapan seekor harimau buas yang bisa di bilang lepas kandang.

"Heh! Gila lo makin nambah, ya?" Kesal Reisya seperti tidak terima dengan pengakuan Azhar barusan.

"Biarin, yang penting sayang gue ke elo nggak berkurang, Sya," tutur Azhar dengan nada seperti di lebih-lebihkan.

"Nggak waras!" teriak Reisya langsung berjalan sendiri keluar sekolah tanpa memperdulikan Azhar lagi.

Azhar yang melihat Reisya berjalan sendiri keluar, segera menyusul menggunakan motor dengan kecepatan tinggi agar tidak ketinggalan.

Dheira terkekeh pelan, kembali menatap Nanta dengan keadaan pusing yang kembali datang.

"Aduh," lirih Dheira sambil memegang keningnya, keseimbangan berdirinya mulai berkurang.

Buru-buru Nanta memegang bahu Dheira, agar gadis itu tidak terjatuh. "Kenapa, Ra?" tanya Nanta cemas.

"Pusing," sahut Dheira dengan suara sedikit serak.

Nanta merubah posisi dirinya menjadi berdiri sigap di sebelah Dheira, kemudian merangkul kedua bahu Dheira erat. "Pulang aja, ya?"

Dheira mengangguk kecil. Kemudian Nanta segera membawa tubuh Dheira menuju motornya.

Nanta memarkiran motornya untuk mengeluarkan dari barisan beberapa motor lainnya. Dheira melangkah ingin menaiki motor milik Nanta itu.

"Pelan-pelan," suruh Nanta sambil membantu gadis itu dengan salah satu tangannya.

Dheira sudah berhasil duduk di kursi penumpang di belakang. Pusingnya perlahan menghilang ketika ia kembali duduk, sepertinya Dheira tidak di izinkan untuk berdiri lebih lama untuk hari ini.

"Udah?" tanya Nanta dengan suara beratnya.

"Iya," sahut Dheira dari belakang.

Nanta menyalakan mesin motornya, setelah itu mereka berdua meninggalkan area sekolah dengan kecepatan motor sedang. Nanta benar-benar sangat hati-hati membawa motornya, saat mengetahui kondisi Dheira di belakang.

Kedua mata Dheira terlihat sangat sayu, terlihat jelas ada kesedihan dan ketakutan yang selalu datang kepadanya. Nanta sesekali melirik Dheira lewat kaca spion kecil di motornya.

Bibir pucat Dheira, kedua mata sayu miliknya, terlihat jelas di mata Nanta. Nanta melepaskan salah satu tangannya dari stang motor di depan, kemudian tangannya menjulur mengambil salah satu tangan Dheira untuk di lingkarkan di pinggang Nanta.

Dheira refleks tersadar dari bayangannya, melihat kecepatan tangan Nanta menarik kedua tangannya ke dalam lingakaran pinggang milik Nanta.

"Pegangan sama gue, biar lo nggak takut," ujar Nanta sedikit berteriak di dalam helm fullfacenya.

Tanpa menolak, Dheira memajukan badanya lebih dekat dengan punggung milik Nanta. Sekarang kedua tangan Dheira sudah melingkar erat di pinggang Nanta, badannya menempel dengan punggung belakang milik Nanta, salah satu pipi Dheira ia taruh di atas bahu tegak milik Nanta.

Dheira benar-benar merasakan kenyamanan yang membuat semua rasa takut, sedih, kecewa, hilang secara tiba-tiba.

Nanta memang dingin, bahkan pernah jahat sekalipun. Namun kata maaf tidak pernah tidak terlontar dari mulutnya, Nanta selalu mengaku kalau ia bersalah, dan berjanji untuk selalu menjadi lebih baik lagi.

Suara bising jalanan bahkan sampai tidak terdengar jelas di telinga Dheira, yang ia dengar hanya detakan jantung miliknya yang sangat cepat saat berpelukan seperti ini dengan tubuh milik Nanta.

Sesekali Dheira mengerjapkan kedua matanya perlahan, menikmati suasana kebahagiaan yang Nanta berikan untuknya.

Untuk waktu yang tepat. Dan segala sesuatu yang akan indah pada waktunya.

TBC

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang