抖阴社区

; hurts.

419 39 3
                                    

“dia tidak menjawab.” Jinyoung menidurkan tubuhnya di ranjang, mengangkat ponselnya tinggi diatas muka. menatap deretan angka yang berkali-kali berusaha ia sambungkan namun tak juga terhubung.

jinyoung menghela nafasnya berat, efek soju dan bir yang diminunnya malam ini membuatnya benar-benar pusing, padahal dia harusnya peminum yang handal.

“aah- sepertinya besok kami akan bertengkar lagi. lebih baik aku tidur saja.” jinyoung memejamkan matanya tanpa membenarkan posisinya terlebih dahulu, ia sudah terlalu pusing. biarlah malam ini ia habiskan dengan tidur dalam posisi ini.

braak

atau mungkin tidak.

jinyoung membuka matanya dan menolehkan kepalanya pada pintu kamar yang dibuka dengan kasar. itu dia, itu yang akan menjadi lawan bertengkar jinyoung, selalu dan selalu. pria itu menarik tangan jinyoung, memaksanya untuk berdiri.

“berapa banyak kau minum?” pria itu mencengkram bahu jinyoung kuat, membuat si empunya meringis karena rasa sakit yang menjalar ditubuhnya.

“kenapa kau minum lagi? KENAPA?” jinyoung membulatkan matanya, terkejut dengan teriakan yang diarahkan pria itu padanya. jinyoung mendorong tubuh itu menjauh, “apa pedulimu?” tanya jinyoung dengan suara serak yang teramat pelan.

“AKU TANYA APA PEDULIMU?”

jinyoung meneriaki pria itu karrna tak mendapat jawaban dalam sepersekian detiknya menanti. jinyoung terduduk diranjang, pria itu bersandar dilemari. mengacak rambutnya, mengusap wajahnya gusar. jinyoung lagi-lagi seperti ini, minum-minum dan pulang dalam keadaan mabuk. hampir setiap malam dan itu sudah cukup membuat pria ini frustasi.

“sampai kapan kau terus seperti ini? kau hanya menperburuk segalanya jinyoung. kakak ku melihatmu yang mabuk setiap malam melewati kantornya. kau mau dinilai seburuk apalagi oleh mereka?” tanya pria itu, berusaha melembutkan suaranya agar jinyoung tak menangis karena bentakannya malam ini.

“bukankah itu bagus? pernikahanmu akan dipercepat karena aku, selamat.” ucap jinyoung yang semakin memperkeruh segalanya. pria itu menghela nafas, “apa kau benar-benar sudah menyerah padaku?” tanyanya pelan. dengan nada sedih yang terdengar sangat kental. jinyoung tak mengangkat kepalanya dan hanya meremat jemarinya. menggigit bibirnya berkali-kali agar ia tidak menangis.

siapa yang menyerah?

jinyoung?

ia berkali-kali berusaha melebarkan hatinya mendapat cacian dan menguatkan tekadnya agar terus bersama sosok itu. tapi semakin ia berusaha semakin banyak hal yang menghancurkan segala harapannya, lalu apa yang harus ia lakukan sekarang?

pria itu menghampiri jinyoung, berlutut dan menatap wajah jinyoung yang menunduk dalam.

“sekali lagi, kembali lah seperti jinyoung yang dulu dan kali ini aku pastikan kita bisa bersama, hm?” suara pria itu teramat lembut menyentuh pendengaran jinyoung, membuat jinyoung semakin ingin terisak.

“terakhir kali kau berjanji akan membatalkan pertunangan itu, tapi nyatanya kau tetap bertunangan...” jinyoung terisak dicelah kalimatnya, ia tidak ingin menyangkal fakta yang menorehkan luka di hatinya.

“jangan berjanji, kau tak pernah menepati janjimu.” jinyoung melepaskan genggaman pria itu dari tangannya, memalingkan wajahnya.

“aku, maafkan aku.” pria itu kehabisan kata-katanya. apa dia tidak berjuang selama ini?

ia sudah berusaha sekeras mungkin untuk membatalkan segalanya, berusaha meyakinkan keluarganya bahwa jinyoung adalah sosok yang pas dan yang ia inginkan. tapi semakin ia berusaha, semakin harapan-harapan itu dikikis dan ia dipaksa menghadapi realita yang bertolak belakang dengan apa yang dia inginkan.

keduanya terhanyut dalam keterdiaman, tidak tau apa yang harus mereka lakukan agar bisa bersama. hati keduanya sudah begitu erat bersatu namun tak ada yang menginginkan persatuan kedua insan itu.

“aku berharap kita kembali ke masa itu, masa dimana hanya kita yang tau dan tak perlu meminta persetujuan orang untuk hubungan ini.” jinyoung berucap, membuat denyut yang menyakitkan dihati keduanya.

mereka yang dulu adalah defenisi terbaik dari kebahagian tanpa batas. mereka, hanya mereka yang sibuk saling berlomba jatuh cinta tanpa ada yang tau, tanpa ada yang menghakimi.

keduanya masih terdiam, sampai akhirnya pria itu berdiri. tanpa kata apapun ia berdiri meninggalkan jinyoung. ia tak tau harus berbuat apalagi, pikirannya kosong dan ia tak ingin melihat jinyoung menangis seperti itu.

jinyoung sendiri menangis diranjangnya, terisak dalam keheningan. jinyoung memejamkan matanya dan berbagai memori mereka bertahun lalu muncul dibenaknya.

setidaknya jika ia tak bisa merasakan hal itu dikehidupan nyatanya kini, izinkan jinyoung merasakannya kembali di dalam mimpinya.

hanya itu harapannya malam ini.

ㅂ.squirraledeep.

runaway | yongbaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang