Enjoy Reading
.......
....
..
Pandangan Shean mengedarkan keseluruh penjuru Club, hingga jatuh pada dua orang gadis yang duduk di depan meja bartander.
Kedua mata memicing ketika mengenali salah seorang dari mereka. Maya rekan bisnisnya tapi Shean tak mengenali gadis satu lagi karna wajahnya di tenggelamkan ke meja.
Hanya saja gadis itu menjadi pusat perhatian para lelaki hidung belang karna pakaian minimnya. Punggung putih mulus itu mengingatkan Shean pada seseorang. Shean menunduk menggeleng kecil menghilangkan fikiran aneh yang tiba-tiba menelusup masuk.
Ketika kepala Shean kembali terangkat, gadis di sebelah Mayapun melakukan hal sama mengangkat kepala mencoba menegakkan punggung.
Kelopak mata Shean membeliak dengan rahang mengetat. Darah dalam tubuhnya seakan mendidih bahkan kedua tangan terkepal kuat di atas paha.
Ia seperti tak rela punggung mulus milik Clara yang biasa dihisap dan gigit menjadi tontonan gratis para kaum lelaki hidung belang, ingin rasanya Shean mencongkel mata lancang setiap orang yang memandang gadisnya dengan pandangan lapar.
Oh.... bukan, Clara bukan gadisnya tapi istrinya, miliknya. Yang sudah menjadi miliknya tak boleh dimiliki oleh orang lain.
Mobil mewah bewarna hitam berhenti tepat di depan rumah kecil Clara. Sosok pria bertubuh tegap dengan balutan jaket bewarna hitam dan jins senada turun dari sana.
Senyum tipis terukir ketika pandangannya tertuju pada pintu kecil bewarna coklat. Rumah ini masih sama dari terakhir dilihat, sepeda mini terpakir di samping rumah membuatnya kembali teringat akan sosok gadis ceria yang selalu menaiki sepeda tersebut.
Kaki kecil yang mengayuh sepeda dengan senyum tak pernah luntur dan semilir angin menerbangkan rambut gadis itu menambah kesan cantik sang pemilik.
Langkah kaki lelaki itu semakin mendekat kesepeda mini, mengelus pelan, aahhh rasanya ia semakin tak sabar melihat wajah terkejut gadis ini.
Ya, ia yakin Clara pasti terkejut dan heboh ketika melihatnya. Kekehan kecil menghiasi wajah tampannya.
Dahi lelaki itu mengerut dalam ketika
rumah tampak sunyi dan gelap seperti tak berpenghuni. Berjalan menuju pintu mengeluarkan sebuah kunci dari saku celana.
Pintu terbuka sempurna, hanya kegelapan yang menyambut. Telapak tangan meraba dinding mencari saklar, menyalakan lampu untuk menarangi seluruh ruangan.
Tempat ini juga masih sama seperti dulu, kaki itu melangkah semakin dalam menuju kamar Clara.
Lampu kembali dinyalakan lalu mengambil duduk di tepi ranjang, meraih salah satu bingkai foto yang terpajang di atas nakas. Foto ketiga gadis dengan latar danau di belakangnya, foto itu dialah yang mengambil.
"Aku sangat merindukanmu, princess," gumamnya pelan, jemarinya mengusap salah satu dari ketiga wanita di foto memandangya penuh kerinduan.
Setelah beberapa saat menunggu tak ada tanda-tanda kedatangan Clara, ia merogoh ponsel di saku jaket menghubungi salah satu nomor, namun tak di aktif. Perasaan cemas hadir di sana, selalu seperti ini, gadis itu sering menghilang tanpa kabar dan membuatnya resah.
Jemarinya kembali mengusap layar menakan nomor lain, ia berharap sahabatnya satu ini mengetahui keberadaan Clara.
.
.
Vivian mendudukkan pantat kasar disebelah Maya hingga sang sahabat mengerut heran.
"Kau kenapa?"
"Aku bertemu Bastard sialan—" Maya mengeryitkan dahi karna tak mengerti jawaban dari sahabatnya.
"Lupakan! bagaimana Clara?"
"Dia semakin tak waras, lihatlah dia menangis bahkan tertawa," geleng Maya pelan.
"Ingin sekali aku menghajar laki-laki itu."
"Bukan hanya kau Vi, aku juga ingin menghajarnya."
Dering ponsel Maya mengalihkan perhatian mereka. Wanita itu terlihat bimbang saat tahu siapa yang menelpon, jika mengangkat William pasti memarahinya karna saat ini tengah berada di Club.
Rasa lega membanjiri Maya ketika dering ponsel itu berhenti, tapi beberapa detik kemudian satu pesan masuk di sana.
"Angkat sekarang...! atau aku kembali saat ini juga dan kau akan tahu apa yang bisa kulakukan untuk menghukummu"
Maya menelan saliva susah payah, sungguh William sangat menakutkan saat marah.
"Kenapa kau tak mengangkatnya? siapa yang menelpon? " tanya Vivian karna dari tadi Maya hanya terdiam membiarkan pensel berdering tanpa mengangkat.
"William."
"Jangan diangkat! kau tahu dia akan menceramahi kita jika dia tahu Clara di sini" teriak Vivian keras saking takutnya kena omel lelaki itu.
Terlambat Maya sudah menekan tombol hijau, ia sendiri lebih takut ancama William. "Dari mana saja kau?"
Bentakan langsung terdengar kala ponsel baru saja menempelkan di telinga. Maya masih terdiam, bingung harus menjawab apa.
Tiba-tiba suara Clara yang meracau dan berkata-kata tak jelas terdengan diindra pendengaran William laki-laki itu juga mendengar dentuman keras seperti musik Dj.
"Kau di Club? bersama dengan Clara? mana Clara aku ingin bicara?" pertanyaan beruntun dari William membuat Maya kebingungan menjawab.
"Itu— itu— Clara—"
"Kau di Club mana cepat katakan?"
geraman William, pertanda dia sedang marah. Maya memijat pelipisnya setelah menyudahi panggilan.
"Kau memberitahu dimana kita sekarang?" tanya ViVian dan dijawab anggukan olehnya.
"Biarkan saja, kalaupun dia tahu tak mungkin langsung terbang kemari."
Perhatian mereka teralihkan ketika Clara mulai berdiri dengan badan sempoyongan.
"Aku ingin menari—" racau Clara sambil tetawa tak jelas.
"Duduklah diam disini! jangan membuat repot." Maya menghempaskan tubuh Clara pada kursi hingga gadis itu terduduk lagi, tapi Clara terus saja memutar kepala seperti berjoget, membuat kedua temannya menggeleng.
Pandangan Shean semakin menajam mengarah pada seorang gadis yang terlihat begitu mabuk, dan bertingkah gila di tempatnya.
Jika tak mengingat di mana keberadaannya mungkin Shean sudah menyeret Clara dari tempat ini. Memberi pelajaran padanya agar tak berbuat hal gila seperti saat ini.
Sofa di sebelah Shean bergerak pertanda ada yang menduduki, Bryan menoleh kearah Shean menyatukan alis ketika tatapan Shean menunjukkan kemarahan memandang satu objek.
Bryan mengikuti arah pandang sang sahabat, sontak saja kelopak Bryan melebar melihat Clara yang tampil beda dengan pakaian sexy. Siulan keras dari Bryan membuat Shean menoleh.
"Wooww, gadis kecilku sudah menjadi gadis dewasa rupanya, melihatnya seperti itu semakin membuatku tak sabar untuk memilikinya."
Tatapan tajam serta pukul di berikan Shean pada sang sahabat. Clara miliknya, berani sekali ingin memiliki istrinya.
"Jaga matamu!" Desis Shean.
"Kenapa kau terlihat sangat marah? seharusnya kau mendukungku jika aku mendapatkan Clara aku akan berhenti berpetualangan. Oh.... astaga melihat kulit mulusnya membuat Juniorku tegang." Shean kembali memukul kepala Bryan keras hingga sahabatnya itu mendelik.
*
Sorot mata tajam serta rahang mengeras dan kepalan tangan pertanda bahwa pria berjaket hitam yang baru memasuki sebuah Club sedang marah.
Wajah tampannya terlihat menakukan dengan aura berbeda yang menguar dalam dirinya. Tubuh tegap dan tinggi itu terus merangsek memasuki area Club melewati para pengunjung, mencari keberadaan seseorang yang membuatnya marah.
Mata itu memicing ketika melihat tiga gadis duduk di depan meja bartander, kedua gadis menjaga seorang teman yang mabuk begitu berat.
Terkejut itulah yang di rasa, selama ini Clara tak pernah meminum alkohol, tapi malam ini apa? gadis itu begitu tak terkontrol. Berapa banyak minuman yang dihabiskan olehnya hingga dia menjadi seperti itu?
Yang lebih membuatnya marah adalah baju yang di pakai Clara, baju itu tak layak di kenakan. Langkah lelaki itu semakin lebar, menarik tangan Clara keras dari belakang hingga tubuh Clara berbalik terbentur dada bidangnya.
Jerita terdengar dari kedua wanita, mereka sangat terkejut sahabatnya ditarik paksa oleh seseorang tapi ketika melihat siapa sang pelaku, tubuh mereka mendadak kaku serta nyalinya menciut. Syok itu yang di rasa karna tak menyangka William sudah menjulang di depan mereka.
Sorot tajam di berikan William pada kedua wanita itu karna mereka membiarkan Clara berada di tempat laknat ini dengan tampilan menjijikkan.
Kepala Clara berdenyut sakit, minuman yang diminum sudah membuat pusing di tambah benturan tadi. Wajah gadis itu mendongak memperhatikan pria yang mendekapnya.
"Will.... aku sangat senang melihatmu." Clara memekik merangkul leher William melompat kegirangan. Gadis tampak begitu heboh sendiri. Alkohol benar-benar mengambil kewarasannya.
Rasa amarah yang sempat berkobar sekita menguar, lelaki itu menghembuskan nafas pelan tersenyum tipis memandang wajah ayu, memerah karna alkohol.
Dua pasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh ikut terkejut dengan kedatangan tiba-tiba sang lelaki asing. Mereka berdiri berniat menolong tapi detik berikutnya terhenti saat mendengar kehebohan Clara menyebut nama lelaki itu.
Fokus Shean ada pada tangan kokoh yang begitu lancang menyentuh punggung Clara.
"Siapa dia? kurang ajar sekali. Lihatlah, tangan itu begitu lancangya!" seru Bryan.
Ocehan Bryan tak di dengar Shean,
Dia masih fokus memperhatikan kedekatan Clara dengan laki-laki itu, bahkan ia melihat sendiri saat si lelaki membuka jaket meyampirkan ke tubuh Clara.
Berbagai pertentangan ada dalam diri Shean. Dia merasa tak rela Clara dekat dengan pria lain tapi jika melarangpun apa masih berhak? perlakuannya tadi siang mungkin sudah melukai gadis itu terlalu dalam.
"Princess,ayo kita pulang!"
Clara menggeleng keras, William tak memperdulikan penolakan Clara, tetap memapah tubuh gadis itu meninggalkan tempat .
Melihat Clara pergi dipapah keluar , Shean pun ikut pergi meninggalkan Club diikuti Bryan di belakang.
Sampai di tempat parkir, rombongan Clara berpapasan dengan Shean, ternyata mobil Shean bersebelahan dengan mobil William.
Amarah Vivian kembali tersulut ketika dihadapkan dengan Bryan, dia melayangkan tatapan tajam penuh benci yang mana di balas senyum tak berdosa dari Bryan.
Melihat Shean ada di depannya Clara kembali menggila, dia tertawa, melepas dekapan William kasar hingga jaket yang tersampir dibahu terjatuh. Berhambur memeluk Shean erat.
Tingkah Clara mengejutkan Bryan juga William, tapi raut cemas terlihat dari Vivian dan Maya. Kedua wanita itu tak menyangka Clara akan bertindak seperti ini.
Shean hanya menatap datar wanita yang memeluknya erat, dia tidak menepis atau menolak pelukan itu
bahkan ketika telapak tangan Clara memegang wajahnya, Shean tetap diam.
"Lihatlah! suami masa depanku berada di sini!"teriak Clara dengan tawa riang . "kenapa kau sangat tampan, hemmz? " lanjut Clara mengrucutkan bibir manja.
Perkataan Clara kembali mengejutkan kedua pria, biasanya ucapan orang mabuk adalah kebenaran.
Vivian dan Maya merasa was-was dengan tingkah Clara, mereka berdua mencoba menarik Clara agar tak menempeli terus pria itu dan berakhir fatal.
"Clay lepaskan! ayo kita pulang." bujuk Maya lembut.
Tangan Clara menepis kasar sahabatnya, merasa tak terima kegiatannya di ganggu. Bryan terus memandang wajah datar Shean dengan pandangan yang sulit diartikan.
Clara berjinjit menyamakan tingginya dengan Shean, ingin mencium bibir itu tapi hal tak terduga terjadi, bukan ciuman yang diberikan malah cairan berupa muntahan membasahi jaz mahal Shean.
Sontak hal itu membuat kedua gadis di belakangnya menahan tawa, mereka ingin sekali memgumpat dan bilang pada Shean, rasakan itu! tapi kata-kata itu hanya tertahan di hati.
Shean tetap diam tak marah ketika Clara memuntahi Jaz yang di pakai. Pandangan itu berubah sendu saat warna kebiru-biruan menghiasi bahu putih Clara
Memar itu adalah ulahnya tadi siang. Rasa sesal itu hadir karna lagi-lagi ia menyakiti hati dan fisik gadis ini.
"Kenapa kau sangat jahat?" Clara terisak mendaratkan pukulan kecil di bahu Shean. "Kau jahat sekali, aku kesakitan—" Pukulan itu tak menyakiti fisik sama sekali tapi dada Shean ketika sesak mendengar isakan menyayat dari Clara. Betapa brengseknya dia karna telah menyakiti gadis kecil tak berdaya seperti Clara.
Tangan William terkepal erat ada perasaan tak terima dan marah satu waktu, entah mengapa ia memiliki firasat buruk akan hal ini. Karna tak tahan melihat situasi aneh ini ia pun menarik tubuh Clara agar tepisah dari lelaki asing dan membawa ke dalam pelukannya.
Setelah melakukan darama panjang akhirnya Clara jatuh tertidur dengan sudut mata berair karna tangis.
Sigap William menggedong tubuh Clara ala Bridal style.
"Maafkan kelakuan teman saya, dan lupakan ucapanya tadi, dia sangat mabuk, saya permisi," pamit William meninggalkan Shean dalam diam.
Maya dan Vivianpun turut ingin pergi tapi sebelum beranjak, Bryan sudah lebih dulu mencekal lengan Vivian.
"Kenapa kalian membiarkan Clara pergi bersamanya?"
Viviane menepis tangan Bryan kasar.
"Terus kita harus membiarkan Clara bersamamu?"
Kedua bola mata Bryan berputar, tampak jengah mendengar nada ketus dari Vivian.
"Clara mabuk berat, kalian tak takut jika lelaki itu berbuat macam-macam pada sahabatmu."
"Will bukan orang seperti itu, dia sahabat kita," saut Maya cepat, meski heran karna sikap Bryan berlebih, tapi tuduhan lelaki ini pada William sangat tak mendasar.
"Kau dengar, dia akan aman dengan Will, dia pria baik bukan sepertimu, kadal darat," timpal Viviane dengan sindiranya.
Bryan malah terkekeh merdengar perkataan yang cukup pedas dari gadis itu. "Lihat saja nanti, kau pasti akan tergila-gila dengan kadal darat sepertiku."
"Bermimpilah terus," dengusnya lalu melenggang pergi sambil menarik lengan Maya.
"kalian berdua terlihat cocok," ucap Maya, tersenyum tipis.
"Jangan terlalu banyak menonton drama."
Tawa Maya menggema di sana. "Jangan terlalu membenci seseorang suatu saat kau bisa terjebak oleh rasa bencimu."
Vivian tak memperdulikan perkataan Maya yang tak penting, membanting pintu cukup keras hingga Maya yang melihat menggelengkan kepala dengan tingkah bar-bar Vivian.
Shean pun bergegas memasuki mobil, entah mengapa perasaan menjadi tak tenang. Ia menutup pintu mobil, menekas gas meninggalkan area Club.
Bahkan Shean meninggalkan Bryan yang sudah mengumpati kepergian karna tak membawanya. Bryan menatap mobil Shean yang kian menjauh, sahabatnya itu selalu bersikap aneh setiap bertemu Clara. Kepala Bryan menggeleng mencoba menepis fikiran aneh tentang sang sahabat.
.....
...
.
Siapa di sini yang mau hujat Shean di persilakan 😂😂😂
Willliam Maxwill
10 April 2021
Ig Cayraalmeera