FANATIK [SELESAI]

By noventyratnasari

1M 62.5K 7.6K

Ting! @algeriandivanior.fansite menandai anda dalam sebuah kiriman! Belum sempat Algeriand meneguk air minera... More

Prolog
Part : Cast FANATIK
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Epilog
Trailer

Part 43

12.7K 900 649
By noventyratnasari

FOLLOW noventyratnasari

INSTAGRAM :
@noventyrns

VOTE DAN SPAM KOMENTAR 🧡

Multimedia : Rumah Algeriand

••• FANATIK •••

"Pinky, gue duluan ya..." Malika mengusap kepala Pinaka saking gemasnya. Sembari beranjak, ia mendapat tatapan kesal dari Pinaka.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Malika sempat melayangkan ciuman jarak jauh yang ditepis kasar oleh Pinaka. Setelahnya, mobil yang menjemput Malika pun menghilang bersamaan dengan arus lalu lintas yang sama. Apalagi banyak kendaraan yang keluar dari SMA dan SMK, menambah riuh jalanan di depan Pinaka.

Gadis itu masih setia menunggu entah siapapun itu di halte perbatasan antar SMA dan SMK. Kedua tangan bergelayut di tali tas, sedangkan kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri menunggu seseorang.

Sebenarnya Pinaka tidak tahu harus pulang dengan siapa kali ini. Entah Alyora atau Geisan, kalau Algeriand sih Pinaka tidak berharap lebih sebab terakhir kali bertemu kesan Algeriand terhadap Pinaka sangat buruk. Pinaka dan Algeriand dalam keadaan tidak akur.

"Huffft, kayak pacaran lagi marahan aja. Padahal kan nggak ada status," keluh gadis itu.

Mobil putih berhenti di sisi jalan, tepat di depan Pinaka. Bukan, itu bukan Algeriand. Sebab ketika pemilik mobil itu keluar dari mobil, ia adalah Geisan.

Geisan berjalan mendekati Pinaka yang duduk manis di halte.

"Lo nggak sama Alyora?" tanya Geisan.

Pinaka menggeleng, "Dia lupa kali." jawabnya santai.

"Ck, gimana sih? Ya udah masuk!" ajak Geisan. Dagunya mengarah pada mobil miliknya untuk mengajak Pinaka pulang bersama.

"Lo mau berangkat bareng gue atau dia?"

Geisan dan Pinaka menoleh pada sumber suara. Di mana Algeriand berdiri tidak jauh dari Geisan. Cowok itu tidak memakai jas SMA dan hanya menyisakan kemeja putih yang digulung sebatas lengan. Kemeja yang tidak di masukkan ke dalam celana, membuka dua kancing teratas hingga memperlihatkan kalung yang ia pakai.

Bagaimana Pinaka tidak terpesona? Jika Geisan saja melihatnya hampir menggelengkan kepala.

Berbeda dengan Geisan yang selalu berpenampilan tertib dan taat peraturan.

"Kak Algeriand nggak marah?" tanya Pinaka, bibirnya menahan senyum gembira melihat Algeriand datang menghampirinya.

Algeriand menggeleng, tentu semakin membuat bibir Pinaka merekah.

"Ya udah buruan!"

Cowok itu masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Pinaka beranjak dengan semangat mengikuti Algeriand.

Pinaka menyempatkan diri berhenti di samping Geisan, mengangkat kakinya untuk membisikkan sesuatu di telinga kakaknya itu.

"Pinaka pulang bareng calon adik ipar kamu dulu ya, Ge!"

Selanjutnya, Pinaka berlari kecil masuk ke dalam mobil Algeriand. Geisan berbalik arah, menatap mobil merah itu melaju dengan kecepatan normal meninggalkannya seorang diri.

"Bocil satu itu!" gerutu Geisan kesal.

Pasalnya, Geisan sudah mempercepat rapat antara OSIS SMA dan SMK dalam menyambut Dies Natalis Pusaka Negara yang ke 19 yang akan tiba dalam waktu dekat. Bahkan Geisan sudah memulangkan semua anggota rapat hanya untuk melihat adiknya sudah pulang atau belum dan berniat untuk mengajaknya pulang bersama.

Dasar adik durhaka yang memilih pulang bersama gebetan daripada kakaknya sendiri. Geisan menggerutu kesal.

***

"Eum... Kak Algeriand ada yang mau Pinaka tanyakan."

Algeriand mengernyit, apakah soal Nana? Algeriand yakin Clarissa sudah memberi tahu soal Nana kepada Pinaka. Sebab, tidak ada alasan bagi Clarissa untuk menutupinya lagi.

"Apa?"

"Begini, semalem kan Kak Algeriand bilang mau ketemu orang spesial. Tapi kita kok nggak ketemu siapa-siapa?" tanya Pinaka.

Membuat Algeriand bernafas lega. Setidaknya Pinaka tidak menanyakan soal sosok Nana.

"Semalem kelamaan di resort, lo keliatan seneng banget sampe waktunya abis di sana doang."

Pinaka mengangguk, memang malam tadi Pinaka terlalu menyukai pemandangannya. Hingga enggan pulang bahkan sudah beberapa kali Algeriand mengajak Pinaka untuk turun dan mengingatkan bahwa angin malam tidak sehat.

Maklum saja, Pinaka menyukai pemandangan indah lampu kota di malam hari. Saat melihatnya, Pinaka terbayang masa pertumbuhannya dan banyaknya hal-hal yang Pinaka lalui selama ia hidup. Namun, ketika mengingat ke depan. Pinaka juga terkadang membayangkan hal-hal besar yang akan terjadi di waktu mendatang. Lampu kota itu memang menghidupkan bayangan entah itu waktu lalu atau waktu yang akan Pinaka lalui.

Sebab itulah Pinaka merasa betah dan hati tenang ketika melihat lampu itu.

"Maaf Kak Algeriand, Pinaka ngerasa damai kalo liat lampu kota."

Algeriand mengangguk.

Tidak masalah sebab Algeriand tidak tahu bahwa Pinaka akan sebahagia itu.

Weh, siapa yang tidak akan terpesona di ajak ke resort seindah itu oleh seseorang setampan Algeriand?

"Mau ketemu orangnya sekarang?" tawarnya.

Gadis itu menoleh cepat dengan antusiasnya. Ia mengangguk beberapa kali, tentu ia penasaran dengan seseorang yang akan Algeriand pertemukan dengan Pinaka.

Meski Pinaka harap orang itu bukanlah Nana.

Pinaka tidak akan mengorek informasi tentang Nana lewat tutur kata langsung kepada Algeriand. Untuk saat ini, biarkanlah Pinaka bahagia tanpa ada pengakuan menyakitkan dari Algeriand. Pinaka akan membuat pertahanan sekuat mungkin, untuk berjaga-jaga jika suatu saat Pinaka mendengar mulut Algeriand berkata bahwa Nana adalah seseorang yang berarti.

Ah, Pinaka harus banyak berdoa agar dugaannya salah.

"Apa Pinaka perlu lepas hoodie?" tanya Pinaka. Ia memperhatikan penampilannya yang masih mengenakan hoodie pink.

Algeriand menggeleng, "Nggak perlu."

Sebenarnya memang Pinaka terlihat sangat cantik dengan rambut di cepol dan hoodie pink yang menenggelamkan tubuhnya. Algeriand betah melihatnya, bahkan sebenarnya tadi sewaktu di sekolah pun Algeriand tidak tega untuk memarahinya.

Namun, bagaimana lagi? Algeriand takut jika identitas Nana benar-benar di cari tahu oleh Pinaka. Pinaka bukan sembarang gadis polos. Lugu-lugu begitu Pinaka juga punya jiwa penguntit yang hebat.

Mungkin Algeriand harus perlahan menjelaskan siapa itu Nana?

"Mau ketemu di mana, Kak?"

"Di rumah gue."

"Orangnya ada di rumah Kak Algeriand?" tanya Pinaka mengulang.

Algeriand mengangguk tanpa suara, masih fokus mengendarai mobilnya dengan tenang.

"Kalo boleh tau siapa?"

"Bunda gue."

"WHAT?!" pekik Pinaka tidak percaya, matanya membola menanggapi jawaban Algeriand tidak percaya.

Merasa terusik dengan suara nyaring Pinaka, Algeriand hanya menoleh sekilas. Tidak menghiraukan Pinaka yang masih terkejut mendengarnya.

"B-bunda nya Kak Algeriand?"

Algeriand mengangguk.

"Wah gawat, masa ketemu calon mertua bentuknya kayak gembel?"

Algeriand mengangguk lagi.

Wait, artinya Algeriand setuju dong Pinaka seperti gembel? Menyebalkan! Bukannya memberi semangat dan pujian kepada Pinaka, malah membuat Pinaka semakin minder menjadi-jadi.

Pinaka mengambil kaca kecil dari dalam tasnya lalu memakai liptint pink muda agar bibirnya terlihat segar.

"Bunda nya Kak Algeriand nggak galak kayak ibunya Rapunzel kan?"

"Dia cantik."

"Ya pasti cantik orang anaknya aja ganteng."

Algeriand diam tidak menjawab. Pinaka menggeliat gelisah, bagaimana jika Bunda Kak Algeriand itu galak? Memandang Pinaka rendah dan memberikan kata-kata kasar kepada Pinaka?

Kamu anak kurang gizi jangan dekati Algeriand-ku!

Astaga, bagaimana jika tubuh Pinaka di kritik kurang gizi? Padahal kan memang tubuh Pinaka saja yang kecil, porsi makan Pinaka cukup banyak kok!

Tapi, apa Pinaka boleh beralasan? Nanti kalau di nilai kurang sopan bagaimana?

Sadar diri kamu itu jelek nggak sebanding sama Algeriand yang tampan!

Yah, kalau ini sih Pinaka tidak bisa menghindar lagi. Memang Pinaka akui bahwa dirinya jelek, bahkan ia tadi merasa minder ketika duduk bersama Clarissa. Tapi kata Mama, Pinaka cantik kok! Ya, Pinaka harus percaya diri.

Pelet apa yang kamu berikan kepada Algeriand sehingga dia mau sama kamu?!

Susu, Tante. Oh tidak! Jawaban yang ambigu. Tapi memang Pinaka selalu memberi Algeriand susu, kan? Susu botol, bukan susu yang lain.

Atau lebih parahnya Bunda Algeriand adalah orang yang dingin? Tidak mau berbicara dan bergaya sombong? Tante-tante zaman sekarang yang irit bicara, hanya berkata lewat gerakan alis. Menyesuaikan karakter Algeriand, sepertinya kemungkinan besar bahwa Bunda Algeriand memang orang yang dingin? Pasti lebih sulit menaklukannya. Huh, Pinaka stress!

"Kak, masih lama sampainya?" tanya Pinaka, ia gelisah tidak karuan.

"Bentar lagi. Kenapa?"

"Puter balik aja, Kak. Pinaka takut sumpah!"

Algeriand terkekeh, gadis di sampingnya terlihat ketakutan. Terbaca dari gerak tubuhnya yang gelisah.

Semakin Pinaka menunjukkan raut wajah takut, Algeriand semakin ingin mempertemukan Pinaka dengan Bunda. Ia tidak mengikuti instruksi Pinaka yang menyuruhnya untuk putar balik, Algeriand bahkan sedikit melajukan kecepatan mobilnya lebih cepat lagi.

Hingga mobil itu masuk ke kawasan perumahan elite.

Pinaka membaca gang masuk perumahan itu.

Kompleks Perumahan
Cempaka Raya

Algeriand menahan tawanya, ketika melihat sebelah kaki Pinaka tidak bisa diam. Gadis itu menggigit jarinya, sembari terus mengamati jalanan.

Tidak lama mobil itu melaju dari ujung gang, rupanya Algeriand membelokkan mobil ke salah satu rumah besar dengan nuansa tampak hangat. Seluruh lampu bahkan lampu di sisi jalan telah dihidupkan. Mungkin faktor langit mendung, pukul 4 sore sudah seperti menjelang maghrib. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun.

Degup jantung Pinaka berpacu begitu cepat. Seiring dengan berhentinya mobil Algeriand di bagasi mobil, berjajar dengan tiga mobil lainnya. Satu mobil terlihat antik, namun bersih terurus.

"Ini rumah Kak Algeriand?" tanya Pinaka.

"Bukan."

Mata Pinaka berkedip satu kali, ia bingung. Membuat Algeriand gemas dengan kebingungannya.

"Lo polos atau kelewat bego sih?" tanya Algeriand.

"Jadi? Ini rumah Kak Algeriand?" tanya ulang Pinaka.

"Iya lah, buruan turun."

Algeriand mengajak Pinaka untuk menuruni mobil. Lantas kaki Algeriand menjadi panutan Pinaka dalam melangkah.

Merasakan langkah Pinaka terlalu kecil, Algeriand berbalik badan lalu menggandeng Pinaka untuk berjalan di sisinya. Ia tahu pasti Pinaka gugup. Seharusnya Algeriand tadi tidak memberitahunya terlebih dahulu rencana Algeriand membawa Pinaka ke rumahnya.

Algeriand membuka pintu utama. Kesan pertama Pinaka menginjakkan kaki di rumah Algeriand adalah hangat. Cahaya terang dengan pemilihan warna cat yang tepat.

Rumah Algeriand terbilang mewah.

Langkah Algeriand terus membawa Pinaka menuju ke dalam. Semakin masuk ke dalam rumah, semakin takjub Pinaka melihat keindahan rumah Algeriand. Jika ini adalah rumah Pinaka, pasti gadis itu betah berlama-lama di dalam rumah.

"Assalamu'alaikum, Bunda."

"Wa'alaikumsallam, Geri udah pulang?" sambut Bunda berdiri dari duduknya dalam kenyamanan menonton televisi.

Algeriand mencium punggung tangan Bunda, kemudian Bunda melayangkan ciuman di kening Algeriand.

Lucu sekali pemandangan ini, sangat langka dan Pinaka baru tahu bahwa Algeriand bisa menggemaskan di hadapan Bunda-nya.

"Assalamu'alaikum, Tante."

Pinaka mencium punggung tangan Bunda dengan senyumnya. Kali ini senyum itu terlihat sangat dipaksakan, Pinaka terlihat gerogi.

"Wa'alaikumsallam. Geri ini namanya siapa?" tanya Bunda, ia mengusap kepala Pinaka sebab terlalu gemas.

Wajah Pinaka memang terlihat menggemaskan, bahkan Bunda yang baru pertama kali bertemu saja sudah di buat gemas hanya dengan wajahnya saja.

"Perkenalkan, Tante. Nama aku Pinaka Gainslee, biasanya suka di panggil Pinaka."

"Halo, Pinaka, senang bertemu denganmu. Nama panjang Tante Divalice kalo nama pendeknya Alice. Beda sekolah sama Geri, ya?"

Pinaka mengangguk, "Kak Algeriand dari SMA, kalo Pinaka dari SMK, Tante." jawabnya.

"Temennya Geri?" tanya Bunda Alice lagi.

"Iya, Tante."

"Adik kelas Geri, Bun." Algeriand menyahut pertanyaan yang Bunda Alice tujukan kepada Pinaka.

"Beda sekolah, adik kelas, terus alesan Geri bawa ke rumah apa?" goda Bunda Alice dengan senyum jahilnya.

"Ya biar kenal aja sama Bunda gitu."

"Kalo udah kenal, terus gimana?" godanya lagi.

Pinaka hanya tersenyum manis menanggapi, ternyata Bunda-nya Algeriand lucu juga. Tidak jahat seperti yang ia kira. Pinaka saja yang terlalu banyak menonton sinetron Indonesia.

"Apa sih, Bun?" jawab Algeriand akhirnya, ia kesal dipojokkan seperti ini. Namun, Algeriand juga tidak paham kenapa ia sangat ingin mengenalkan Bunda dengan Pinaka.

"Cantik loh, Ger!" goda Bunda, ia menyenggol siku Algeriand dengan senyum yang tertahan.

"Namanya cewek pasti cantik lah, Bun. Geri mandi terus ganti baju dulu, Bunda jaga ini anak orang."

Algeriand pergi naik ke lantai atas begitu saja. Sedangkan Pinaka hanya menyaksikan Algeriand yang terlihat salah tingkah itu menghindar dengan gesit.

"Pinaka duduk dulu yuk! Kamu suka nonton film apa?" tanya Bunda.

Pinaka mengangguk, ia duduk di samping Bunda Alice.

"Pinaka lebih suka drama Korea atau kartun, Tan."

"Panggilnya Bunda aja bisa kan, sayang?"

"Bunda?"

Bunda Alice mengangguk, "Kalo gini kan enak di dengar."

"Bunda, Pinaka boleh tanya?"

"Boleh dong, mau tanya apa?"

"Kalo boleh Pinaka tahu, ayahnya Kak Algeriand di mana?" tanya Pinaka.

"Ayahnya Geri masih kerja sayang di Singapura, pulang setiap delapan bulan sekali. Kenapa? Mau lihat seperti apa Ayahnya Geri?"

Pinaka mengangguk menyetujui, "Penasaran gitu, Bun. Kenapa Kak Algeriand bisa ganteng kayak gitu hehe..." jawabnya.

"Yuk Bunda kasih tau fotonya!" ajak Bunda.

Pinaka ikut beranjak. Ia mengikuti langkah Bunda di belakangnya. Melangkah terus hingga sampai di ruang keluarga. Ruang yang terletak di samping kolam renang.

Bunda berhenti di depan foto berbingkai besar yang menggantung di dinding ruang keluarga. Bingkai emas itu mengelilingi foto persegi panjang yang berisi foto tiga orang manusia yang sama-sama tersenyum senang menghadap kamera.

"Ini ayahnya Geri," tunjuk Bunda Alice pada sosok pria yang memiliki kulit putih bersih, mengenakan jas hitam dan juga berambut rapi.

"Ini Kak Algeriand?" tunjuk Pinaka pada seorang bocah kecil yang juga mengenakan jas hitam seukuran tubuhnya. Ia tersenyum bahagia menunjukkan gigi-giginya yang kecil.

Bunda mengangguk, "Kadang nggak percaya Geri udah besar."

"Kak Algeriand anak tunggal ya, Bun?"

"Iya. Maka dari itu Bunda berharap banget suatu saat Geri memilih pasangan yang tepat."

Entah mengapa Pinaka merasa bahwa Bunda Alice masih belum yakin dengannya. Meskipun sikap Bunda terlalu baik, Pinaka merasa bahwa Bunda belum memberi restu apapun kepada Pinaka. Apa artinya Pinaka gagal?

"Pinaka nggak masuk kategori tepat ya, Bun?" tanya Pinaka.

Bunda menggeleng. Ia memposisikan badannya menghadap Pinaka, kemudian menangkup kedua pipi Pinaka menggunakan tangan hangatnya. Bunda tersenyum melihat kecantikan Pinaka yang tampak natural.

"Pinaka termasuk yang terbaik. Siapapun pilihan Geri sudah pasti yang terbaik."

"Jadi, Bunda akan kasih restu kepada siapapun perempuan yang Kak Algeriand bawa ke hadapan Bunda?" tanya Pinaka lagi.

Lagi-lagi Bunda menggeleng.

"Karna Pinaka satu-satunya perempuan yang pernah Geri bawa langsung ke hadapan Bunda seumur hidupnya."

"Satu-satunya? Jadi, sebelum ini Kak Algeriand belum bawa perempuan ke rumah ya, Bun?"

Bunda menggeleng lagi. Ia meraih kedua tangan Pinaka kemudian menggenggamnya.

"Pinaka satu-satunya. Jadi, Bunda yakin pasti Pinaka sudah yang terbaik!"

"Huh Bunda, Pinaka sama Kak Algeriand belum pacaran," adunya dengan bibir melengkung ke bawah.

"Pasti ada saatnya."

Alice membawa tubuh kecil Pinaka kepelukannya. Pinaka gadis yang menggemaskan. Alice tidak tahan untuk memeluk gadis kecil ini. Gadis cantik dengan senyum yang lucu.

Apa artinya Bunda Alice menyetujui hubungan Pinaka dengan Kak Algeriand?

Ugh, Pinaka menjadi bahagia berkali-kali lipat dibuatnya.

***

HALO, GIMANA PART NYA?

THANKS FOR GIVING SUPPORTED 🧡


SPAM EMOT LOVE YANG KALIAN PUNYAAA, BIAR CEPET UPDATE!

Buat semangat juga, soalnya author sedang sakit dan kurang vit 😭

Continue Reading

You'll Also Like

347K 25.4K 45
#Spin-off Feeling of Regret [Follow sebelum membaca] Hight ranks #1 in Fiksiremaja [18-07-21] #2 in Fiksiremaja [17-07-21] #3 in Fiksiremaja [19-07-2...
4.1K 831 46
⚠️FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ HELP ME TO GET 3k READERS and 900 VOTES ¡Happy Reading! Aletta Nadira. Remaja cantik yang selalu ingin terlihat bahagia da...
2.6M 421K 55
Nayaka Aldevaro, Purna Paskibraka Nasional 2021. Sosok laki-laki superior keturunan Aldevaro dengan paras tampan dan tubuh atletis. Dengan senyum mau...
50.4K 2K 53
⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA GAPAPA KALI YA BIAR ENAKAN BACANYA ^^ Arga,cowok dingin dengan sejuta pesona yang mampu memikat siapa saja yang menata...