"Nona anda tidak kenapa-kenapa, tapi anda sedang mengandung."
Hening.
"APA?!"
Mereka berteriak bersamaan, terkejut? tentu saja, setau mereka Reva masih ting-ting. Reva diam mencerna apa yang terjadi, hamil? ia bertanya-tanya dalam hati.
"Dok, seriusan teman saya hamil?"tanya Ilona dengan nada tidak biasa.
"Iya Nona, usia kandungan nya 2 Minggu, mohon dijaga baik-baik, kalau begitu saya permisi,"ucap sang dokter kemudian pergi dari ruangan itu.
"Reva?"panggil Mila dengan nada khawatir.
"G-gue ... tapi gue kan,"sungguh Reva tidak tau apa yang terjadi.
"Hahaha ga mungkin lah, bisa aja tuh dokter bercanda atau dokter gadungan. Gua aja masih ting-ting!"lanjutnya.
"Tapi Va, dari keliatan nya pun kayaknya beneran apalagi lo mual-mual kan akhir-akhir ini?"
Tanya Feli memastikan, temannya memang berbeda karena nampak pucat. Berbeda halnya dengan Reva yang nampak berpikir.
"Hamil? tapi di novel ga di ceritain, kapan Reva sama Vian nganu-nganu coba?! gue harus tanya ke Kyara!"batinnya.
"Halah gausah di pikir hoax itu mah, sekarang kita pulang aja. Btw gue bisa pulang sendiri,"celetuk Reva meyakinkan.
Teman-temannya pun hanya mengangguk meski ragu, kemudian mereka pergi meninggalkan Reva. Tak ingin berlama-lama, Reva segera menelfon Kyara, kemarin sebelum mereka pergi ia meminta nomor Kyara.
"Ra,kita ketemu sekarang di taman kemarin!"ucap Reva dengan datar.
Setelah menyelesaikan administrasi, Reva pergi meninggalkan rumah sakit dan pergi ke taman. Reva melihat disana sudah ada Kyara menunggu.
"KYARA!"
Teriak Reva kemudian berlari kecil menuju tempat duduk Kyara.
"Kenapa Va?"
"Kenapa?"
"Ha? kenapa apanya?"
"Gausah pura-pura gatau! jadi ... kenapa gue bisa hamil?"menatap Kyara penuh selidik.
Kyara menghembuskan nafasnya pelan."Oke, emang di novel ga di jelasin Va,tapi asal lo tau! di novel pas Kareva meninggal, dia dalam keadaan hamil."
Reva terkejut, bagaimana Vian membunuh calon anak yang tidak berdosa? atau apakah Vian memang tidak mengetahuinya?
"Gue tanya, gimana bisa? perasaan Reva sama Vian belum nananinu,"ucap Reva mengetuk dagunya.
"Bisa lah! yaudah gue ceritain ya dibalik Reva hamil. Jadi Reva dan Vian hubungan sebelum cerita novel di mulai, dan lo tau? Vian ga sadar sama sekali pas ngelakuin bahkan setelahnya. Kenapa? karena saat itu Vian sedang mabuk. Dan kenapa lo selalu nyebut diri lo gadis? itu juga karena waktu itu Kareva ga sadar! dia juga mabuk, alasan mereka mabuk adalah orang tua Vian atau mertua lo yang pengen punya cucu dari Kareva sebelum mereka pergi ke luar negeri!"
"Satu lagi, kenapa Vian juga nyebut lo gadis? ya karena dia juga lupa segalanya, dia sama sekali ga dapet memori itu. Emang harusnya inget sih kalo udah sadar, namun seakan-akan ada yang ngasih dia obat biar ga inget samsek."
Panjang Kyara panjang lebar, sedangkan otak Reva masih loading menerima kenyataan ini. Jadi, dia benar-benar hamil anak Kareva dan Vian?
"Jadi, gue bener-bener hamil Ra? pas di novel Kareva di bunuh ... apa Vian tau kalo Reva hamil?"
Kyara nampak gelagapan di mata Reva, mencurigakan! namun Kyara kembali tenang.
"Lupa Va ... kalo lo gamau di bunuh pergi aja dari Vian, kasian anak lo. Dan ya itu akan terjadi tiga Minggu lagi Va, dimana sang antagonis cewek muncul."
"Yaelah Ra, kan masih lama! santai aja dulu,"ucap Reva sambil menatap langit.
"Sial! kalo dia beda kayak gini gagal rencana gue!"umpat Kyara dalam hati menatap Reva tajam.
Kemudian Kyara menormalkan ekspresi nya."Yaudah Va, kalo ada apa-apa bilang ke gue ya? gue pergi dulu, takut di cari ortu disini."
Reva mengangguk menatap Kyara pergi, ia menghanguskan nafasnya kasar. Ayolah dia ingin bersenang-senang, tapi justru apa? dia malah cosplay jadi bumil dadakan!
Kemudian Reva kembali berpikir, kalau dia pergi seperti apa yang dikatakan Kyara ... ada benarnya. Tapi dimata Reva, Kyara nampak mencurigakan. Namun ia menepis pikirannya itu karena Kyara nampaknya ingin membantu.
Ia melirik perut nya yang agak membuncit, bukan karena kehamilannya, tapi lemak. Perlahan Reva mengelus perutnya lembut.
"Baik-baik disana baby, gue jaga lo kok walaupun gue bukan yang buat lo,"ucap Reva menatap perutnya sambil terkekeh.
Reva akan menerima, karena bayi yang berada di dalam kandungan nya tidak bersalah. Dia tak mau membunuh atau membiarkan calon anaknya terbunuh begitu saja, apalagi karena ayahnya.
•••••
Hari sudah mulai sore, saat ini Reva di taman mansion keluarga Vizeo sambil menatap bunga-bunga yang tumbuh.
"Kok tiba-tiba pengen pelihara singa ya?"gumam Reva.
"Apa gue ngidam?"lanjutnya dalam hati.
Setelah yakin ia berjalan, maksudnya berlari kecil menuju kamar Vian. Dia tidak tau suaminya sudah pulang atau belum, namun Reva bodoamat. Saat sudah di depan pintu kamar Vian, ia mulai berteriak.
Tok tok tok
"VIAN YUHU BUKA DONG PINTUNYA, GUE MAU NGOMONG"
"WOI SETAN! BUKA PINTUNYA BAB —"
"Maaf Nona, tetapi tuan muda belum pulang,"ucap salah satu maid memotong teriakan Reva.
"Yaudah Bi, nanti kalo Vian udah pulang ngomong ke Reva ya."
"Baik Non."
Reva menunggu Vian di ruang utama, karena terlalu lama menunggu, Reva ketiduran dikursi.
Jam sudah menunjukkan pukul 22:51, Vian baru sampai di rumah, ia dikejutkan dengan seorang wanita yang tertidur dengan gaya tidak elit di kursi. Bagaimana tidak? Badannya yang setengah terjatuh, jangan lupakan posisinya yang tengkurap.
Vian memandang wajah itu, cantik , batinnya. Kemudian Vian menggendong Reva ala bridal style menuju kamar. Reva yang tidurnya terusik pun terbangun.
"Vian?"tanya Reva memastikan.
"Hmm."
Mereka sampai di kamar, Vian merebahkan tubuh Reva dengan menghempaskan tubuhnya.
"ANJING ANAK GUE!"
"Anak?"
Teriak Reva tak sadar kemudian menampar bibirnya pelan, gawat kalau Vian tau!
"E-engga kok, btw gue mau ngomong sama lo dan, lo harus turuti,"ketusnya dengan nada serius.
Vian menaikkan satu alisnya pertanda ia sedang bertanya 'apa'. Reva menghela nafas panjang, takut jika kejadian seperti sebelumnya terulang. Jika sampai ia harus membunuh orang, kasian calon anaknya.
"Gue mau pelihara singa."
"Maksud lo?"
"Huftt, gue.mau.pelihara.singa,"tekannya di setiap kalimat.
"Bayarannya apa?"tanya Vian dengan muka songong.
"Bangsat bisa-bisa nya lo sama istri sendiri itung-itungan! pokoknya gue gamau tau, besok harus ada!"
"Tapi lo harus nemenin gue,"kata Vian membuat Reva curiga.
"Apa?"
"Ruang bawah tanah."
Reva berpikir, jika ngidamnya tidak di turuti maka kata orang anaknya akan ileran. Tapi jika dia ikut Vian, ia akan melihat pembunuhan secara langsung, lagi!
Ia mengetuk dagunya berpikir, kemudian mengangguk. Vian tersenyum smirk, ah tidak sabar mengajari istrinya manjadi sepertinya, batinnya.
"Tapi ... besok aja, gue ngantuk mau tidur! besok kan Minggu. Udah ya lo keluar pintu disana."
Final Reva segera menutup tubuhnya dengan selimut. Vian berdecak, ingin sekali menyiksanya seperti awal menikah, tapi mengapa sekarang ia justru kasian? dan juga sifat Reva sangat berbeda.
Dulu Reva tidak berani membentak nya, bahkan nada ketus sekalipun. Reva dulu tidak pernah membantahnya, namun apa yang terjadi sekarang? mengapa Reva yang kalem berganti menjadi gadis bar-bar seperti itu?
Vian menatap Reva sebentar kemudian berjalan keluar kamar Reva.
•••••
Malam berganti pagi, seorang wanita yang tidur terusik karena sinar matahari di celah-celah korden. Ia membuka matanya pelan-pelan sebelum akhirnya menguap lebar.
"Selamat morning baby,"ucapnya sambil mengelus perutnya.
Reva bersiap-siap, rencananya pagi ini ia akan joging karena ingin. Setelah selesai Reva turun ke lantai bawah. Disana Reva melihat Vian melakukan pemanasan, ternyata ga kebo, batinnya.
Vian yang merasa diperhatikan pun menoleh, ia melihat Reva nampak seksi dengan pakaiannya itu! kemudian Vian menatap Reva tajam.
"Kemana?"tanya Vian.
"Lo liat kan, gue mau joging. Kalo tentang semalem nanti deh kalo gue pulang."
Suaminya itu mencoba tak peduli, begitupun Reva yang melanjutkan jalannya berkeliling taman kota yang lumayan dekat dengan mansionnya. Udara di pagi hari begitu menenangkan dan sejuk.
Saat sedang joging Reva tak sengaja terpeleset kerikil, namun untungnya seseorang menangkapnya.
"Makas- eh lo? yang di minimarket waktu itu kan?"
Ya, Reva merasa familiar dengan pemuda itu. Apa salahnya bertanya, siapa tau dapet cogan, batinnya senang.
"Iya kayaknya, duduk dulu yok disana,"ucap pemuda itu sambil menunjuk sebuah kursi,mereka duduk bersebelahan.
"Btw siapa nama lo, cantik?"kata pemuda itu membuat pipi Reva merona.
"Eh, nama gue Kareva Gracia, panggil aja Reva,"ucapnya sambil mengulurkan tangan. Sengaja tidak menyebutkan marga nya, takut ketauan sudah menikah!
Pemuda itu terkekeh dan menerima uluran tangan wanita di depannya."Leonard Nathaniel, Leo."
"Nih,"lanjut pemuda itu sambil memberi sebotol air mineral.
"Gapapa nih gue minum?"
"Iya."
Reva meminum air itu, lega sekali. Tapi karena cuaca semakin panas ia memutuskan berpamitan pada pemuda itu untuk pulang ke mansionnya.
"Cantik, dan lo punya gue,"ucap Leo sambil tersenyum smirk, dan mata yang menunjukkan obsesi.
Hi pren mau cerita sedikit, dulu tuh aku ada niat hiatus karena gaada yang baca, tapi gajadi karena semua author pemula pasti pernah ada di posisi itu kan?
and aku nulis sebagai hobi, jadi menurutku ga terlalu penting readers buatku hhe.
Aku tetep up walaupun yang baca dikit, tapi udah seneng banget, buat kalian makasih udah support aku ><
Dan kalau ada kesalahan dalam ketikan aku, tolong kritik/sarannya ya aku malah seneng, karena kedepannya pasti aku lebih baik lagi thanks pren <3
Next?
1467 kata.