Sudah hampir tiga hari Haechan tidak pulang dan tidak ada kabar, membuat semua dominannya khawatir apalagi saat diteliti Haechan tidak ada jadwal rapat apapun di Jepang.
"YAAA ZHONG CHENLE APA ORANG-ORANG MU MASIH BELUM BISA MELACAK DIMANA HAECHAN BERADA" teriak Jaemin dengan nada emosi.
Jujur ia khawatir sekali dengan keadaan Haechan yang entah ada dimana, namun Chenle hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Namun jika saja Jaemin dan yang lain memperhatikan saat ini Chenle tengah melirik Ten dan Yuta dalam diam.
Chenle dan Yuta terlibat dalam rencana Ten dan Haechan, itu sudah pasti. Ketika ia mencoba menghubungi Haechan dan tidak bisa mendapatkan kabar apapun tentang Haechan sama sekali sudah tentu saat itu juga Chenle bertindak mencari tahu dimana Haechan.
Ia bahkan secara pribadi datang ke Jepang untuk menyusul Haechan yang ternyata mengasingkan diri di villa milik mendiang pamannya.
Flashback
Chenle dan Yuta melihat alamat yang diberikan oleh orang suruhannya dengan seksama, "benar ini kan alamatnya hyung?" Tanya Chenle dan Yuta mengangguk.
Yuta yang awalnya tidak tahu kenapa tiba-tiba dia dibawa ke Jepang dengan menggunakan jet pribadi milik keluarga Chenle. Akhirnya tahu tujuannya datang adalah untuk mencari Haechan.
"Kau membawaku pasti hanya untuk menjadi pemandu mu saja" ujar Yuta yang dibalas anggukan mantap oleh Chenle. Meski kesal Yuta tetap bersyukur kini ia tahu keberadaan pasangan hidupnya dimana.
Tok tok tok
Haechan yang awalnya membaca buku menutup bukunya untuk membuka pintu villa, ia pikir itu bibi penjaga rumah yang baru kembali karena bagaimanapun tadi bibi itu pamit pada dirinya untuk ijin pulang sebentar.
Namun netra Haechan membulat saat melihat kehadiran Chenle dan Yuta yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Haechan mundur perlahan saat Yuta sudah maju mendekatinya.
Grep
Yuta langsung memeluk Haechan dengan erat, "kau ini bisa tidak, jangan membuat orang khawatir" omel Yuta seraya mengelus kepala Haechan dengan sayang.
Haechan tersenyum lembut seraya membalas pelukan Yuta, "maaf" bisik Haechan pelan. Chenle yang dibiarkan berdiri sendiri akhirnya memeluk Haechan dari belakang. "Hyung aku juga khawatir padamu loh" bisik Chenle ditelinga Haechan yang hanya dapat tertawa.
Selepas acara berpelukan kini mereka tengah duduk bertiga, "Jadi apa alasan hyung melakukan hal ini?" Tanya Chenle. Haechan nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya bercerita pada kedua dominannya.
"Jadi, wanita itu akhirnya bergerak" ujar Yuta seraya menyenderkan punggungnya di kursi, dan Haechan hanya mengangguk sebagai balasan.
Chenle memijat keningnya, "taraf kegilaan wanita itu luar biasa" bisik Chenle dengan nada tidak percaya.
"Lalu kapan kau berniat menyelesaikan wanita itu?" Tanya Yuta, dan membuat Haechan tersenyum senang menatapnya. "Biarkan dia merasa menang lebih dulu, aku bahkan berniat menyiksanya secara perlahan" ucap Haechan dengan seringai tipis di wajahnya.
"Lagipula itu hanya tubuh busuk, berapa kali pun ia merubah wajahnya namun luka yang telah ia dapatkan tidak akan sembuh semudah itu untuk sembuh" ujar Haechan dengan nada santai.
Chenle membatin dalam hati, "ini akibatnya kalau orang polos memiliki dominan psikopat, kini ia lebih menyeramkan dari Jeno hyung dan Yuta hyung". Batin Chenle.
Flashback End
"Mianhe hyungdeul, Jisung-ah" batin Chenle menyesal.
Ting
Haechan
Aku akan pulang besok, maaf menghilang beberapa hari.
Jaemin dan yang lain akhirnya dapat menghela nafas mereka lega saat membaca pesan yang Haechan kirim. "Akhirnya kau pulang juga" bisik Jaemin dengan nada senang.
"Sudah kita istirahat sekarang" ajak Taeil yang disetujui oleh yang lain.
"Kau tidak tidur?" Tanya Renjun pada Jisung yang memang hanya duduk diam, Jisung menggeleng, "aku akan tidur setelah selesai menelpon anak-anak" jawaban Jisung membuat yang lain tadinya sudah akan pergi langsung kembali dan duduk memepet pada Jisung.
"Kami juga mau" sahut mereka penuh harap, dan terjadilah acara VC dengan anak-anak yang ternyata sangat-sangat bahagia tanpa papanya. Mereka sih maklum selain kasih sayang, mereka juga dimanjakan dengan harta yang tidak ada habisnya.
Sedangkan para suami Haechan sedang sibuk menelpon, Seo Hee yang tadinya menguping kini tengah tersenyum senang karena mendengar bahwa besok Haechan akan pulang. "Aku harus berdandan yang cantik agar Haechan terkesan padaku" bisik Seo Hee seraya melangkah menuju kamar tidurnya tanpa tahu Yumi yang sejak tadi mengikuti Seo Hee tengah tersenyum aneh kearah Seo Hee.
*
Seo Hee mendesah lelah saat Ten hari ini begitu cerewet dan menyebalkan menurut Seo Hee. Bagaimana tidak sejak pagi ia telah membuat Seo Hee sibuk sendiri dengan pekerjaan yang tidak jelas.
Seperti :
"Seo Hee-ssi tolong beli beberapa buah di supermarket" setelah dikerjakan dengan Seo Hee yang harus pergi ke supermarket pagi-pagi.
Lalu
"Seo Hee-ssi kedua kucingku belum makan, berikan mereka makan" perintah Ten sedangkan wanita itu jelas tidak suka dengan mahluk berbulu yang merepotkan itu.
Bahkan saat makan pun Ten rewel hampir empat piring Ten meminta Seo Hee mengganti makanannya karena lauk yang tidak cocok.
Dan kini Seo Hee tengah menemani Ten berjemur di halaman depan, ia memandang kesal pada Ten yang sibuk mengelus kucing di pangkuannya. Entah kenapa Seo Hee tiba-tiba melihat pada bagian bawah kursi roda tempat kunci untuk roda, tanpa suara ia buka kuncinya sebelum dengan sedikit keras ia dorong kursi milik Ten.
Mata Ten membulat saat kursinya bergerak sendiri, ia sempat menoleh kebelakang dan menatap Seo Hee yang hanya terdiam dengan wajah dingin. Ia tidak punya waktu mengurus wanita itu saat nyawanya dalam bahaya.
Ten berusaha mengarahkan posisi jatuhnya kearea yang tidak membahayakan nyawanya, bahkan tanpa sadar kaki Ten telah bergesek dengan kerasnya aspal . Ten tidak sadar jika ia bahkan telah berdiri dari kursi rodanya namun hanya sebentar sebelum keseimbangannya goyah, matanya sedikit tertutup saat ia akan menabrak pohon.
Grep
"Kau baik-baik saja sayang?" Pertanyaan dari suara yang begitu dikenal oleh Ten seketika membuat lelaki itu membuka matanya.
"Haechan" panggil Ten pelan yang dibalas anggukan oleh Haechan.
Haechan menatap dingin pada sosok Seo Hee yang kini berlari kearah dirinya dan Ten. "Maaf tuan Ten tadi saya tidak melihat jika kursi rodanya bergerak sendiri, saya sudah bilang pada anda untuk tidak banyak bergerak agar posisi anda aman" ujar Seo Hee yang seolah menyalahkan bahwa itu adalah keteledoran Ten.
Namun tanpa bicara apapun Haechan langsung memapah Ten masuk ke dalam rumah membuat Seo Hee yang ditinggal begitu saja menggeram kesal. "Laki-laki brengsek itu pasti sengaja membuatku kesal hingga dia bisa memancing amarahku dan kini Haechan pasti salah paham padaku" bisik Seo Hee sebelum mengejar Haechan dan Ten.
Jaehyun menatap terkejut saat melihat Haechan yang datang dan kesulitan memapah Ten. Dengan cepat Jaehyun langsung bergegas membantu memapah Ten.
"Apa yang terjadi?" Tanya Jaehyun dengan nada khawatir.
Ten hanya menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, hanya aku yang sedikit teledor" jawab Ten, namun mana mungkin Jaehyun percaya ketika wajah Haechan nampak mengeras belum ditambah dengan kedua tangannya yang mengepal dengan erat.
Tangan kanan Haechan di genggam dengan lembut oleh Ten, sedangkan yang kiri tengah di genggam oleh Jaehyun membuat Haechan yang sejak tadi merasa emosi akhirnya menatap pada kedua dominannya.
"Tenang Haechanie" ucap Ten yang membuat Haechan akhirnya menghirup nafas dalam-dalam.
Renjun, Mark dan Doyoung tanpa sengaja dari lantai atas melihat kehadiran Haechan. Ketiganya langsung berlari turun dan memeluk Haechan.
"Sayang/Chagi kau dari mana saja" ujar ketiganya bersamaan membuat Haechan harus menutup matanya akibat suara keras yang terdengar di telinganya.
"Menyingkir dariku" ucap Haechan dengan nada dingin membuat ketiganya langsung melepaskan pelukan mereka dan menatap bingung pada Haechan yang tampaknya tengah marah besar.
"Kau kenapa ada yang membuatmu kesal?" Tanya Doyoung.
"Ada yang menyakiti mu, siapa orangnya katakan padaku?" Kini gantian Renjun yang bertanya.
"Kau baik-baik saja kan sayang?" Mark pun ikut juga melontarkan pertanyaan.
Haechan menatap bersalah pada ketiganya, bukan salah mereka kenapa Haechan harus meluapkan amarahnya pada mereka. Perasaan kesalnya pada Ryujin yang hampir mencelakai Ten dihadapannya sungguh membuatnya benar-benar marah.
Haechan menghela nafasnya dalam-dalam dan menatap ketiganya dengan wajah menyesal, "maafkan aku" bisik Haechan seraya membuka tangannya meminta pelukan dari tiga orang dihadapannya.
Doyoung, Mark dan Renjun pun akhirnya memeluk Haechan lagi namun kali ini lebih lembut. Tanpa tahu Seo Hee yang baru datang melihat semua itu dengan tangan terkepal, ia sampai menggigit bibirnya dengan keras kala melihat semakin banyak dominan Haechan yang datang dan memeluk Haechan.
"Dia milikku" desis Seo Hee pelan.
"Apa?"
Seo Hee terkejut menatap pada Yumi yang menatapnya dengan wajah polos, "sejak kapan kau disitu?" Tanya Seo Hee.
"Ah, baru tapi maaf kau menghalangi pintu mau ku tutup" jelas Yumi.
"Kenapa?" Tanya Seo Hee bingung.
"Para tuan sedang bermesraan, mana mungkin kami para pelayan menikmati tontonan begitu" ujar Yumi namun sepertinya Seo Hee enggan untuk beranjak.
"Apa kau masih ingin di dalam?" Tanya Yumi yang langsung membuat Seo Hee mengangguk cepat, dan membuat Yumi memandangnya dengan aneh.
"Ah, aku khawatir tuan Ten membutuhkan ku" jawab Seo Hee beralasan dan Yumi pun tidak bertanya lagi namun hanya mengangguk serta menutup pintu dari luar yang membuat Seo Hee menghela nafas lega, tanpa tahu Yumi mengunci pintu itu dengan sangat rapat dari luar.
Sedangkan Haechan yang mendengar suara pintu tertutup tersenyum menyeringai dalam posisi membelakangi Seo Hee. "Kau benar-benar tidak berubah ya Ryujin-ssi"
Mata Seo Hee atau Ryujin nampak terkejut ketika mendengar Haechan memanggil namanya. Bertepatan dengan Haechan yang membalik badannya dan menatapnya dengan seringai menyeramkan di wajahnya. "jadi ayo kita selesaikan hutang-hutang mu" ucap Haechan dengan nada main-main.
T.B.C
Akhirnya..... Hampir final chap depan. ....
Mau cpet up .....vote dan Comment dulu ya