Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca
°
°
°
Masih dengan tangisannya shafa berjalan dengan menunduk untuk menyembunyikan tangisannya.
Saat berpapasan dengan dengan zia di koridor asrama shafa hanya melewatinya.
Zia kebingungan dengan shafa karena pundaknya bergetar seperti menangis. "Shafa." Panggil zia.
Shafa tidak menghiraukan panggilan dari zia, ia tetap berjalan ke arah kamarnya.
Zia yang melihat shafa seperti itu memilih berbalik arah mengejar shafa. Karena ia takut terjadi sesuatu dengan saudarinya.
Shafa membuka pintu kamar sedikit kasar mengagetkan risma dan meira,risma yang kaget siap untuk memaki shafa tapi setelah melihat mata shafa yang sembab ia urungkan.
Shafa berjalan menuju lemarinya ia menurunkan koper lalu mengambil pakaian miliknya.
"Shafa,kamu kenapa?" Tanya meira. Pasalnya tadi shafa saat pergi baik baik saja
"Kenapa baju bajunya di masukin? " Tanya risma bingung.
"Ini juga kenapa nangis? Kenapa cerita ke kita. "
Shafa masih enggak untuk berbicara.ia masih membereskan barang barang miliknya.
Zia memasuki kamar mereka, melihat shafa yang sudah membereskan pakaiannya zia bertambah bingung apa yang terjadi pada shafa.
"Shafa.kamu kenapa?. " Tanya zia lembut sembari membalikan badan shafa agar shafa berhenti membereskan barang barang miliknya.
"Aku mau hiks...hik...pulang. " ucap shafa disela tangisnya.
"Kenapa? " Tanya tiga temannya serempak.
"Aku enggak bisa disini. "
"Ya alasan nya apa? Kenapa tiba tiba begini. " Tanya zia khawatir.
"Aku.... Aku.... "Shafa bimbang ingin mengatakan pada mereka atau tidak tentang statusnya yang baru ia ketahui.
" Kenapa? Bukannya kamu bilang kamu nyaman disini. Kenapa tiba tiba mau pulang?. "Suara risma menyahut.
Shafa hanya diam ia masih bimbang. "Kenapa jangan diam aja dong. " Ucap zia sedikit kencang.
"Aku.... Aku.. Sudah menikah. "
Seketika Ketiga temannya menegang. Mendengar ucapan shafa.
"Maksud kamu? " Tanya zia.
"Aku sudah dinikahi secara diam diam zia....hiks.... Aku enggak bisa."
"Kenapa hidup aku selalu di setir, aku juga ingin punya pilihan dalam hidup aku zia. " Ucap shafa sambil menangis di pelukan zia
Zia membiarkan shafa menangis agar shafa cepat tenang. Ia mengusap punggung shafa. Tak urung zia juga ikut berkaca kaca.
"Tenang dulu ya, setalah ini baru cerita semuanya. " ucap zia menenangkan shafa.
Shafa tersedu di pelukan zia.ia menangis karena jujur saja pernikahan ini adalah beban baginya, shafa benar benar belum siap untuk menjadi seorang istri, ia masih terlalu muda untuk menjalani hidup nya sebagai seorang istri, ia masih ingin mencoba beberapa hal dalam hidupnya. Kenapa rasanya seperti tidak adil.
Bahkan ia dinikahi tanpa ia tahu, ia menikah dengan seseorang yang sebelumnya shafa sendiri tidak tau dia siapa. Walaupun akhir akhir ini ia sudah dekat dengan Gus zyen. Tapi rasanya sangat aneh ketika ia mengetahui jika Gus zyen adalah suaminya.
"Aku harus gimana? "
Shafa melepas diri dari dengan zia. Ia mengusap sisa air mata di pipi nya.
"Duduk dulu ya, ceritakan semuanya. " ucap zia lembut. Mereka ber empat duduk melingkar.
"Ayo cerita. " Ucap meira disebelah kiri shafa.
Shafa melihat mereka bergantian. Ada rasa ragu untuk menceritakan semuanya.
"Enggak papa, cerita saja,kita dengarkan sampai selesai. " Ucap risma menenangkan shafa.
Shafa mengambil nafas lalu menghembuskan perlahan untuk menetralkan perasaanya.
"Aku sudah menikah dengan gue zyen, tapi aku sendiri baru tahu kalau aku sudah menikah."
"Bahkan orang yang menikahi ku, adalah orang yang baru saja aku kenal. "
"Bahakan dari bukti yang aku temukan tadi dari kartu keluarga, buku nikah, di sana tersemat namaku. Bahkan ada nama ayah dan fotoku terpasang di buku nikah. "Ucap shafa mulai berkaca kaca
"Awalnya aku tidak ingin percaya tapi...... Hiks.... Hiks....setelah dengar pengakuan darinya itu memang benar adanya, aku sudah menjadi seorang istri. "
"Rasanya terlalu mengejutkan mengetahui semuanya. " ucap shafa sendu, ia mendongakkan kepalanya.
"Jadi sekarang aku tau kenapa aku selalu dipaksa masuk pesantren, karena ini alasannya. Karena aku memiliki seorang suami yang notabene nya seorang gus. "
Zia mengusap lengan shafa. Risma dan meira menatap shafa sendu.
"Sekarang aku enggak tau harus bagaimana."
"Aku ingin pulang. "
Sembari mengusap lengan shafa. "Apa kamu enggak mau dengarkan penjelasan dari Gus zyen dulu? "Ucap zia pelan
Shafa menggelengkkan kepalanya " Untuk saat ini rasanya sangat berat buat aku menerima kenyataan ini "
"Tapi apa kalau kamu pulang dan kamu kasih tau orang tua kamu, ada kemungkinan kamu akan dibawa ke sini lagi. Karena kamu sudah menjadi seorang istri shafa. " ucap risma berpendapat.
"Karena tanggung jawab mereka sudah selesai saat Gus zyen mengucapkan ijab qabul. Sekarang kamu adalah tanggung jawab gus zyen. " Sahut meira.
"Kamu harus disini dulu,kamu hanya butuh penjelasan dari mereka semua."Ucap risma masih berusaha membuat shafa tetep di pesantren.
"Kamu tau , mungkin banyak hal yang akan mengecewakan didalam hidup kita. Tapi kalau hati kita ikhlas,di ujung pasti sudah banyak kebahagiaan yang menanti. "
"Aku mungkin bisa berbicara seperti ini karena aku tidak mengalaminya. Dan aku tidak bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Tapi setiap takdir seseorang sudah ada yang mengaturnya."
"Mungkin ini memang bukan apa yang selalu kamu untai dalam doa kamu, tapi percaya bahwa setiap jalan yang Allah kasih, karena Allah Maha tau apa yang sebenarnya kita butuhkan. " ucap zia menasihati shafa.
"Disini dulu ya, kalau kamu belum siap untuk bertemu gua zyen, nanti aku temani kamu. " ucap zia sembari tersenyum. Lalu memeluk saudarinya tersebut.
"Kamu pernah dengar tidak kutipan dari umar bin Khattab? " Tanya zia yang mendapat gelengan dari shafa.
"Umar bin Khattab pernah berkata. Kelak kamu akan mengerti memilih pasangan itu tidak hanya karena cinta. Tapi juga tentang siapa yang datang dan menemani ibadahmu hingga menutup mata. "
"Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Semua sudah atur sedemikian rupa oleh sang Pencipta . Itu semua yang terbaik untuk kita." Jelas zia masih mengusap shafa yang ada di dekapannya.
➖➖➖
Keesokan harinya shafa berjalan dengan gelisah menuju ndalem yang ditemani zia.
Kabarnya kedua orang tua shafa juga ada di sana. Tangannya tidak berhenti memilin ujung hijabnya. Tapi shafa tetap berusaha tenang.
"Assalamu'alaikum." Ucap shafa dan zia memasuki ndalem.
"Wa'alaikumsalam.ya Allah,kamu baik baik saja kan nak?. " Tanya uma Fatimah menghampiri shafa di depan pintu ndalem.ia mengusap pipi shafa dengan lembut, matanya memancarkan kekhawatiran pada shafa.
Keadaan shafa bisa dibilang tidak baik baik saja. Matanya sembab karena menangis semalam. Pikirannya kacau.Bahkan suhu badannya juga naik.
Shafa menganggukkan. "Shafa baik baik saja uma. " jawab shafa tenang.
"Masuk nak. Mama dan ayahmu sudah didalam. "
Uma Fatimah menggandeng tangan shafa. Mereka memasuki ndalem. Saat akan memasuki ruangan dimana orang tuanya berasal shafa tiba tiba menghentikan langkahnya.
Shafa menghela nafasnya, matanya sudah berkaca kaca. "Tidak apa apa, ayo masuk. "
Mereka menghampiri dimana ada orang tua shafa, Gus zyen, dan abah khalid.
Atensi mereka perpindahan pada shafa yang berdiri di apit oleh uma Fatimah dan zia.
Netra shafa bertemu dengan netra gus zyen. Shafa segera mengalihkan pandangannya pada ayah Hendra dan juga mama arumi.
Mata shafa memberat,ia menghalau air matanya. Ada rasa rindu terhadap orang tuanya, tapi disisi lain ia juga kecewa. Kenapa mereka mengambil keputusan terbesar untuk hidup shafa tapi tanpa melibatkan dirinya.
Shafa mengalihkan pandangnya untuk mengusap air matanya yang menetes begitu saja.
"Duduk dulu nak. " ajak uma Fatimah.
Shafa mendudukkan diri bersebelahan dengan zia. Ia berhadapan langsung dengan gua zyen. Disisi kanan nya ada kedua orang tuanya, sementara di sisi kirinya ada abah khalid dan uma Fatimah.
Shafa menatap datar Gus zyen.
"Zia..... " Ucap mama arumi.
"Biarkan zia disini. Dia tau semuanya. " Sahut shafa yang tau mamanya akan katakan.
"Apa yang mau di jelaskan. " Tanya shafa to the point.
Belum Gus zyen menjawab ayah Hendra sudah menjawab pertanyaan shafa "Shafa, disini yang salah bukan hanya suami mu. Ayah juga salah karena tidak memberi tahu kamu tentang semua ini. "
"Ayah melakukan ini karena ayah ingin yang terbaik untuk kamu. "
"Ayah tau kamu kecewa dengan keputusan ayah. Ayah tau kamu marah dengan ayah.tapi jangan benci Gus zyen, nak, ini keputusan ayah agar kalian menikah secara rahasia. "
Shafa masih mendengarkan seksama penjelasan ayahnya.
"Ayah yakin putri ayah punya hati yang luas untuk menerima semua ini, tapi bukan sekarang, makan dari itu ayah memutuskan merahasiakan pernikahan kalian. "
"ayah yakin setelah kamu mengetahuinya, sangat berat untuk kamu. Tapi ayah mohon. Terima Gus zyen sebagai suami mu dengan hati yang lapang. "
"Dia pilihan ayah.Dengan berani dia datang ke rumah untuk mengkhitbahmu, itu yang membuat ayah yakin bahwa dia imam yang baik untuk kamu. "
Air mata shafa sudah mengalir mendengar ucapan dari ayahnya..
"Boleh shafa bilang ayah egois, dari dulu ayah selalu mendorong shafa untuk mengejar mimpi yang shafa inginkan. Tapi kenapa tiba tiba ayah menarik shafa untuk menjauh dari mimpi yang hampir shafa gapai. "Ucap shafa masih dengan air mata yang menghiasi pipinya.
Shafa mengalihkan pandangannya pada
Gus zyen " Lalu apa yang mau Gus zyen jelaskan? "
Gus zyen menatap shafa lembut "Kamu adalah satu satunya perempuan yang memporak poranda hati saya sejak saat pertama kali kita bertemu. "
"Saya takut akan dosa shafa. Pikiran saya selalu tertuju padamu. Pada akhirnya Allah memberi petunjuk. "
"Dengan bekal yang saya punya, saya memberanikan diri mendatangi ayahmu."
"Setelah menikahi kamu,saya baru berani mencintai kamu,tapi saya terlalu pengecut untuk memberi tahu kamu tentang status kita .
"Saya tau ini berat untuk kamu. Tapi pada kenyataannya takdir kita sudah tertulis bahkan sebelum kita terlahir di dunia."
Shafa menghela nafasnya. "Ini terlalu mendadak untuk aku. Tapi aku bisa apa? Apa boleh aku meminta perceraian. Enggak kan?"
Perkataan shafa membuat semua orang beristighfar."Aku bukan perempuan baik Gus,jangan berharap banyak dengan aku. Gus bisa mencari perempuan yang lebih dari aku diluar sana, tapi kenapa harus aku. "ucap shafa lirih.
"Jangan ber ekspektasi terlalu tinggi denganku Gus. Dan jangan berharap banyak aku bisa menerima Gus zyen sebagai suami aku karena itu sangat tidak mudah bagi aku .
Gus zyen tersenyum " Itu sudah menjadi tugas saya untuk merayu Allah,agar melembutkan hati kamu shafa, supaya kamu ikhlas menerima saya sebagai suami kamu. "
"Allah saja mampu menciptakan langit tanpa tiang, hal mudah bagi Allah untuk melembutkan hati hambanya, jika kita sabar dalam berdoa. "
"Tugas saya hanya berdoa,bersabar, dan selalu berusaha. Biar Allah yang menentukan hasilnya di akhir nanti. " Jelas Gus zyen sangat tenang. Ia sudah menyerahkan semua pada sangat pencipta. Gus zyen memang mencintai istrinya, tapi Gus zyen tidak ingin membuat Allah cemburu karena terlalu mencintai istrinya.
"Lalu apa keputusan kamu sayang? " suara mama arumi bertanya pada shafa.
Shafa sidang memikirkan ini semalam sampai ia tidak tertidur. Shafa menghela nafasnya lelah. Ia mengusap sisa air matanya.
Gus zyen yang melihat shafa terus berminat air mata rasanya ingin sekali ia mengusap air mata yang menghiasi pipi istrinya itu.
"Ya Allah belum apa apa tapi aku sudah membuatnya menangis sehebat ini. " Batin Gus zyen.
"Gus..... Mari kita akhiri semua ini. " ucap shafa datar.
"Shafa! " Suara ayah Hendra sedikit meninggi mendengar ucapan putrinya.
Shafa memejamkan matanya mendengar pertama kalinya ayahnya meninggikan suara padanya.
"Ayah, tidak perlu bernada tinggi pada istri zyen. " ucap Gus zyen memperingati ayah mertuanya.
Uma Fatimah dan abah khalid juga cukup terkejut dengan ucapan shafa. Tapi mereka memilih diam.
"Saya tidak akan pernah menceraikan kamu sampai kapan pun! " Ucap Gus zyen menekan setiap katanya.
"Saya akan sabar walaupun kamu memang belum bisa menerima pernikahan ini, tapi jangan pernah minta bercerai."
Shafa mengambil nafasnya dalam dalam "Kalau begitu kita tetap jalani pernikahan ini tapi dengan syarat tetap rahasia kn pernikahan ini. Atau kita bercerai. " Ucap shafa menatap Gus zyen
"Kalau itu mau kamu, saya juga mempunyai syarat. Tidak adil rasanya jika hanya kamu yang mengajukan persyaratan."
Ucapan Gus zyen membuat semua orang di sana penasaran bahkan shafa sudah
Gelisah menunggu syarat yang Gus zyen tentukan.
"Kita rahasiakan pernikahan ini sampai kamu haflah, setelah itu kita umumkan pernikahan kita. "
Shafa ingin protes dengan keputusan. Jika waktu sampai haflah berarti sekitar empat bulan lagi.
"Tapi Gus..... "
"Saya beri pilihan setelah haflah atau sekarang juga saya umumkan bahwa kamu istri saya. "
Shafa jelas menegang mendengar keputusan Gus zyen.
"Oke" Final shafa, sahafa sudah sangat lelah memikirkan semua ini.
"Aku menerima semua ini bukan karena aku sudah menerima Gus zyen sebagai suami aku, tapi karena aku hanya menjalani takdir yang Allah kasih ke aku."
"Nak jalani pernikahan ini sebagai amanah yang Allah kasih untuk mu. " suara abah khalid membuat shafa menoleh.
"Abah dan uma tidak akan ikut campur masalah kalian, kami orang tua hanya bisa memberi doa dan nasihat sebisa kami. "
"Jika itu sudah menjadi keputusan kalian. Jalani dengan ikhlas. Allah maha membolak balikkan hati. Abah yakin shafa memiliki hati yang luas untuk menerima pernikahan kalian. "
"Tapi saran abah, jangan terlalu lama menyembunyikan pernikahan kalian nak, takut menjadi fitnah. " Jelas abah khalid.
"Jika bersabar silahkan menunggu sampai shafa selsai haflah, jika tidak. Keputusan ada di tangan Gus zyen. "
"Sudah selesai kan, shafa juga sudah mendengar penjelasan kalian semua. Shafa pamit. "
Shafa berdiri dari duduknya "assalamu'alaikum." Shafa melangkah meninggalkan semua orang di sana.
Tapi baru beberapa langkah suara ayahnya membuat ia berhenti melangkah.
"Kakak...... Kakak tidak rindu ayah nak? " Ucap ayah Hendra melihat shafa melenggang pergi.
Shafa membalikan badannya. Matanya sudah berkaca kaca. Ia rindu ayahnya sangat rindu, tapi rasa kecewanya sangatlah besar.
Ayah Hendra berjalan mendekat pada shafa. Ia membawa putri ke sayangnya itu ke dalam dekapannya.
Hancur sudah pertahanan shafa. Ia menangis begitu hebatnya di dekapan ayahnya.ia menumpahkan segala kekecewaan yang ia rasakan pada pelukan ayahnya.
➖➖➖
Assalamu'alaikum ketemu lagi nih kita.
Jangan marah aku updatenya lama
Suka enggak sama part ini
Semoga suka ya
Hati hati masih banyak typo
Makasih buat kalian yang udah antusias sama cerita ini.
Komen next nya dong buat part ini.
Kayaknya setelah ini aku mau buat target vote deh soalnya yang baca banyak tapi vote nya cuma beberapa.
Jadi minta bantuannya ya teman teman buat vote cerita aku.
Terimakasih
Sampai jumpa di part selanjutnya.