抖阴社区

AELEASHA (OG)

By alracha01

4.2K 144 7

{YUK BOLEH DI FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} Bagaimana jadinya jika kalian yang berada di posisi seorang Ael? A... More

Prolog
Chap : 1
Chap : 2
Chap : 3
Chap : 4
Chap : 5
Chap: 6
Chap : 7
Chap : 8
Chap : 9
Chap : 10
Chap : 12
Chap : 13
Chap : 14
Chap : 15
Chap : 16
Chap : 17
Chap : 18
Chap : 19

Chap : 11

106 5 0
By alracha01

✨Happy Reading✨

"El lo beneran jadi ikut?" Tanya Audrey saat Ael menyetujui ajakan mereka ke mall.

Ael yang sedang membenahi mejanya pun mengangguk singkat.

"El kalau gak bisa atau masih sakit gara-gara tadi, mending rehat aja deh dirumah. Kita pada takut lo kenapa-kenapa." Timpal Althea.

"Gue, gak apa-apa kok. Udah ayok!" Ael menarik tangan kedua temannya itu untuk segera keluar kelas yang sudah kosong karena tadi tersisa mereka bertiga saja.

"Yaudah gas." Triple A pun pergi dari sana menuju parkiran. Saat sampai parkiran, mereka dikejutkan dengan banyaknya lelaki. Bisa kalian tebak siapa?

Ya, mereka semua murid lelaki di DIHS. Mereka sengaja menunggu Triple A dan berniat mengantar mereka. Apalagi setelah tadi tak sengaja melihat luka di wajah Ael.

Mereka sempat bertanya kepada Ael, tapi Ael selalu menjawab "Gak tau dah, lupa gue." Dan terus seperti itu. Akhirnya mereka mengalah untuk tidak bertanya lagi, dan malah menjaga Ael tanpa sepengetahuan orangnya.

"Mau tawuran?" Tanya Ael. Karena jika sudah rame-rame seperti ini biasanya akan tawuran.

"Kagak. Ya kali tawuran. Mending baku tembak hehe." Ucap Ezra dengan santainya di sertai kekehan kecil.

Pletak

"Sakit badak!" Pekik Ezra ketika kepalanya di jitak oleh Mahen.

"Ya lagian lo ngomong gak tawuran tapi baku tembak, apa bedanya kutil?!" Oceh Mahen.

"Mending baku sayat sekalian." Lanjutnya.

Plak

"KDRT lo Zav!" Keluh Mahen sambil mengusap lengannya yang di geplak oleh Zavier.

"Tangan gue nganggur, kasian kalo gak ada pelampiasan." Ucap Zavier datar, tapi santai.

Mahen hanya diam merasa kesal menatap sinis Zavier. Zavier yang ditatap begitupun balik menatap sangat tajam.

"Mau gue congkel tuh mata lo berdua?" Sontak saja semuanya menoleh ke Ael yang sudah memakai jaket dan helm nya.

"Emang lo pernah congkel mata orang El?" Banyak disana yang mendengus mendengar pertanyaan Rizal.

"Sering. Kenapa? Mau coba? Sokin." Ucap Ael dengan santainya. Semuanya langsung meringis mendengar itu. Bahkan Hendery, Zavier, Arga, Alan, Rizal dan Oscar yang katanya diam-diam menghanyutkan ikut meringis.

"Kagak El hehehe. Kalau gitu yaudah yok kita pulang!" Ucap Rizal mengalihkan.

"Lo pada duluan aja. Gue, Althea sama Ael mau ke mall dulu. Girls time." Ucap Audrey.

"IKUT!" Jawab semua lelaki disana membuat Triple A heran.

"This is Girls Time. Kalian kan bukan cewek, perempuan, wanita atau girls." Ucap Althea.

"Pokoknya ikut!" Tegas Hendery sambil terus menatap Ael. Ael yang ditatap pun memutar kedua bola matanya.

"Oke." Jawab Ael dengan mudahnya membuat tatapan protes dari Audrey dan Althea.

"Tapi jaga jarak 1 meter dari kita bertiga, gak boleh lebih gak boleh kurang. Gak ada koma-koma an." Lanjut Ael dengan tegas tak lupa mengeluarkan aura kepemimpinan nya membuat mereka yang disana merasa merinding. Bahkan Hendery yang terkenal paling menyeramkan disana pun ikut merinding.

"Ael bukan cewek sembarangan. Aura kepemimpinan nya lebih kental melebihi Dery. Siapa sebenarnya Ael?" Batin Zavier.

Ael yang mengerti tatapan Hendery dan Zavier yang menatapnya seolah sedang mencari sesuatu hanya tersenyum miring dan tak ada yang menyadarinya, kecuali Naren.

Naren hanya tersenyum tipis melihatnya. Ia yang memang sudah tau beberapa hal tentang Ael pun hanya diam dan tak merasa penasaran. Tapi tiba-tiba saja ekor mata sebelah kirinya menatap ke sebuah Lamborgini berwarna hitam di parkiran paling ujung. Ia mengenali mobil itu.

Naren mendekat kearah Ael dan berbisik. "Di parkiran terujung, Lamborgini hitam, terdapat tuan muda Dinata."

Ael sedikit terkejut, tapi ia bisa mengendalikan ekspresi nya. Dengan sekali lirikan Ael dapat melihat seringai milik Nata di mobil itu, padahal kacanya gelap, tapi entah kenapa Ael bisa melihatnya dengan jelas.

Ael kembali menatap Naren datar. Naren yang mengerti pun mengangguk.

Sret

"Eh eh eh...mau digondol kemana gue woy!" Pekik Naren ketika tangannya ditarik oleh Arga dan menjauh dari Ael.

"Bisik-bisik ape lo hah?!" Sarkas Arga.

Naren pura-pura tersenyum malu "Ih mas Arga kepo deh."

Arga langsung melepaskan genggamannya pada lengan Naren dan menjauh dari Naren. Tak lupa tatapan merasa ngeri ia berikan.

"Ingat jaga jarak 1 meter. Kalo perlu bawa meteran. Ohiya, kecuali Naren, lo tetap di samping gue dengan jarak 30 cm." Ucap Ael sambil menyalakan motornya. Entah kapan ia menaiki nya.

Naren mengangguk. Ia memakai helmnya dan menuju kearah motornya yang di parkir tepat di samping motor Ael tadi.

"Heh mana adil itu El!" Protes Hendery terdengar seperti...merengek?

"Malu sama badan, gede doang." Setelah mengucapkan itu Ael menjalankan motornya diikuti Naren, Audrey dan Althea.

"Lah kok ditinggal?!" Pekik Ezra langsung memakai helm dan menaiki motornya. Hal itu juga diikuti oleh semua yang ada disana.

Sedangkan Hendery makin tertekuk wajahnya. Zavier yang melihat itu hanya bisa menghela nafas dan geleng-geleng kepala.

"Kalau boleh jujur nih ya Der, ekspresi lo yang sekarang kontras banget sama yang biasanya. Kayak bebek kehilangan anaknya aja. Monyong-monyong gitu." Setelah mengatakan itu Zavier langsung ngibrit kabur dari sana karena takut terkena amukan Hendery yang sudah menatapnya sangat tajam.

Hendery dengan kesal akhirnya memakai helm dan menaiki motornya menyusul yang lain.

Sementara itu Nata yang sedari tadi melihat dan mendengar semuanya hanya menatap datar. Hatinya masih bergejolak panas ketika melihat Ael dan Naren berbisik tadi. Sialnya ia tidak bisa mendengar apa yang tengah dibicarakan.

"Sepertinya menghilangkan Narendra dari bumi, saya bisa membantu planet bumi yang keberatan ini menjadi sedikit ringan...ya mungkin saja..." Seringainya muncul.

Hasrat untuk membunuh Naren sangat tinggi. Tapi tanpa ia tau dan sadari, Naren sudah memiliki backingan yang lebih kuat darinya.

Seorang lelaki menyeringai menatap layar tablet di tangannya yang memperlihatkan Nata. Ia yakin Nata tidak akan bisa membunuh Naren, karena Naren sudah berada dalam salah satu lingkupnya.

"Saya melindungi Naren dan Rehan, karena mereka adalah asisten dan kepercayaan gadisku yang amat setia."

"Saya melindungi banyak orang dari akal busukmu Dinata Alexander Mahardika. Tapi yang menjadi prioritas utama saya adalah ibuku dan gadisku."

"Hanya tinggal menunggu beberapa langkah lagi, maka kau akan merasakan apa itu penderitaan Dinata."

Lelaki itu tertawa pelan saat melihat dan mendengar Nata yang tiba-tiba saja marah karena mobilnya disabotase tanpa Nata sendiri ketahui.

"Gadisku benar-benar brilian. Hebat ." Ucapnya memuji Ael.

°

°

°

°

°

°

°

Setelah berhasil masuk kedalam mall tersebut, triple A langsung menuju toko pakaian, makeup, dan segala kebutuhan perempuan yang kebetulan berjejer lengkap dan saling dekat.

"Gue mau ke toko baju dulu deh." Ucap Audrey.

"Yah tapi gue mau ke toko make up sama skincare dulu." Ucap Althea.

Ael menghela nafas pelan "Yaudah tinggal pergi ke tujuan masing-masing. Nanti kita ketemu lagi di tempat makan. Gimana?"

"SETUJU!" Jawab Audrey dan Althea bersamaan dengan semangat.

"Yaudah gih sana pada mencar, nanti kita ketemu lagi di lantai paling atas ya. Bye." Ael pergi dari sana tentunya diikuti Naren.

"Lantai paling atas? Emangnya ada restoran Drey?" Tanya Althea.

"Seinget gue lantai paling atas mall ini tuh lantai pribadi khusus pemilik mall nya." Jawab Audrey.

Althea dan Audrey tidak menyadari apa yang sedang mereka bicarakan dan kemudian berpencar menuju tujuan masing-masing.

Ael dan Naren yang berada dibalik sebuah tembok terus memperhatikan sekitar. Tak lama mereka melihat kedatangan teman lelaki sekolah DIHS.

"Khusus untuk hari ini gratiskan semua belanjaan yang dibeli teman-teman. Jika mereka bertanya suruh para manager dan staf yang membuat alasan sebaik mungkin agar mereka percaya." Jelas Ael kepada Naren.

"Baik El. Apa ada lagi?" Tanya Naren.

"Setelah selesai semua belanja, bawa mereka semua ke lantai pribadi. Kita akan bersama disana. Dan katakan kalau aku sudah berada disana."

"Baik, siap laksanakan."

Ael pun berlalu dari sana menuju lantai paling atas yang terdapat sebuah ruang pribadi.

Pasti kalian bertanya-tanya bukan, kenapa Ael bisa memutuskan seenaknya pada mall ini?

Itu karena Ael adalah pemilik sekaligus pendirinya. Iya, Ael memang diam-diam adalah seorang CEO. Ia memiliki perusahaan bernama A•F Company.

A•F Company sendiri bergerak di banyak bidang. Tapi saat pertama kali A•F Company berdiri, lebih banyak fokus di bidang topi dan kuliner. Memang sangatlah aneh, tapi itu adalah mula kesuksesan Ael.

Ael tadinya hanya memiliki Rehan dan 5 anak buah untuk membangun perusahaan ini. Dengan modal percaya diri, nekat, usaha, dan tabungan milik Ael, terbangunlah A•F Company.

Seperti usaha pada umumnya, tentu sangat sulit bagi Ael untuk mempertahankan usahanya yang kadang ramai dan kadang sepi. Kadang terjadi beberapa kerugian, dan kadang sebaliknya.

Tapi Ael tak menyerah begitu saja. Ia terus berusaha mengembangkan perusahaan kecilnya itu dengan mencoba hal baru. Ael berusaha tanpa campur tangan kedua orangtuanya, neneknya, ataupun para sepupu.

Ia benar-benar membangun dan mengembangkan perusahaannya sendirian tentunya dengan dibantu oleh Rehan dan kelima anak buahnya yang lain.

Hingga A•F Company benar-benar meraih kejayaan nya disaat Ael berumur 14 tahun. Banyak CEO dari perusahaan lain melakukan kerja sama dengannya.

A•F Company sendiri benar-benar berkembang sangat pesat. Bahkan perusahaan ini mengalahkan perusahaan milik banyak orang, termasuk perusahaan keluarga dan orang tuanya sendiri.

A•F Company kini pun masih berada di posisi kedua sebagai perusahaan terbesar di dunia. Ael pun di berikan julukan "Queen of Business". Memang wajah dan identitas Ael sangat di tutup rapat dan disembunyikan, tapi Rehan pernah mengkonfirmasi kalau pemilik A•F Company adalah seorang perempuan muda, tentunya atas izin dari Ael sendiri.

Banyak yang penasaran akan wajah dan identitas asli pemilik A•F Company. Bermacam-macam hacker terhebat di kerahkan, tapi hasilnya adalah nihil, malah alat yang mereka pakai untuk mencari identitas Ael malah meledak karena terlalu banyak ingin tahu.

Ael tidak berhenti disitu saja setelah perusahaannya mengalami kejayaan, ia terus mengembangkan berbagai macam bidang entah itu skincare, makeup, atau pakaian dan beberapa bidang lagi.

Ael banyak berinvestasi dari usahanya itu. Contohnya adalah gedung apartemen yang berada di dekat perusahaannya. Dan beberapa gedung apartemen lagi yang tersebar.

Bukan hanya apartemen, Ael memiliki banyak investasi lagi yang jika banyak orang tau mungkin akan bertanya, "Seberapa banyak lagi usahamu nona?"

Seperti saat ini, Naren dalam hati masih bertanya-tanya sekaya apa teman sekaligus nona nya itu. Dan kenapa otaknya lancar sekali dalam hal usaha juga bisnis.

"Lo mikirin apa Nar? Bengong aja lo, kesambet baru tau rasa lo!" Celetuk Rizal yang tiba-tiba sudah berjalan sejajar dengan Naren.

"Mikirin kapan waifu gue bisa jadi nyata." Jawab Naren asal.

"Idih si wibu gak udah-udah ternyata halunya."

"Ngaca woy! Lo juga gak udah-udah haluin cikgu Melati."

"Dih mending gue mah cikgu Melati bisa jadi ada di dunia nyata. Lah lo sendiri?"

"Lah mending gue. Yang gue haluin waifu nya cakep-cakep, seksi, lucu imut, berisi, suaranya menghanyutkan. Daripada lo tepos semua."

"Dih kata sapa tepos, lo gak perhatiin aja buletannya."

"HEH UDAH!" Pekik Jarwo kesal sendiri. Ucapan absurd itu makin sus, vulgar menurut Jarwo, apalagi disini masih banyak orang, siapa yang tidak kesal coba.

"Unfaedah banget dah lo berdua ngomong nya." Ucap Audrey.

"Udah gue bilang apa kan?! Ribet kalo ada namja-namja ." Pekik Althea kesal.

"Namja tuh apaan Al? Manja gitu?" Tanya Alan

"Bukan bro, namja tuh bahasa koreanya lelaki." Bukan Althea yang menjawab, melainkan Oscar.

Alan menatap datar Oscar, kemudian berucap "Emangnya nama lo Althea? Emangnya lo kembaran gue? Kenapa jadi lo yang jawab?"

"Hehehe sorry bro, bantu jawab doang kok gue." Ucap Oscar sambil nyengir.

"Hah gak usah bayar?!" Semuanya mengalihkan pandangannya menatap Mahen yang sepertinya habis membeli hoodie di salah satu toko.

"Kenapa Hen?" Mahen menoleh kebelakang, ternyata semua temannya sudah berada disana.

"Gue kan beli jaket nih, terus mau bayar, eh kata mbak-mbak kasir sama bu manager nya gue gak usah bayar, gratis katanya." Jelas Mahen kepada mereka semua.

Mbak-mbak kasir dan Bu manager yang dimaksud pun sedang mencoba memutar otak untuk mencari alasan apa yang akan mereka berikan agar sekumpulan remaja dihadapan mereka percaya.

Naren menghela nafas pelan. Oke sekarang sudah waktunya dirinya bertindak.

"Yaudah gak usah ribut. Syukur kalo gratis. Lagian jarang-jarang juga kan kita di gratis in kayak sekarang. Dah jangan lama, gue lapar nih." Alibi Naren.

"Bener juga, yaudah ayo deh kita makan. Ohiya, sekalian chat Ael ketemuan dimana gitu." Ucap Mahen.

"Ael belum lama tadi chat gue. Katanya ketemuan di lantai lima gedung ini. Dia keburu laper jadi duluan katanya." Ucap Naren dengan cepat, membuat temannya bingung semua.

"Lantai lima? Serius lo?" Tanya Arga tidak yakin.

"Dua rius. Kalo gak percaya yaudah. Gue mau duluan. Laper aku butuh mangan yang buanyak." Balas Naren dengan santainya dan berjalan menuju lift, yang pada akhirnya diikuti semua temannya walaupun sedikit kebingungan.

Ohiya, lift yang dinaiki tidak hanya satu. Kebetulan di lantai tersebut ada banyak lift, dan karena itu mereka berbeda-beda memasuki liftnya dan bergantian.

Ting!

Deg

Semuanya, kecuali Naren merasa terkejut saat baru keluar dari lift. Lantai 5 benar-benar mewah. Bahkan pantas disebut ruang tamu mewah. Ah tidak apartemen mewah.

Beberapa lelaki berbadan kekar dan tinggi berdiri di setiap sudut mereka yakini kalau itu adalah bodyguard atau penjaga disini. Pengamanan disini pun terlihat sangat ketat.

"AEL!" Panggil Naren kepada Ael yang baru saja selesai bicara dengan salah satu bawahannya.

Ael tersenyum tipis menghampiri mereka. "Ayo!" Ajak Ael sambil menggandeng tangan Audrey dan Althea. Ael tak lupa juga mengajak yang lainnya.

Mereka dibawa Ael ke sebuah ruangan yang sangat luas dan terdapat banyak kursi disebuah meja yang sangat panjang. Itu ruang makannya.

"Wow! Berasa di istana megah gue!" Batin mereka.

"Silahkan duduk semuanya. Terus pesan aja apa yang kalian mau, tinggal tulis di kertas yang ada disana." Ucap Ael sambil duduk di kursinya.

"Free El?" Tanya Jarwo. Ael mengangguk dan tersenyum tanda mengiyakan.

Sontak semuanya langsung merasa gembira. Bahkan mereka banyak memesan makanan dan minuman yang mereka inginkan.

"Naren. Duduk. Makan." Naren mengangguk patuh. Kini ia duduk tepat dihadapan Ael dan mulai menulis pesanan nya.

°

°

°

°

°

°

°

"MAKASIH EL!" Seru semua temannya ketika sudah berada diparkiran.

"Terimakasih kembali." Ucap Ael dengan senyuman tipis yang terpatri, kemudian ekspresi nya kembali datar.

Mereka semua memutuskan untuk pulang duluan. Sedangkan Ael dan Naren pulang bersama, mengingat Naren memiliki tugas yang mengharuskan dirinya menginap di mansion milik Dani.

"Gimana?" Tanya Ael.

"Semuanya terpantau udah lumayan jauh dari jarak kita. Mau jalan pulang sekarang?" Ucap Naren.

"Iya."

"Apa ada lagi yang dibutuhkan sebelum pulang?"

"Belikan makanan untuk semua pekerja di mall ini. Sampai satpam dan penjaga juga seperti biasa."

"Baik, siap laksanakan."

Naren segera menghubungi salah satu bodyguard untuk melaksanakan perintah Ael itu. Setelah itu ia menyalakan motornya. Motor milik Ael dan Naren kini mulai meninggalkan kawasan mall.

Sementara itu di kediaman milik Dani, Lucia tiba-tiba saja datang dan mengadu kalau Ael sudah berani menggoda suaminya.

"Om aku gak terima ya, kalau sampai hubungan aku kandas cuman gara-gara Asha! Dia udah berani nge goda suami aku lho om! Jelas-jelas suami aku mantan tunangannya!" Oceh Lucia.

"Tunggu dulu Lucia. Jelaskan apa yang sudah terjadi? Dan kenapa kamu bilang Ael penggoda? Kapan dan dimana dia menggoda George?" Tanya Mira, entah kenapa ia merasa tidak yakin kalau Ael telah menggoda George.

Karena jelas sekali ia melihat tatapan dingin, datar, menusuk, sakit hati, penuh kekecewaan dan kebencian milik Ael saat pertunangan Ael dan George di gugat, alias dibatalkan.

Lalu kenapa Ael menggoda George?

Apakah ini termasuk prank seperti sebelumnya, pikir Mira.

Sedangkan Dani yang baru saja sampai rumah karena lelah ditambah aduan Lucia yang membuatnya semakin jengkel. Amarahnya sudah tidak terbendung.

Para bodyguard dan maid disana berdoa agar nona muda pertama mereka itu tidak pulang kerumah hari ini dan lebih menemani Nenek Sarah dirumah sakit yang katanya hari ini pulang. Mereka tidak ingin nona muda mereka di hakimi sendiri.

Bukannya menjawab, Lucia malah mengalihkan. "Kenapa tante bilang begitu? Oh tante gak percaya sama aku? Tante lebih nge bela yang salah daripada aku yang jelas-jelas korban dan rumah tangga aku bisa aja di ujung tanduk?"

Mira hendak menjawab, tapi tidak jadi karena derum motor berbunyi. Para pekerja disana sudah merapalkan doa terus-menerus berharap itu adalah Naren saja dan tidak pulang bersama Ael.

Tap

Tap

Tap

Tubuh para pekerja melemas saat di depan pintu masuk berdiri Ael, sendiri, tanpa kehadiran Naren.

Ael merasa bingung kenapa pintu utama terbuka? Dan kenapa para pekerja disana menatapnya penuh khawatir dan sedih?

Sret

Plak

Plak

Belum sempat mendapatkan jawaban, Ael dibuat terkejut ketika rambutnya di tarik dan kedua pipinya ditampar dengan keras membuat tubuhnya yang tak siap jadi limbung.

Sret

"Shh..." Ringis Ael ketika rambut yang ia kuncir itu ditarik kencang, dan tubuhnya di seret cepat oleh...Dani.

Saat sampai ruang tamu tempat dimana ada Lucia, Dani menghempaskan Ael tepat di depan kaki Lucia.

Bruk

Ael mendongak saat melihat sepasang sepatu hak tinggi berada tepat di hadapan wajahnya.

"Dasar wanita penggoda! Dibayar berapa kamu sama suami saya hah?! Kamu dengan murahannya menggoda George! Dasar Jalang!" Sarkas Lucia.

Ael berusaha untuk tenang dan tidak terbawa emosi. Karena kalau dirinya juga menghadapi ini dengan buru-buru juga emosi, pasti tidak akan ada yang selesai.

"Apa maksudmu Lucia?" Tanya Ael dengan tenang, tapi dingin dan datar. Bahkan aura miliknya mulai terasa di seluruh penjuru rumah. Semua orang merasa merinding, begitu juga dengan kedua orangtuanya juga Lucia.

"Aura nona muda pertama memang sangat menyeramkan!" Batin para pekerja.

"Ka-kau bertanya seolah kau tak tau apa-apa? Dasar ular! Medusa!"

Tak

Ael sekuat tenaga menahan rasa sakit yang menjalar di tangan kanannya, karena Lucia dengan sengaja menginjak tangannya itu dengan heels nya.

"Tidak. Gue gak boleh ngelawan sekarang. Kalau gue ngelawan, dia bakal makin memanipulasi keadaan dan juga memutar balikkan fakta. Tenang El, lo bisa!" Batin Ael.

Bugh

Tubuh Ael terhuyung ke kanan sedikit berguling ketika merasakan tendangan yang cukup kuat di kepalanya.

"LUCIA CUKUP!" Teriak Mira sudah tidak tahan melihat Ael diperlakukan seperti itu.

"Apa tante?! Tante mau belain dia, iya? Tante mau bela yang salah?!" Sarkas Lucia.

Bugh

"NONA/AEL!" Teriak Rehan dan Naren bersamaan yang baru saja memasuki rumah dan terkejut melihat keadaan Ael. Mereka hendak menghampiri Ael, tapi tidak berani saat melihat pisau yang sudah berada ditangan Lucia mengarah tepat diatas kepala nona mereka.

"Turunkan itu nona Lucia!" Tegas Rehan.

"Kalian tidaklah berbeda dari seorang budak! Tidak memiliki status penting. Kalian dilarang ikut campur. Ingat posisi dan batasan kalian!" Ucapan Lucia benar-benar jahat. Rehan dan Naren tersentak mendengarnya.

"Dan untukmu wanita murahan! Apakah sulit bagimu untuk melupakan mantan tunangan mu itu eh? Sampai-sampai kau menggodanya?!" Ucap Lucia sambil menjambak rambut Ael, membuat Ael mendongak.

"There is no evidence of the truth of the accusations you have leveled at me." Jawab Ael dengan santainya.

Plak

"JALANG!" Teriak Lucia tepat di depan wajah Ael.

"Astaga! Jadi inikah bau jigong miliknya? Aish baunya seperti bangkai manusia yang diberi tumpukan kotoran manusia." Batin Ael.

"Belum ada bukti nyata Lucia. Tidak seharusnya kamu seperti itu." Ucap Dani hampir lirih. Tidak menyangka Lucia melakukan hal itu kepada Ael. Padahal dirinya sendiri belum pernah menginjak dan menendang kepala putrinya.

"Aku senang ketika kedua orang tua ku berucap seperti itu. Bolehkah aku sedikit berharap lagi?" Batin Ael.

"Om juga? Om tanpa bukti pun semua sudah jelas kalau Asha sudah menggoda George dan ingin merebut George dari Lucia!" Bentak Lucia

"DIA SUDAH PANTAS MENJADI JALANG OM!" Bentak Lucia disertai tingginya nada suara miliknya

Sret

"Akh!" Pekik Lucia terkejut sekaligus merasakan sakit saat tiba-tiba saja kakinya ditarik membuat bokong suntikan nya itu jatuh tepat diatas karpet.

"Saya diam, karena saya masih menghormati anda sebagai yang lebih tua dari saya. Tapi saya tidak akan diam ketika anda membentak satu kata saja kepada orang tua saya!" Tegas Ael membuat semua yang terdiam.

Bahkan kedua adiknya yang tadi sempat menangis karena tidak kuat dan tidak tega melihat Ael diperlakukan seperti itu jadi terdiam. Antara kagum dan takut menjadi satu.

"Seburuk-buruknya mereka, sekejam-kejamnya mereka, bahkan jika mereka hina, mereka adalah orang tua kandung saya! Bahkan saya hampir tidak pernah melawan. Tapi anda dengan murahan dan sampahnya membentaknya!" Mata Ael menggelap. Suasana makin terasa mencekam.

Sret

"ARGHH!" Teriak Lucia yang di angkat dengan cara dicekik lehernya oleh Ael dengan lumayan kencang.

Rasa takut di dalam diri Lucia membesar. Ia tidak pernah melihat sosok Ael yang menyeramkan seperti ini. Tangannya terus berusaha mencakar tangan kiri Ael, karena merasa sudah sesak nafas.

"Hentikan Ael!" Nafas Ael perlahan teratur mendengar titah dari ayahnya.

Bruk

Lucia menghirup udara sebanyak-banyaknya setelah dilepaskan oleh Ael. Tapi Lucia tetap saja Lucia yang jahat.

Bugh

"NONA AEL!" Pekik Rehan, Naren dan para pekerja ketika Ael terjatuh akibat kakinya yang ditendang oleh Lucia sekeras mungkin, dan kepalanya membentur lantai lumayan keras.

"LUCIA HENTIKAN!" Seru Dani saat melihat Lucia sudah bangkit dan membawa pisau di tangannya.

"Dia tidak pantas hidup om!" Pekik Lucia dan segera menancapkan pisau itu di kepala Ael.

Sret

Semua terkejut melihat kehadiran seorang pria bertubuh tegap dihadapan Ael dan Lucia. Pria itu memegang tepat di bagian tajam pisau dan menariknya.

"Akh! Siapa kau?! Beraninya kau denganku?!" Marah Lucia.

"FAKHIRAH!" Semuanya kembali dibuat terkejut atas kehadiran nenek Sarah yang menghampiri Ael.

Nenek Sarah menangis melihat keadaan Ael. Ia membantu Ael untuk bangkit. "Astagfirullah...hiks hiks...kenapa kamu jadi begini sayang...hiks hiks... Fakhirah..."

"Hentikan kelakuan bodoh dan memalukan mu Lucia!" Lucia terkejut ketika tau suaminya datang dan kini sudah berada dihadapannya.

"Aku memang masih menyimpan foto milikku dan Asha, karena aku yang tidak bisa move on dari Asha. Asha tidak menggodaku sama sekali. Bahkan aku sudah sangat lama tidak berjumpa berdua dengannya." Jelas George.

Semuanya terdiam mendengar nya. Bahkan hanya terdengar suara tangisan dari nenek Sarah. Sedangkan pria yang tadi mengambil pisau pun membuka maskernya.

Deg

Dani dan Mira dibuat terkejut dengan kehadiran pria itu. Mereka tidak menyangka kalau pria itu akan kembali.

"Dewantara..."

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•

To Be Continued....

Terimakasih telah membaca cerita ini dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak nya ya

See you next part all

Continue Reading

You'll Also Like

703K 37.2K 179
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN MELIHAT CERITA HANYA DARI COVER DAN JUMLAH PARTNYA SAJA, INI PARTNYA BANYAK TAPI ISINYA SEDIKIT YA]. [WARNING鈿狅笍 INI...
178K 9.2K 71
[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [WARNING 鈿狅笍 : terdapat kata-kata kasar! Dan adegan yang tidak layak untuk ditiru! ] [PLAGIAT KAGAK USAH MAM...
2.3M 134K 78
[FASE 2; SCHOOL - DARK ROMANCE] Kisah mereka belum benar-benar usai. Setelah memasulkan kematiannya, Akselio Kastara Nalendra semakin memiliki obses...
99.4K 6.1K 46
GANTI JUDUL MENJADI VIRAGO, TADINYA D. I. A . . . Azalea, seorang gadis cantik yang super introvert dan terlihat imut serta polos. Siapa yang akan me...