Jangan lupa vote dulu yaa
***
Laras berdiri dari tempat duduknya, berjalan menuju arah meja makan Raffa dan Dinda yang masih asik mengobrol. Teman-teman yang melihat Laras pergi ke arah Raffa mulai tegang.
Laras menggebrak meja mereka, yang tentunya membuat keduanya terkejut. Namun gebrakkan itu tak membuat orang-orang dikantin sampai menoleh. "Gue mau putus. Kalo lo cuma jadiin gue pelampiasan karna Dia, buat apa kita bertahan. Tega banget lo!" ucap Laras ke Raffa sambil menunjuk Dinda yang masih kaget secara Laras yang datang tiba-tiba.
"Gak Ara gue ga mau. Dia cuma temen gue doang! Percaya sama gue" Raffa memegang tangan Laras. Drama.
Laras berdecih. "Najis! Dikira gue ga liat apa waktu di Taman Belakang lo balikan sama cewe cabe ini" Laras mulai kesal.
"J-jadi lo udah tau?" tanya Raffa mulai panik. Tubuhnya mulai keringat dingin mendengar ucapan Laras yang ternyata sudah mengetahui semuanya.
"Jelas. Kalo ga suka sama gue ga usah pacarin juga kalik! Enak banget lo mainin perasaan orang," tekan Laras. Dinda hanya tersenyum kemenangan. "Dan lo lon*e! Kalo masih ada perasaan sama dia seharusnya lo ga putusin begok! Sekarang lo minta balikan mau lo apa gitu loh, heran gue" mulut Laras tak berhenti mengoceh.
"Hidup hidup gue, kok lu yang repot!" Dinda memutar bola matanya malas.
"Dasar cewe murahan! Buat apa coba pakainnya di kecil kecilin, terus roknya diketatin kek gitu. Jijik. Punya harga diri ga sih lo jadi cewe? Kasian gue liatnya. Lo cuma dijadiin bahan penonton cowo-cowo sange" labrak Laras.
Dinda yang mulai terpancing emosi mengambil air minum yang ada di meja. Dinda menumpahkan sisa air dingin yang berisi es di dalam gelas ke arah Laras.
"Gue ga mau main beginian ya, gue cuma mau minta putus aja. Kenapa lo yang ribet si! Kalo mau ngatain gue ya katain dong, malah main air. Lo kira ini tempat water boom!" Laras tambah jengkel.
"Yaudah kita putus" jawab Raffa singkat.
"Emang seharusnya cowo kayak lo ga ada disekolah ini, cowo fuck boy kayak lo harus musnah di sekolah ini dari pada nyakitin lebih banyak cewe lainnya, cukup gue aja yang kena jebakan lo Raf" Laras menatap keduanya penuh kekecewaan. Ia langsung meninggalkan Raffa dan Dinda begitu saja.
Namun baru saja kaki Laras berjalan tiga langkah. "Satu lagi" Laras mengambil hpnya dari saku, lalu mengirim sesuatu ke line Raffa. "Gue ga akan biarin cowo, dan cewe kayak lo sekolah disini lagi" Laras tersenyum kecil. Dia sempat memotret Raffa yang sedang merokok di Taman Belakang ditemani Dinda, tepat di saat Dia menguping waktu itu.
Raffa kaget tak percaya setelah melihat notif line Laras. "Licik lo Ras, kecewa gue"
Laras tersenyum sinis. "Gue ga peduli lo kecewa karna lo bukan siapa-siapa gue lagi"
"Lo ga akan bisa buat kita keluar dari sekolah ini" bentak Dinda.
"Oh ya? Liat aja nanti"
Dinda mendekati Laras menarik rambut Laras, menjambaknya kasar. Laras kesakitan tapi ia tahan. Ia tidak akan terlihat lemah di depan mereka. "Terserah kalo lo maunya main fisik" Laras menarik tangan Dinda memelintirnya ke belakang membuat Dinda meringis kesakitan. Raffa tidak tinggal diam, Dia menampar Laras keras sehingga Laras jatuh tersungkur, yang pastinya membuat Laras melepas pelintirannya pada tangan Dinda reflek akibat kesakitan.
Karna perkelahian mereka membuat warga kantin shock dan menjadikan mereka pusat perhatian.
Tiba-tiba seorang cowo menghampiri mereka lalu memukul rahang Raffa ganas penuh emosi. Membuat Raffa jatuh tersungkur akibat pukulan yang Ia dapat lumayan keras.
"Lo gapapa?" suara deep cowo itu. Haikal. Laras hanya mengangguk sambil memegang bibirnya yang kembali robek akibat tamparan Raffa. Namun kali ini lebih parah. Darah segar mengalir di bibir Laras ditambah cairan darah yang keluar dari lututnya akibat Ia tersungkur lumayan keras.
Entah kenapa Haikal dengan refleknya memukul Raffa. Arya yang tadinya emosi ingin menghampiri mereka seketika mengurungkan niat karna Haikal sudah lebih dulu menonjok Raffa.
"Lo berdarah" suara berat Haikal. Lelaki itu membalikkan badannya ke hadapan Raffa. "BRENGS*K" Haikal Menarik kerah baju Raffa lalu memukulnya penuh nafsu hingga Raffa sukses tergeletak di bawah. "Bisanya mainin cewe doang!"
Teman-teman Laras dan Haikal terkejut keadaan semakin memanas. Gilang, Rangga, Arya, Aren dan Alvin menghampiri Haikal. "Kal udah jangan lo pukulin lagi, nanti dia bisa mati" Rangga memperingati.
"Yailah mati, pala lo!" Alvin berdecak.
"Wih Seru nih" semangat Aren. Asupan di siang hari sih katanya.
"Goblok anying" Alvin menjitak kepala Aren membuat lelaki yang sedang menikmati perkelahian itu mengaduh.
"Elisa. Bawa Laras ke Uks" tegas Haikal menyuruh. Elisa dan yang lain yang awalnya hanya menonton langsung bergegas membawa Laras yang sedang terpaku tak percaya menatap kejadian di depannya. Sudah pasti shock. Laras memang suka mencari penyakit sepertinya.
Elisa, Vikra, Alya, dan Sandra mengantar Laras ke UKS. Sedangkan Rissa masih sibuk di kantin. Rissa Mendekat ke arah Dinda. "Dinda, sekali lagi lo buat ulah. Lo akan berurusan sama gue! Karna itu menyangkut sahabat gue" ucapnya sebelum Ia benar-benar pergi meninggalkan yang lain untuk menyusul ke UKS.
Orang-orang seperti ini memang harus di beri pelajaran, supaya kapok. Maka dari itu tadi Laras berniat melabrak.
"Gue ga salah liat? Haikal mukul cowo itu buat ngebela Laras"
"Keren banget Si Haikal tadi"
"Ganteng banget gela"
"Laras beruntung banget si"
"Belum tentu mereka bedua deket, semua cewe yang nembak Haikal aja dicuekin"
"Tapi yang ini beda loh"
"Berulah lagi tu cewe"
*Tanggapan orang-orang dikantin, yang tak sengaja melihat kejadian mengejutkan itu*
"Keknya Laras sama Haikal bakal jadi couple goals di sekolah ini deh. Liat aja" ucap Alvin curiga. Gaya cenayangnya mulai keluar.
"Sssutt" Arya menutup mulut Alvin. Berisik.
"Udah udah yang lain bubar gausa pada liatin" ucap Gilang pada semua orang di kantin. Membuat semuanya kembali melakukan aktivitas masing-masing namun mulut mereka masih berisik dengan topik kejadian tadi yang menghebohkan.
***
Ruang Kepsek
"Masalah apa lagi ini hah" bentak Pak Cakra pada Haikal, Raffa, dan Dinda. Membuat ketiga muridnya itu menunduk.
Tak lama Arya datang ke Ruang Kepsek menjelaskan kejadian tadi pada Pak Cakra dan tak segan- segan memberitahu kelakuan Raffa, dan Dinda yang mencemari nama baik Sekolah dengan kelakuan mereka. Mulai dari merokok, menggunakan seragam ketat, mengecat rambut, hingga tugas yang tak pernah dikerjakan. Arya sudah bertanya kepada teman sekelas Raffa dan Dinda dari bagaimana sifat dan kelakuan mereka berdua, mudah baginya untuk mengumpulkan informasi. Arya meminta masalah ini di bawa ke jenjang yang lebih serius, yaitu mengeluarkan Raffa dan Dinda.
Pak Cakra paham, Dia juga barusan mendapat pesan dari Kepala Yayasan untuk segera mengeluarkan Raffa, Dinda dan Cahya juga tentunya. Pak Cakra tidak akan mengelak Ia akan mengikuti perintah itu, lagi pula sudah ada bukti yang kuat untuk mengeluarkan mereka bertiga. Pak Cakra harap tidak ada yang membuat ulah lagi. Maka dari itu akan dibuatnya peraturan yang lebih ketat di Sekolah Dharma nantinnya.
"Yasudah kalian semua bisa keluar dari ruangan Bapak. Bapak akan urus pengeluaran Raffa, Dinda, dan Cahya. Tapi Haikal dan Laras akan tetap bapak hukum ya, hukuman yang berat tentunya. Sekarang silahkan keluar. Jangan buat keributan lagi!" tegas Pak Cakra memerintah. Haikal dan Arya segera keluar dari Ruangan, namun Raffa dan Dinda masih kompak berdiri disana.
"Loh kalian kenapa masih disini?" tanya Pak Cakra heran.
"Kok gitu sih Pak? Dimana keadilan Sekolah ini? Sayakan cuma ngerekok doang" protes Raffa.
"Kamu kan memang dari dulu sudah banyak membuat ulah! Bisa liat ga tanda kamu disini hampir merah semua? Masih mau protes?" Pak Cakra mengeluarkan daftar nilai tugas dan nilai sikap kearah Raffa dan Dinda, membuat Raffa susah payah menelan salivanya.
"Tapi Haikal sama Laras kok ga di keluarin Pak?" tanya Dinda kesal.
"Nilai mereka bagus-bagus ga kaya kalian. Walaupun mungkin Haikal suka bolos tapi Dia pintar dan bisa membanggakan Sekolah. Saya harap dengan keluarnya kalian dari Sekolah ini bisa menyadarkan kalian untuk jadi anak yang pintar dan rajin belajar. Bukannya main-main gajelas" tegas Pak Cakra yang membuat mereka tak tau harus berbicara apa lagi. Sia-sia juga karna Pak Cakra akan tetap mengeluarkan mereka dari Sekolah. "Sudah ya, silahkan keluar"
Raffa dan Dinda dengan berat hati keluar dari Ruangan Kepala Sekolah.
Banyak drama ya disini wk
@Kinara_Mahirakhila