抖阴社区

06. ?

49.6K 3.7K 878
                                    

Pagi ini matahari tampak malu-malu menampakkan dirinya. Cuaca tak begitulah cerah namun tak juga hujan.

"Beneran mau pindah sekolah?"

Pergerakan Lova yang ingin mengikat tali sepatu terhenti mendengar pertanyaan pamannya itu.

"Udah deh, Papa ikuti aja apa kata Firhan. Firhan tau apa yang terbaik buat Lova." Cowok dengan kemeja berwarna putih itu duduk di samping Lova yang duduk di undakan tangga terakhir.

"Papa tanyanya sama Lova, bukan sama kamu," balas Fahri membuat Firhan mendengus sebal.

"Kalau tante boleh tahu, Lova kenapa mau pindah?" Sinta ikut duduk di samping Lova. Lova diam tak tahu harus menjawab apa, apa ia harus mengatakan itu pada tantenya?

"Mm ...." Lova bingung mau menjawab apa.

"Kenapa? Sekolahnya nggak enak ya?" Sinta kembali bertanya membuat Firhan menghembuskan napas panjang.

"Mamaku, Sayang. Sekolah itu bukan makanan."

"Terserah mama dong. Kamu nggak ingat pasal di rumah ini? Perlu mama ingatin? Oke. Ekhem!" Wanita itu berdehem kuat.

"Pasal satu, mama selalu benar.
Pasal dua, jika mama salah kembali ke pasal satu, mama selalu benar.
Pasal tiga, anak selalu salah.
Valid no debat!" Singa bersedekap dada menatap anaknya yang menatapnya tanpa kedip.

"Udah, udah. Kok malah pembacaan pasal. Papa lagi nanya sama Lova, kok kalian yang heboh." Fahri menghentikan pergerakan mulut Firhan yang hendak melakukan aku suara.

Tanpa mereka sadari, Lova menarik napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan.

"Kalau Om nggak setuju nggak papa kok Lova masih sekolah di sana," kata Lova sedikit ragu. Sesungguhnya, Lova sangat takut untuk kembali bersekolah dan kembali bertemu dengan Kean.

"Nggak papa kok, nanti om urus kepindahan kamu selesai meeting. Kamu berangkatnya diantarin supir aja nggak papa?"

"Sama aku aja, Pa. Firhan mau legalisir ijazah sama nongkrong bentar di rumah Reza," sela Firhan membuat senyum Lova terbit.

"Oke, nggak masalah," jawab Fahri kembali menyeruput kopinya.

"Lova berangkat sekarang, Om, Tante, udah siang."

"Loh? Nggak sarapan dulu?" tanya Sinta mengelus rambut Lova lembut saat gadis itu mencium punggung tangannya.

"Nggak usah, Tan. Lova bawa bekal aja." Lova menjawab dengan tersenyum hangat.

"Ya udah, tante siapin ya?" Sinta langsung berlalu untuk menyiapkan bekal sementara Firhan mendekatkan wajahnya pada telinga Lova.

"Aman kan kalau lo pindah sekolah? Selama ada gua tenang aja, gua punya mata-mata di sekolah," bisik Firhan menepuk kepala Lova pelan. "Btw, jaket siapa yang lo pakai?"

***

"Gua laper." Kean menyerobot paksa makanan yang hendak Lova makan.

"Tapi aku belum makan, Kak."

Kean langsung menatap Lova tajam. Melalui sorot mata Kean menyampaikan segala ancamannya, dengan sekali gebrakan meja, kotak nasi milik Lova sudah jatuh di lantai membuat mata Lova melotot.

"Kak Kean!" Akibat kekesalan yang tiada terkira, Lova tanpa sadar membentak Kean. Kesabaran manusia memang ada batasnya dan Kean tak suka melihat Lova membentak dirinya.

Kean mencengkram rahang Lova kuat membuat Lova meringis kesakitan.

"Lo pikir lo siapa bisa bentak gua gitu aja?! Lo itu babu gua, harusnya lo emang nyiapin sarapan buat gua!" bentak Kean membuat Lova memejamkan mata sementara Aldi yang melihatnya tersenyum miring.

Prince of Devil [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang