抖阴社区

25. ?

30.9K 2.6K 713
                                    

Jangan lupa vote dan komen!

“Mulai detik ini lo pacar gue. Inget, lo yang nembak gue, bukan gue yang nembak lo. Jadi diharapkan kesadaran diriannya.” Kean meraih tangan Lova. Ia menggenggam tangan perempuan yang baru menjadi pacarnya dalam beberapa menit. “Gue nggak cinta sama lo, jadi lebih baik lo berusaha keras biar gue cinta sama lo dari pada selingkuh.”

Kean lalu menarik Lova menjauh dari keramaian. Lova mengepalkan tangannya kuat.

“Aku nggak mau.” Ia menyentakkan tangan Kean kuat. “Aku nggak mau jadi pacar kamu! Aku cuma disuruh sama Karina.”

Kean menggeram tertahan. Jual mah sekali sih, Lova! Sialan! Apa kurangnya ia coba? Ganteng? Iya! Baik? Pasti dong! Kaya apalagi! Ditambah dirinya anak tunggal, pasti hidup Lova akan terjamin. Hanya dengan bernapas pun uang ramai-ramai mengisi rekeningnya.

“Terus mau lo gimana? Kita udah pacaran.” Kean menekan kata pacaran untuk memperjelas hubungannya dengan Lova. Ia bersedekap dada, menatap Lova sinis-sinis gimana gitu.

“Kita udah pacaran?” Lova mengerjapkan matanya. “Putus aja kalau gitu. Mau aku atau kamu yang mutusin? Mau permaluin aku lagi juga nggak papa, yang penting aku nggak punya hubungan apapun sama kamu. Aku nggak sudi.”

Wow!

Jika saja Lova bisa melihat, api membara-bara di sekeliling Kean. Sialan sekali Lova ini. Sangat tidak tahu diri! Sok jual mahal! Gengsinya luar biasa.

“Nggak sudi?” Kean tertawa panas. Ia melepaskan beberapa kancing baju seragamnya. Hari ini adalah hari terpanas sepanjang hidupnya. “Yang ada gue kali nggak sudi sama lo. Sadar kalik, lo tuh jelek, tukang gengsi, nyusahin, cengeng, lemah letih lesu. Harusnya lo bilang makasih ke gue. Coba lo mikir, gue, seorang Kean Aldevano yang kaya, tampan, baik hati sama lo doang, mau sama lo? Harusnya lo mah sujud syukur.”

Lova makin meremas jemarinya. Matanya memanas.

Kean berdeham. Dia memalingkan wajah. Sepertinya ambang batas kesabaran Lova akan tercapai. Sepertinya perempuan itu akan meledak sekarang juga. Duh, Kean jadi menyesal sudah memperlakukan Lova dengan baik belakangan ini. Gara-gara itu pasti tingkat keberanian Lova padanya semakin tinggi.

“Kita putus," tandas Lova.

“Enak aja! Nggak bisa! Gua nggak terima ya, njir. Bisa-bisanya lo putusin gue. Berani lo sama gue hah?! Ingat, selain sekarang lo pacar gue, lo juga mantan istri, dan babu gue. Jangan berani-beraninya lo, atau hidup lo gue hancurin. Mau jadi jalang hah? Nggak inget pas gue bawa ke balap liar?”

“Aku nggak mau pacaran sama kamu.” Lova menekan kalimatnya. Perlakuan Kean beberapa saat lalu membuatnya terluka.

“Sialan! Gue nggak mau putus. Ya kalik, belum ada setengah jam pacaran udah putus. Gila lo?” Kean semakin merasa gerah. Ia menyunggar rambutnya kasar, hingga terbentuklah acak-acakan. Aura tampannya pasti semakin menguar. Lova pasti sekarang tengah mempertimbangkan. Sekali dilepas, Lova tidak mungkin bisa datang spek cowok sempurna seperti dirinya.

“Aku nggak mau. Pokoknya aku nggak mau jadi pacar kamu. Kalau kita pacaran, aku mau kita putus. Titik.”

“Lo harus nemenin gue ke rumah sakit nanti. Gue mendadak jadi budeg, ngga denger gue kalau lo minta putus.”

Kean meraih tangan Lova. “Lihat, tangan lo nggak bisa bohong. Suka pasti tangan lo gue pegang-pegang.” Padahal tidak terjadi apa-apa selain berusaha dilepaskan oleh Lova, tapi Kean mengatakan seolah yang terjadi adalah sebaliknya.

“Aku doain kakak budeg beneran. Lepasin aku! Kakak gila ya? Kamu suka banget sama aku sampai segininya?”

Kean mendadak tidak bisa berkata-kata. “Selain tukang gengsi, pede lo selangit ya?”

Lova memalingkan wajah sinis. “Kakak kan yang nyuruh Karina? Iyakan?”

“Nyuruh apa? Nggak usah fitnah lo.” Kean menarik Lova pergi. Namun, saat menyadari ada yang menetes di tangannya, ia menatap ke bawah.

Rahangnya mengeras melihat darah di sana. “Dasar Karina babi, gue nyuruh ngancem doang, kenapa tangan lo bisa berdarah?” Ia menatap Lova.

Lova tertawa. Ia memukul uluh hati Kean dengan kuat membuat Kean merasa kesakitan. Sontak saja Kean melepaskan Lova.

“Kamu kenapa sih, tega banget sama aku?! Aku cuma natap mata kamu waktu itu—”

“Lo juga aduin gue ke pak Adis. Nggak inget?" potong Kean cepat.

Mata Lova memanas. Air mata jatuh. “Bahkan setelah permaluin aku kayak tadi kamu nggak ngerasa bersalah sedikitpun. Dasar iblis! Aku benci banget sama kamu.”

“Anjir, gitu doang dipermasalahin. Ya udah, ayo ke lapangan lagi. Tembak gue lagi. Gue bakal langsung nerima lo, biar lo puas.” Kean benar-benar tidak habis thinking oleh Lova ini. Masalah sesepele itu diambil hati banget.

“Dasar Keanjing!” Lova menabrak tubuh Kean dan berlari pergi sambil mati-matian menahan tangis.

Kean syok berat. Tolong! Ia butuh sandaran. Ia menepuk pipi tidak percaya? Benarkah tadi itu Lova yang mengatakan?!

Ah, pasti tidak. Ini pasti mimpi. Mana mungkin sih, Lova seberani itu padanya. Ada-ada saja mimpinya ini.

Kean tersenyum. Kebetulan sekali mimpi ini terjadi, ia jadi pengen coba menikah dengan Lova, punya anak dan hidup bahagia.

“Bos! Gila lo senyum-senyum sendiri? Mikir jorok lo ya?” Yugo datang dan langsung mencabut bulu tangannya membuatnya merasa kesakitan.

Ah sialan! Bukan mimpi ternyata. Kean meninju bahu Yugo sedikit kuat. “Pacar gue tadi ke mana?”

“Anjay pacar.” Yugo tertawa geli sebelum akhirnya mendapat tamparan kuat di bokongnya.

“Tepos lo!”

“Body shaming lo, Bos.”

***

Lova menghela napas pelan. Nasibnya di sini buruk sekali. Mending ia tinggal di kampung saja, walaupun sendiri pasti lebih baik dari pada di sini.

Sepanjang langkahnya tadi ia mendengar olok-olokan yang ditujukan untuk dirinya. Tidak tahu diri, gatel, suka menggoda, jalang, dan masih banyak lagi. Ia merasa tidak kuat menerima ini lagi.

“Laper?” Kean datang menyusul Lova yang berada di bawah pohon besar belakang sekolah.

“Nggak.” Lova bangkit. Ia ingin menghilangkan Kean dari pandangannya. Tidak perlu menunggu waktu lama Lova berlari membuat Kean mendesah pelan. Ditaruhnya siomay yang dibeli dan kontak P3K di atas rerumputan begitu saja. Ia langsung berlari mengejar Lova.

“Kena kan lo,” bisiknya setelah berhasil mengurung Lova dengan pelukan. Tangannya melilit tubuh Lova, dan dagunya ditenggerkan di pundak perempuan itu.

Lova berubah memberontak, tapi tidak berhasil membuatnya terisak pelan di tempat.

Kean mengecup pipi Lova cepat. “Jangan nangis lah. Gue tau lo bahagia jadi pacar gue, tapi ya nggak usah nangis terharu gitu.”

Lova memejamkan mata mencari kesabaran, tapi yang ada ia malah menangis semakin kencang membuat Kean mengeratkan pelukannya.

“Maaf,” bisik Kean dengan suara rendah.

“Gue ngga sebahagia itu buat ikutan nangis kayak lo,” lanjutnya membuat Lova menginjak kaki Kean kuat-kuat.

.
.
.
TBC

Spam next di sini!

Prince of Devil [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang