抖阴社区

08. ?

45K 3.1K 464
                                    

Vote dan komen jangan lupa, Bebs.
Happy reading

🖤

"Kak, udah. Aku boleh pulang?" Lova bertanya dengan hati-hati. Ia baru saja selesai mencuci piring kotor yang sangat menumpuk.

"Udah?" tanya Kean mendongak ke atas untuk menatap Lova. "Gue lihat dulu." Ponsel yang baru dibeli beberapa jam yang lalu Kean hempaskan di atas meja. Ia bukan hanya membeli ponsel tadi, tapi juga baju untuk Lova.

"Cucian lo masih banyak." Kean mengambil banyak piring kemudian juga dengan saos dan minyak. Ia menghidupkan kran air di wastafel kemudian menutup lubang dan menuangkan minyak dengan jumlah yang sangat banyak. Kean memasukkan beberapa piring di dalam sana. "Tuh cuci," katanya pada Lova yang tengah menatapnya memelas.

"Tap—”

"Gue masih punya tenaga buat puasin lo. Mau nyuci piring atau gue puasin?" tanya Kean semena-mena. Ini sudah kesepuluh kalinya Kean membuat Lova mencuci piring yang semula sudah bersih.

"Aku harus pulang, Kak."

Kean berdecak. Ia melepaskan kancing kemejanya dengan langkah mendekati Lova membuat perempuan itu langsung berlari dan mengerjakan cucian piring yang menumpuk.

Kean yang melihatnya menyeringai. Ia kembali pada posisinya tadi—dekat dengan Lova yang tengah mencuci piring.

Gorengan yang tadi dia beli kini diambil. Setelah diberi saos lalu dimasukkan ke dalam mulut. Kean makan dengan hikmat. "Lo mau request gambar apa?" tanya Kean menyenggol lengan Loca dengan sikunya.

"Bunga," jawab Lova pasrah. Kean dengan senyum mengembang mulai menggambar kan bunga menggunakan saos di atas piring bersih.

Lova tanpa sadar meremas piring yang tengah dicuci. Kean kejam sekali padanya. Lihatlah, Kean dengan santai menggambar kemudian menuangkan minyak dan meratakan keseluruhan permukaan piring menggunakan spons yang kering.

"Mau nggak, Va? Mumpung gue lagi baik." Kean menyodorkan bakwan yang sudah dia makan kepada Lova. Tersisa satu suapan dengan keadaan yang jelas jika sekelilingnya sudah digigit oleh Kean.

Lova menggeleng pelan. Kean yang melihatnya mengangguk mengerti. "Mau pakai saos ya? Tunggu, gue kasih dulu." Ia memasukkan bakwan satu suapan itu ke dalam mulutnya kemudian dikeluarkan lagi. Lalu disodorkan pada Lova.

"Kak Kean ...."

"Gue nggak punya penyakit yang bisa nular lewat air liur," kata Kean menjejalkan bakwan itu secara paksa ke dalam mulut Lova.

Lova rasanya hampir menangis karena itu.

"Dikunyah!" Kean menatap Lova tajam. Lova dengan terpaksa mengunyahnya membuat Kean tersenyum lebar.

"Anjing penurut," katanya menepuk-nepuk kepala Lova dengan pelan. Ia lantas tertawa senang melihat Lovanya sudah meneteskan air mata.

Kean mengambil bakwan yang tipis lagi renyah itu. Niatnya baik, ia ingin membuat bakwan itu jadi lunak di mulutnya kemudian diserahkan pada Lova yang akan menelannya. Lova pasti suka.

"Kak Kean, aku mohon." Lova semakin meremas piring yang tengah dipegang. Ia sudah menangis sekarang. Seburuk-buruknya perlakuan orang padanya, perlakuan Kean lah yang paling buruk. Kean seperti tidak ingat jika dia dilahirkan dari rahim seorang perempuan.

"Gue udah baik Lova. Gue udah kasih tanpa saos tadi, tapi lo maunya pakai saos. Gue kasih pakai saos. Apa gue masih kurang baik?" Kean berdecak tak mengerti. "Gue yang bodoh atau lo sih?" tanya Kean mengecup pipi Lova.

Prince of Devil [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang