Vote dan komen jangan lupa, cantik.
Semua yang berada di kelas saling tatap. "Kegatelan banget tuh cewek! Der! Cipok sana! Gue vidioin terus gue viralin. Grepe-grepe sekalian." Karina menunjuk Deri—si cowok yang duduk di bangku guru—dengan dagunya.
"Sip! Vidionya deketan, Rin. Jangan lihatin wajah gue. Arahin ke tangan gue sama wajah sicupu itu aja." Dia bangkit dan langsung berlari menuju Lova yang pucat pasi.
Lova langsung bangkit dari duduknya begitu Deri hendak menerjang tubuhnya. Tubuh Lova bergetar. Ia sangat ketakutan. "Jang—an. Aku ada salah apa sama kalian?" Rasanya dia ingin menangis sekarang juga.
"Nggak ada sih." Deri menyahut santai. Dia duduk di atas meja Lova dengan kaki bertumpu pada bangku. Matanya menatap Lova lekat, dari atas ke bawah. Deri sedang menilai fisik Lova. "Jadi pacar gue coba, lo cantik kok. Nanti gue ajak lo ke klub. Pasti lo belum pernah, 'kan?" Dia terkekeh serak. Jakunnya naik turun karena membayangkan adegan menyenangkan bersama Lova yang tidak kampungan wajahnya.
Lova meremas tangannya. Jantungnya berdetak cepat. Mengharap pertolongan sepertinya akan sia-sia. "Nggak!"
"Jual mahal?" Deri menaikan sebelas alisnya. Dalam hitungan detik dia melompat hendak memeluk Lova, namun perempuan itu dengan cepat menusukkan pena yang di pegang pada leher Deri. Tangan Lova juga dengan kuat mendorong Deri untuk menjauh. Ia langsung berlari menuju pintu.
"Sial?" Deri mengusap lehernya yang mengeluarkan darah. Walau tidak luka parah, tapi tetap saja darahnya keluar. Hal itu membuatnya mendidih. Berani sekali Lova melakukan itu. Memang perempuan pikir dia itu siapa? Tidak akan ada yang membela.
Deri membasahi bibir bawahnya. "Lo bakal nyesel Lova. Gue bakal buat lo merasa kotor terus mati bunuh diri."
"TOLONG!" Lova menjerit keras. Ia menangis sekarang. Pintu yang dia harapkan dapat membawanya pergi dari kelas, kini ditahan oleh beberapa anak perempuan. Mereka menatapnya dengan seringai.
"Sayangnya lo tuh nggak kaya. Jadi nggak bakal ada yang nolongin lo. Kaya dulu, baru masuk kelas ini." Salah satu dari mereka tertawa menghina.
Karina tersenyum miring. Dengan sekali dorongan, dia mampu membuat Lova jatuh ke dalam dekapan Deri. "Cepetan. Bel bentar lagi bunyi."
Lova menjerit histeris dan berusaha memberontak sekeras mungkin saat Deri melepaskan kancing-kancing bajunya. "Tolong jangan! Aku nggak ada salah sama kamu!" Lova makin histeris. Dia tidak menyangka jika hanya karena menatap Kean, nasibnya akan berubah menjadi seperti ini. Andai jika ia tidak pernah melakukan itu, ia tak ada berada di sini, kelas yang sudah seperti neraka.
"Aku mohon jangan!"
BRAK!
Beberapa perempuan yang tadi menahan pintu kini jatuh tersungkur karena dobrakan keras yang membuat Lova langsung mengangkat pandangan. Harapannya yang semula hadir kini langsung sirna.
Aldi. Laki-laki itu berdiri dengan tatapan menusuk. "Ngapain lo nahan-nahan pintu, anjing?!" desisnya marah. Ia menyiram mereka dengan minuman sodanya.
Karina berdeham. Ia sangat yakin jika Aldi tidak mungkin menolong Lova. Sementara Deri, berusaha menormalkan detak jantungnya. Menghadapi sendiri mungkin berani, tapi jika sudah ada Yugo dan Kean, pastinya ia tak akan sanggup. Jika ketiga manusia gila bin kejam itu bersatu, ia benar-benar akan mati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince of Devil [On Going]
Teen FictionKalau nggak suka silakan minggat, jangan report-report, Kawan. Saya menulis atas apa yaang saya suka, cowok selalu benar. ? Kean Aldevano, sosok yang begitu dipuja oleh seluruh kaum hawa di SMA Garuda dan tetangga. Dia bukan hanya tampan, tetapi ju...