抖阴社区

CHAPTER 6 - Bukan Pangeran Berkuda Putih

2.9K 172 0
                                        

"Mbak?" Suara orang di depan meja kasir membuatku tersentak.

Pria berpakaian kerja formal itu menaruh keranjang belanjaannya di meja kasir. Ia membeli banyak pulpen, beberapa rim kertas HVS, dan beberapa tinta printer.

"Oh, ya, maaf." Aku meminta maaf karena kesalahanku melamun di saat kerja. "Ada lagi tambahan belanjaannya, Mas?"

"Tidak. Ini saja," jawab pria itu tersenyum tipis. Ia kemudian mengucapkan terima kasih setelah selesai membayar.

Pria itu sudah beberapa kali aku lihat belanja di Rianti Stationery dan dia membeli banyak barang setiap kali berbelanja. Dia pernah bilang bahwa itu untuk keperluan kantor. Kantornya tentu saja sudah menyediakan barang-barang keperluan tersebut tanpa dia perlu menyediakannya sendiri. Tapi dia suka singgah di toko ini karena dekat dengan kantornya dan menurutnya barang-barang di toko ini banyak yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

"Cieee... yang mau nikah melamun terus, nih," gurau Vera setelah pria itu keluar.

"Enggak usah terlalu dipikirkan, Kak. Mas Azkaa bakalan tetap ganteng, kok." Ditha terkekeh menimpali gurauan Ditha.

Aku mencoba tersenyum menimpali gurauan mereka. Terbayang lagi di benakku tentang permintaan Bu Rianti padaku dan Azkaa agar kami menikah. Sejak itu, kesehatan Bu Rianti membaik dan kini sudah seminggu keluar dari rumah sakit. Walaupun sesekali Bu Rianti masih mengeluh napasnya terasa sesak, tapi ia sudah terlihat jauh lebih bersemangat sekarang.

Rencana pernikahananku dan Azkaa tetap dilanjutkan. Saat ini Bu Rianti dan Pak Raditya sedang mengurus persiapan pernikahan kami. Sepertinya Bu Rianti sudah menyampaikan kabar pernikahanku dan Azkaa pada para kerabat. Beberapa hari yang lalu, Bu Rianti juga datang ke toko dan menyampaikan sendiri kabar itu pada Vera dan Ditha.

"Kakak sebelumnya pernah membayangkan akan menikah sama Mas Azkaa, enggak? Ya, ampun, Mas Azkaa itu ganteng, pintar, mapan. Perfect, deh!" kata Vera yang tadi sibuk menyusun barang kini sudah berada di sampingku.

Ditha yang tadi mengelap debu yang menempel di rak-rak, kini juga berjalan ke arah kami. Kebetulan sedang tidak ada pembeli.

"Cerita Kak Za dan Mas Azkaa ini bisa dijadikan judul FTV," celetuk Ditha. "Suamiku Adalah Anak Bosku."

Ditha dan Vera kemudian terbahak. Aku akhirnya tertawa juga mendengar gurauan mereka. Tapi itu tak bisa menghilangkan keresahanku. Andai saja mereka tahu, pernikahanku dan Azkaa bukan seperti yang mereka bayangkan. Pernikahan kami bukan seperti pernikahan pada umumnya. Kami tidak saling mencintai dan Azkaa jelas terlihat sangat tidak menyukaiku. Aku tidak tahu bagaimana dan apa yang akan terjadi dalam pernikahan kami nanti.

"Eh, tapi Jumat ini kan hari terakhir Kak Za kerja di sini. Kami bakalan kangen banget sama Kakak nanti," kata Ditha.

"Benar," sambung Vera. "Sudah biasa kerja sama Kak Za, kami akan merasa kehilangan."

Aku tersenyum mendengar perkataan mereka. "Me too. I'll miss both of you so much. Dan pasti juga akan merasa rindu sekali sama toko ini."

Vera dan Ditha kemudian memelukku dan kami membuat janji di akhir pekan nanti akan pergi bersama seharian sebagai farewell.

"Semangat, Kak!" Vera dan Ditha menyemangatiku sambil terkekeh. Kami kemudian kembali melakukan pekerjaan kami. Tak berapa lama, ada beberapa pembeli yang datang.

Aku menghela napas setelah kemudian tak ada lagi pembeli sore itu dan toko akan segera tutup. Aku akan sangat merindukan toko ini. Bu Rianti memintaku untuk tidak bekerja setelah menikah. Apalagi aku akan tinggal di apartemen Azkaa nanti. Menurut Bu Rianti, jarak toko dan apartemen Azkaa lumayan jauh walaupun ditempuh dengan mobil. Ditambah bekerja seharian, Bu Rianti khawatir aku kelelahan.

Senandung Azalea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang