Sebenarnya Azkaa sangat ingin menyusul ketika mengetahui bahwa orang tuanya dan Azalea pergi ke vila mereka di Puncak, Bogor. Tapi setumpuk pekerjaan mengharuskannya lembur hingga larut. Di sela pekerjaannya, malam itu Azkaa ingin menelepon atau mengirim pesan pada Azalea untuk menanyakan apakah istrinya itu betah berada di vila. Ia tahu Azalea sering merasa tidak nyaman berada di tempat baru. Tapi alih-alih menanyakan kabar, ia justru menakut-nakuti Azalea. Azkaa merutuki keisengannya, tapi mau bagaimana lagi, kadang rasanya terlalu kaku untuk memberi perhatian lewat kata-kata.
Esok harinya pun Azkaa tak bisa menyusul karena masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Itu artinya dia tidak akan melihat wajah Azalea hari ini. Biasanya saat akhir pekan, pagi-pagi dilihatnya Azalea sudah ada di dapur lalu menawarinya kopi. Atau sebaliknya, ia akan membuatkan kopi untuk Azalea. Tapi pagi ini, ia minum kopi sendiri. Ia merasa semakin sebal karena Azalea juga tidak sedikit pun menanyakan kabarnya lewat telepon atau pesan.
Sudahlah, untuk apa memedulikan hal itu? Azkaa akan menyelesaikan pekerjaannya hingga sore, lalu malamnya dia ada janji makan malam dengan Ilona. Tentu saja dia tak akan ingat tentang Azalea, bukan? Tapi Azkaa tak menyangka bahwa saat bekerja pun ia terus teringat akan Azalea dan menjelang tengah hari ia sudah bisa menyelesaikan pekerjaannya, lebih cepat dari perkiraannya. Ia duduk termangu di kursi makan. Bayangan Azalea sibuk di dapur mengganggu pikirannya. Ia menggeleng kepala cepat. Tidak mungkin ia merindukan Azalea. Dengan gusar, Azkaa beranjak ke kamarnya.
Hanya sebentar, ia kembali lagi ke dapur karena merasa lapar. Dibukanya kulkas, tak ada makanan atau camilan yang membuatnya berselera. Begitupun saat ia melihat menu makanan delivery, seakan semua makanan tak mampu menggugah seleranya, seolah ia sudah kehilangan selera makan. Azkaa menggaruk kepalanya lalu duduk termenung lagi di kursi makan. Ia menoleh ke arah kitchen set, dilihatnya Azalea tengah memasak. Ia menggeleng lalu mengalihkan pandangan ke arah kulkas, Azalea tengah membuka kulkas dan mengambil minuman. Ia mengalihkan pandangannya lagi ke arah mesin espresso, Azalea sedang membuat kopi. Dapur sialan, umpatnya dalam hati.
Kini ia menoleh ke ruang tengah, lalu ruang tamu dan foyer, ke manapun dia memandang dilihatnya ada Azalea. Ia teringat-ingat akan wajah innocent atau senyum dan tawa istrinya itu. Azkaa mengusap wajahnya sambil bersandar di kursi. Baiklah, Azkaa mengakui bahwa ia merindukan Azalea dan ingin bertemu dengan wanita itu. Tapi bukankah ia sudah mengatakan tak akan menyusul ke Puncak? Wajahnya berubah cerah ketika menemukan sebuah ide.
Azkaa mengaktifkan stopwatch di ponselnya dan mengatur waktu selama 30 detik. Dia akan mengetuk-ngetuk meja sambil menyebutkan kata 'susul' dan 'tidak'. Jika waktu berakhir saat menyebut kata 'susul', maka ia akan menyusul ke Puncak. Jika sebaliknya, maka berarti ia tak akan menyusul. Azkaa pun memulai. Susul. Tidak. Susul. Tidak. Tepat pada detik terakhir, Azkaa menyebut kata 'tidak'. Namun secepat kilat ia menambahkan satu ketukan lagi dan mengucapkan kata 'susul'. Senyum terukir di bibirnya.
"Baiklah, Azalea. Sesuai saran dari stopwatch dan ketukan tangan saya, maka saya akan menyusul kamu ke Puncak," ucapnya masih mengulum senyum.
Menempuh gerimis, ia melajukan mobilnya menuju Puncak dan melupakan janjinya dengan Ilona malam nanti. Senyumnya kembali terukir ketika akhirnya ia bisa melihat wajah Azalea. Dilihatnya Azalea tengah memanggang beberapa potong daging dan beberapa tusuk bakso.
"Katanya enggak bisa kemari?" tanya Pak Raditya heran disertai anggukan Bu Rianti.
"Sudah selesai kerja, Pa," sahut Azkaa singkat lalu mendekati Azalea. "Azalea, saya lapar."
Azalea mengerutkan kening. "Kamu belum makan siang?"
"Belum." Azkaa menggeleng. "Cuma minum kopi tadi pagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Azalea (Completed)
RomanceIa terdiam sejenak menatapku, lalu bertanya, "Can we be friends?" Aku tak tahu harus menjawab apa. Seorang suami meminta istrinya untuk menjadi teman? Apakah ini permainan Azkaa? Kalau benar begitu, lucu juga. Kurasa aku akan mengikuti permainannya...