抖阴社区

CHAPTER 16 - Panas Berganti Hujan

3.3K 197 2
                                        

Secangkir cappuccino berhasil kubuat pagi ini dengan mesin pembuat kopi milik Azkaa. Aku mencoba menggunakan mesin itu setelah memperhatikan cara Azkaa membuat kopi kemarin. Cappuccino buatanku memang tak seenak yang dibuat Azkaa, tapi aku menyukainya. Sepertinya aku perlu berlatih lagi agar terbiasa menggunakan mesin pembuat espresso ini.

Kata Azkaa, dia akan membelikan mesin pembuat espresso superotomatis agar lebih praktis. Boleh juga. Apakah aku ketularan Azkaa menjadi seorang penikmat kopi? Tidak juga. Hanya saja aku mengakui bahwa kopi yang diolah langsung dari biji kopi terasa lebih enak dari pada kopi instant. Lebih terasa keaslian kopinya, tentu saja.

Sinar matahari yang menembus jendela kaca dapur terasa hangat. Cuaca di luar terlihat sangat panas. Seperti akan turun hujan sore atau malam nanti. Kulirik ponselku yang kuletakkan di atas meja makan. Bu Rianti menepon, mengajakku menemaninya berbelanja siang ini dan akan segera menjemputku. Seperti biasa, aku mengirim pesan pada Azkaa untuk meminta izin.

"Azkaa, aku pergi sama mama siang ini."

Begitu isi pesanku. Dan seperti biasa juga, Azkaa membalasnya dengan singkat. Kemudian aku segera bersiap-siap agar Bu Rianti tak perlu menungguku saat datang menjemput.

Bu Rianti mengajakku berkeliling mall sebentar sebelum makan siang. Kami sudah memasuki beberapa fashion store, tapi Bu Rianti masih ingin berbelanja ke satu store lagi sebelum mencari restoran. Bu Rianti menyuruhku memilih apa saja yang ingin kubeli. Tapi aku baru memilih satu baju, karena aku sedang tak minat berbelanja. Walaupun uang bulanan yang diberi Azkaa sangat besar, aku tak merasa aku harus merubah gaya hidupku. Aku tak ingin lapar mata dan tetap memperhatikan harga saat berbelanja.

"Yang ini cocok enggak sama mama?" tanya Bu Rianti sambil membentangkan sebuah blouse.

Aku mengangguk. "Cocok, Ma."

"Tapi enggak ada size Mama kayaknya," gumam Bu Rianti sambil melihat-lihat lagi.

Sementara Bu Rianti memperhatikan kembali ukuran blouse itu, aku bergeser sedikit untuk melihat-lihat koleksi blouse yang lain. Saat aku menoleh ke kanan, tanpa sengaja aku melihat sepasang pria dan wanita yang berjarak sekian meter dariku. Keduanya mengenakan busana kerja formal. Mereka tak mengumbar kemesraan, tapi dari cara mereka bicara satu sama lain terlihat sekali mereka sangat intim.

Aku memperhatikan sosok pria bertubuh tinggi dan atletis itu. Walaupun aku melihatnya dari samping, agak membelakangiku, aku dapat mengenalinya. Dan aku tahu aku benar ketika tanpa sengaja pria itu menoleh ke arahku. Azkaa. Pandangan kami bertemu. Aku mematung, begitu pun dia. Aku mengalihkan pandanganku pada wanita di sebelah Azkaa. Aku tak terlalu jelas melihatnya karena ia menghadap ke samping, tapi cukup bagiku untuk mengatakan bahwa wanita itu sangat cantik. Ditambah tubuhnya yang semampai, ia terlihat sangat serasi dengan Azkaa.

Wanita itu terlihat memanggil Azkaa. Tapi karena Azkaa tak menyahut, ia meraih tangan Azkaa dan menunjuk baju yang dipegangnya. Azkaa menoleh pada wanita itu sebentar dan mengangguk. Setelah wanita itu kembali memperhatikan baju yang dipegangnya, Azkaa menatapku lagi. Dan kulihat tangan mereka masih bertaut.

"Kalau yang ini gimana, Azalea?"

Suara Bu Rianti membuatku tersentak. Bu Rianti berjalan mendekatiku dan hampir saja ia melihat Azkaa. Aku segera tersadar dan menarik lengan Bu Rianti untuk menjauh.

"Ma, kita belanja di mall lain saja, yuk." Aku memegangi lengan Bu Rianti.

Bu Rianti mengerutkan keningnya. "Loh, kenapa memangnya?"

"Ada yang mau saya beli, tapi enggak ada di mall ini," jawabku.

Bu Rianti mengangguk. "Oh, ya, sudah."

Senandung Azalea (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang