抖阴社区

11. Alasan Dibalik Sikap

14.2K 1.1K 6
                                        

🌚
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bunda langsung dibuat shok sampai harus jatuh terduduk saat mendapat berita hilangnya Linka serta Jenny dari rombongan peserta kemah. Malam itu, saat semua anak panti sudah tidur, beliau mendapat telepon dari salah satu pendamping, bahwa Linka dan satu orang temannya terpisah dari rombongan.

Bunda tak bilang apa-apa, sampai akhirnya tadi pagi beliau mendapat telepon lagi dari pihak penyelenggara tentang proses pencarian secara mandiri sementara waktu akan dilakukan selama tiga jam. Dari sana, Harka akhirnya juga tau bahwa ibunya sedang dalam bahaya.

Cowok itu berulang kali menelpon Linka, namun sayangnya panggilan tak pernah terjawab. Harka ingin melakukan sesuatu, namun ia tak tau, apa yang harus dilakukan ... selain duduk di rumah, sambil berdoa supaya cewek itu bisa pulang dengan selamat.

Namun, rasa khawatir itu segera hilang. Saat Bunda kembali menerima telepon, kali ini kabarnya gembira, karena Linka telah berhasil ditemukan dengan keadaan selamat tanpa luka sedikitpun.

Cewek itu dan Jenny sekarang dibawa ke rumah sakit, untuk mendapat perawatan.

Saat ini, bunda tak bisa datang, karena tidak ada yang menjaga anak-anak. Akhirnya, Harka lah yang pergi, cowok itu akan mendatangi Linka. Lagi-lagi sebagai teman.

**

Linka menatap langit-langit kamar rawatnya, sama seperti Jenny. Ia pun tak tau mengapa mereka harus dirawat sementara waktu hingga keadaan memulih. Padahal mereka tidak sesakit itu. Paling hanya kelelahan akibat menangis. Mungkin orang-orang menganggap mereka tersesat di hutan selama semalam, hingga harus dirawat.

"Ka, gue gabut." Jenny berujar sambil menatap kosong langit.

"Dikira lo doang, gue juga keles!'

"Kok lo ngegas?"

"Gue kesel aja, gue tuh paling anti sama jarum suntik, terus sekarang gue pake ini. Nih!" Linka memperlihatkan sebelah tangannya yang tertancap selang infus.

Jenny mendengus, lalu duduk dan menghadap bangsal Linka yang ada tepat di sampingnya. "Ka."

"Hmm?"

"Lo kepikiran nggak sih sama apa yang Nenek itu bilang?"

"Yang mana?"

"Tentang ... papanya anak lo."

Benar, hal itu sempat mengganggu pikiran Linka kemarin. Tapi di zaman sekarang mencari seseorang tentu tidak cukup dengan insting dan menerka-nerka semata.

"Gue nggak tau, Jen. Gue juga nggak boleh percaya gitu aja."

"Iya sih, tapi lo masih belum nyerah kan?"

Cewek itu melotot. "Yakali baru mulai udah nyerah!"

"Eh by the way ... Harka tau kalo lo abis ilang?"

Linka mengangguk. "Tau ... kayaknya sih." Menjawab dengan nada agak pelan.

"Duh, makin dosa deh gue bohongin banyak orang!"

"Boongin apa?"

Jenny melotot, langsung terjun dari atas bangsalnya begitu sosok manusia tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangan perawatannya.

"Harka?! Kok lo disini?"

Harka menutup pintu, lalu berjalan untuk meletakkan bingkisan buah di atas nakas yang berada di tengah-tengah bangsal Jenny dan Linka. "Bunda nggak bisa datang jadi gue gantiin. Mama nggak apa-apa kan?"

Finding Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang