Hidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya.
**
Linka tak menyangka, akan ada waktu dimana ia harus mengalami serangkaian kesialan dalam sehari. Berawal da...
Dulu, ketika Linka masih bersama Gilang, hubungan mereka terbilang sangat jarang terekspos. Linka dan Gilang hanya bertemu ketika keduanya sama-sama memiliki waktu luang dan sama-sama setuju.
Entah mengapa, dulu Linka sangat canggung atau bahkan merasa tidak enak jika harus keluar bersama Gilang. Linka tak tau seperti apa perasaan Gilang jika berada dekat dengannya. Namun yang Linka tau, ia sedikit merasa aneh jika bersama Gilang.
Mereka berdua tentu berbeda, Linka bukan anak orang kaya. Sedangkan Gilang? Cowok itu punya apa saja. Linka jadi merasa tidak pantas. Dan sejak mengetahui bahwa Lia yang kini menjadi tempat bagi Gilang untuk berlabuh menggantikannya, Linka merasa itu adalah pilihan yang tepat.
Entah mengapa Linka memikirkan itu untuk saat ini. Ketika angin menerpa kulit wajahnya dan menerbangkan rambut-rambutnya ... Linka masih asing dengan ini semua. Jantung cewek itu berdetak kencang sampai tak berani mendekatkan tubuhnya ke punggung orang yang memboncengnya.
Bian diam saja, untuk sekian kali melirik kaca spion, menangkap wajah Linka yang tampak gelisah di belakangnya.
"Linka!" Bian bersuara, sengaja mengeraskan volume begitu menyadari suaranya teredam oleh angin.
Linka sedikit tersentak lalu merespon dengan mendekatkan kepalanya pada Bian. "Kenapa?"
"Nanti jatuh, jangan terlalu kebelakang."
"Apanya?!"
"Duduknya."
Linka berdehem canggung. "O--oke."
Bian tersenyum, lalu memelankan laju motor pinjamannya ketika Linka memperbaiki posisi. Menit selanjutnya ... kehendak alam membuat jantung Bian serasa loncat ke perut, begitu jok motor yang baru dicuci itu membuat Linka terperosok semakin maju ke depan sehingga tubuhnya menubruk punggung Bian cukup keras.
"Sorry!" Linka salah tingkah, lalu kembali memundurkan tubuhnya.
Bian tak menjawab, cowok itu menggigit pipi bagian bawahnya supaya tidak bereaksi begitu tau bahwa kenyataannya Linka juga merasakan hal yang sama sepertinya.
Bian membelokkan motornya menuju sebuah toko baju serba tiga puluh lima Ribu yang berada tak jauh dari letak Kopi Mimpi yang sebentar lagi terlihat jika keduanya berjalan sekitar 700 Meter.
Linka sedikit terkejut ketika Bian tiba-tiba mengajaknya pergi ke tempat seperti ini.
Bian melepas helmnya sambil menatap tempat di depan sana agak kikuk. Cowok itu ingin cepat mengatakan, "Linka kita salah tempat, balik aja yuk?" Tapi sayang cuma di dalam hati, sebab Linka sudah terlebih dahulu turun dari motor dan berjalan hendak memasuki toko.