Sarapan kali ini terasa begitu hening dan canggung. Lisa di sana, menatap makanannya dengan tatapan kosong tanpa berniat memakannya "Appa... minta maaf."
"Untuk yang kemarin." Kegiatan makan itu terhenti sesaat, Hyekyo menatap suaminya dengan sorot kecewa.
Jisoo yang sadar akan peruabahn raut wajah Adik bungsunya itu segera memberikan usapan pelan pada punggungnya "Ingat apa yang ku bilang?"
Lisa mengangguk pada Jennie "Kontrol emosimu mu dengan hati bukan amarah."
"Appa hanya terbawa suasana karena mendengar laporan dari Paman mu. Dia bilang jika kau---"
"Maaf mencela. Boleh ku minta sesuatu pada mu?" Pria Song itu menatap sekilas Hyekyo sebelum akhirnya mnegangguk menyetujui.
"Berhenti ikut campur masalah perkerjaan ku." setelah menyelesaikan kalimatnya Lisa pergi meninggalkan meja makan begitu saja.
Tak ada yang berkuting. Joongki hanya bisa menghela nafasnya pasrah menghadapai ketidakstabilan emosi yang dimiliki putri bungsunya itu. Mau bagaimana lagi seperti itulah Lisa dan Joongki tak akan pernah bisa mengubahnya.
****
"... di perkirakan 37 orang meninggal dengan 28 lain terluka parah. Pasukan khusus dari berbagai negara mulai dikerahkan untuk memberikan bantuan. Seperti salah satu rekan kita yang berasal dari Korea Selatan,"
"Selamat siang Kapten Song."
Lisa tersenyum tipis. Entah sudah berapa banyak berita tentang dirinya yang tersebar di berbagai negara. Sampai-sampai rekan reporternya mengaku bosan mewawancarainya.
"Lihat apa?" Rosé di sana, ikut menatap layar macbook di hadapan Lisa.
"Woah itu dirimu? Apa kau sering di wawancara?"
Gadis berponi itu tersentak saat mendapati Rosé yang tiba-tiba saja duduk di pangkuannya "Kau tidak akan pingsan seperti saat Jenne eonni mencium mu kan?"
"T-tentu saja tidak." Rosé terkekeh sebelum akhirnya mengecup pipi Lisa.
"Biasakan diri mu. Itu salah satu kebiasaan kami." Lisa tau itu dan sepertinya ia sudah mulai terbiasa akan tradisi mencium yang saudarinya itu buat.
Keheningan menyapa. Rosé nampak asik dengan dunianya sendiri. Menonton semua berita yang mewawancarai Adiknya itu "Aku ingin melihat mu memakai seragam secara langsung."
"Hm, kau akan melihat aku menggunakannya saat bertugas nanti."
Rosé kembali menoleh saat Lisa mengusap lengannya "Bisa bangun sebentar? Aku ingin ke toilet."
Setelah melihat Adiknya hilang di balik pintu toilet, Rosé kembali pada kegiatannya yang sempat tertunda tadi.
"...masih belum diketahui akan jumlah korban yang jatuh. Tiga Tentara asal Korea Selatan hilang dilaut karena kecelakaan pesawat."
Video itu berhenti sesaat. Rosé teringat akan kata-kata Krystal saat mereka di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Tentang penyebab dari pingsannya Lisa saat di pantai waktu itu.
"Tapi kenapa Lisa menyimpan berita seperti ini di laptopnya?" gumam Rosé bingung.
"Agar aku selalu mengingatnya."
Matanya bertemu dengan manik milik Lisa. Adiknya itu menatapnya tanpa ekspresi, sorot matanya dingin dan tak terbaca "Untuk apa? Bukankah itu menyakiti mu? Seharusnya kau berusaha melupakannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Live In Uniform ?
FanfictionMereka hidup dengan seragam yang melekat di tubuh. Memiliki kewajiban atas apa yang ia topang di atas bahu mereka. Sebagian dari mereka saling melengkapi, tapi bagian lainnya justru saling bertentangan.