抖阴社区

49. Heart to Heart

7.5K 1K 219
                                        

Bruk~

Rosé meringis merasakan sakit pada bahunya sesaat setelah tubuhnya tergeser membentur aspal "Lihat-lihat jika menyebrang!"

Mobil yang hendak kenabraknya tadi berlalu. Rosé mengalihkan pandangannya pada Jisoo yang baru saja bangkit "Kau baik-baik saja, kan? Kenapa kau bisa tidak fokus tadi?"

"Maaf Eonni tadi aku—" kalimatnya tertahan. Rosé menoleh ke segala arah mencari-cari pria berpakaian hitam yang tadi sempat mengikutinya.

"Lagi? Kau terlalu perasa Rosé, tidak ada yang mengikuti mu." Tutur Jisoo jengah.

Sudah belasan bahkan puluhan kali Adiknya itu mengeluh pada Jisoo jika ia merasa seseorang tengah mengikutinya. Tapi sampai sekarang tak satupun ucapan Rosé yang terbukti "Eonni aku tak bohong, tadi itu—"

"Tidak ada Rosé. Kau hanya sedang kelelahan dan menjadi sensitif. Lagi pula kau bukan Roseanne Park Blackpink hingga orang ingin mengikuti mu."

Jisoo berlalu lebih dulu meninggalkan Rosé yang menekuk wajahnya kesal "Tapi aku tidak kalah cantik dengannya! Kami mirip seperti anak kembar tau!"

****

Senyum itu tak pernah luntur dari wajah Jennie yang nampak begitu senang setelah berhasil membujuk Lisa untuk pergi keluar. Dengan perlahan ia mendorong kursi roda dimana Lisa berada menuju ke pekarangan.

"Apa kau suka beanie hat rajutan ku?" Tanya Jennie memulai obrolan.

"Tidak. Ini kesempitan." Sahut Lisa ketus.

Adik bungusnya itu masih saja merajuk pada Jennie prihal poni kesayangannya yang dipangkas olehnya. Jennie sudah melakukan banyak cara tapi Lisa nampaknya masih belum bisa merelakan poninya itu.

"Malam ini bintangnya cantik. Kau mau susu Coklat? Akan ku buatkan jika kau mau." Lisa mengangguk.

Beberapa bintang nampak menemani bulan diatas sana. Entah kenapa Lisa tak akan bisa menolak apapun yang berhubungan dengan bintang dan bulan. Walau dirinya masih merasa marah pada Jennie tapi Kakaknya itu nampak tak lelah untuk merayu dan membujuknya.

"Ini habiskan, ya." Lisa menerima segelas susu yang Jennie sodorkan padanya. Tangan Kakaknya itu bergerak lembut mengusap beanie hat yang menutupi kepala botaknya.

"Aku jadi terlihat seperti penderita kanker." Tutur Lisa membuat Jennie terdiam.

Mata hazel Lisa sibuk menatap sekeliling, waspada jika salah satu pasukannya tengah berjaga dan melihatnya. Lisa bahkan tak menyadari tatapan sendu Jennie yang nampak kosong.

"Ayo masuk, aku takut orang-orang akan melihat ku dengan tatapan aneh nanti." Ucap Lisa membuyarkan lamunan Jennie.

"Ayo— Eoh, ada bintang jatuh! Buat harapan!" Jennie menyatukan tangannya dengan mata tertutup. Dalam hati kecilnya mulai merapalkan doa berharap Tuhan mendengarnya.

Berbeda dengan Jennie, Lisa justru menatap Kakaknya dalam diam. Tatapannya melembut ketika matanya tanpa sengaja melihat air mata Jennie yang perlahan turun membasahi mandu-nya dalam hikmatnya ia memohon pada Tuhan.

"Apa yang kau minta?" Tanya Lisa sesaat setelah Jennie menyelesaikan doanya.

Jennie tersenyum jahil "Rahasia."

Tangan Lisa terulur menyapu jejak air mata di pipi Kakaknya itu "Dalam 15 tahun ini aku telah melihat jutaan orang berdoa pada Tuhan-nya. Tapi hari ini aku melihat sesuatu yang berbeda dan nampak indah dari mu, kau tau?"

Jennie menggeleng "Saat aku melihat mu memohon dan merapalkan doa-doa mu dalam tangis yang tak terdengar."

"Aku hanya berterimakasih atas nikmatnya dan meminta sedikit harapan. Apa kau tau hadiah terindah dari semesta yang tak akan pernah bisa kau dapatkan dimana pun?"

Live In Uniform ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang