Suara ketukan jam itu terdengar memenuhi pendengaran Lisa. Tatapannya lurus, menatap wajah pucat Jisoo yang membiru.
Entah sudah berapa jam gadis itu melakukannya, Lisa pun tak tahu. Yang dia inginkan hanya memuaskan matanya itu untuk menatap raga Jisoo sebelum kelak tak lagi bisa ia lihat secara nyata.
"Mau sampai kapan kau seperti ini?" Ucap Pria Song itu berjalan mendekati cucunya.
Usapan lembut itu menyapu surai pendek Lisa "Sudah, kita harus memakamkan jasad Kakak mu sebelum malam."
"Sebentar lagi saja." Pintanya pelan.
Hela nafas pasrah itu terdengar, pria dengan jas hitamnya itu kembali menjauhi Lisa dan berdiri di sudut ruangan bersama yang lain.
Pandangan Lisa jatuh pada sudut mata Jisoo. Ada bekas air mata yang mengering di sana membuat tangan Lisa terulur untuk mengusapnya.
"Rasanya pasti sangat sakit. Eonni bahkan sampai menangis." Gumam Lisa pelan mengusap pipi Jisoo yang dingin.
Semua orang tau bahwa Jisoo bukanlah orang yang mudah menangis. Gadis itu terkenal dengan sebutan sulung Song yang kuat. Jadi, bisa disimpulkan bukan bagaimana rasa sakit yang Jisoo rasakan hingga gadis itu menitihkan air mata?
"Eonni..." Tatapan matanya melembut, sesekali mengerjap dengan perlahan seolah tak ingin berhenti menatap sosok dihadapannya itu.
"Seseorang yang 1 minggu lalu berjanji tak akan membiarkan ku sendirin, kini justru terbaring tak bernyawa di hadapan ku."
Mata Lisa bergerak pelan meneliti wajah Jisoo "Kau juga pembohong, Eonni. Sama seperti mereka."
Tangan Lisa berpindah pada surai cokelat Jisoo yang terurai bebas "Tapi tidak apa, karena sekarang Eonni bisa tertawa dan menangis sepuas Eonni tanpa harus menahannya."
"Jangan lupa untuk datang ke mimpi ku bersama Jennie Eonni dan Rosé. Sampai jumpa dilain waktu."
****
Awan mendung itu menemani Lisa yang terduduk diatas kursi rodanya dengan tatapan kosong.
Song Jisoo
Lahir, 3 Desember 1995
Wafat, 13 Desember 2022"Ditempat ini..." gumam Lisa pelan.
"Aku pernah berdiri bersama Jisoo Eonni dan Rosé untuk mengantar Jennie Eonni, 1 minggu kemudian aku kembali hanya bersama Jisoo Eonni,"
"Hari ini, tak ada lagi yang tersisa untuk berdiri di sisi ku. Hanya tinggal aku sendiri." Lisa tersenyum lirih menatap tiga batu nisa dihadapannya itu.
"Dan mungkin memang sudah seharusnya aku tidak berharap pada kalian."
Lisa menoleh pada sosok Hyekyo yang terduduk dengan tampilan menyerupai mayat hidup "Eomma nampak sudah tak lagi memiliki semangat hidup."
Lisa sangat tahu bagaimana perasaan Ibunya itu, jika kalian menjadi Hyekyo apa yang akan kalian lalukan jika kalian harus memakamkan 3 putri kalian secara berturut-turut dalam 1 bulan yang sama?
Selisihnya hanya dalam waktu 7 hari, seolah Tuhan memang merencanakan semuanya secara matang.
"Kehilangan mengajarkan ku bahwa kau akan mulai menyadari seberapa berharganya seseorang saat mereka telah pergi."
Lisa menatap sendu foto ketiga Kakaknya yang terpasang di masing-masing makam dihadapannya "Waktu kita singkat, ya?"
"Ternyata hanya dalam hitungan bulan kalian datang dan memberikan warna di hidup ku. Mengajarkan ku arti dari sebuah persaudaraan, kasih sayang dan rasa sakit."

KAMU SEDANG MEMBACA
Live In Uniform ?
FanfictionMereka hidup dengan seragam yang melekat di tubuh. Memiliki kewajiban atas apa yang ia topang di atas bahu mereka. Sebagian dari mereka saling melengkapi, tapi bagian lainnya justru saling bertentangan.