"Kenapa lo melototin gue dari tadi?"
HAHHHH?! EMANG IYA?
INI AKU BENERAN UDAH NGGAK ADA HARGA DIRI.
Aku menggeleng canggung, sambil menjelaskan bahwa aku nggak melihatnya dan melihat seseorang di belakangnya. Dan dia hanya bilang 'oke.'
Gila aja.
Kenapa aku jelasin panjang lebar kalau jawabannya hanya sebatas 'oke.'
Nyebelin.
"Ayo," ucapnya yang membuatku segera menaiki motor, nggak lama dia menjalankan motornya. Selama perjalanan kami hanya diam, aku juga nggak mengatakan sepatah kata pun.
Tiba-tiba dia bertanya, "Rumah lo dimana?" Ih nggak jelas nanya-nanya alamat emang dia siapa?
"Mau tau aja lo?" jawabku, bermaksud membuat Nevan kesal.
"Terus lo mau turun dimana?"
A*JING, kok malah aku yang dibuat malu plus kesel sama dia. Aku juga kenapa sih sok banget bilang seperti itu? Mana aku lupa lagi kalo dia lagi nganterin aku pulang kerumah.
Lalu setelah diam beberapa saat dengan wajah yang panas, bukan kok, bukan blushing. Cuma lagi malu sama kesel aja. Aku memberitahu alamat rumahku.
Nggak lama, kami sudah sampai di depan rumahku, aku turun dan ingin berbasa-basi untuk menawarinya mampir sebentar, "Nggak perlu," katanya seperti itu. Benar-benar aku akan mati konyol jika bersama dia untuk sebulan.
Tapi nggak apa-apa, aku akan membuatnya jatuh cinta, wkwk. Nggak mungkin sih. Aku tau kok, dia benci banget sama aku.
"Oke, deh. Tapi gue minta nomer lo dong," ucapku sembari memberikan ponselku ke dia, dia mengambilnya dan mengetikkan beberapa angka disana. Lalu aku mengangguk dan berterimakasih, dan menyuruhnya segera pergi.
Dan aku masuk rumah tanpa menoleh ke belakang, ngapain juga aku menoleh ke dia, nggak penting banget, 'kan?
Aku terkejut ketika melihat Mama yang berdiri di hadapanku sambil tersenyum, nggak lupa merentangkan tangannya. Menungguku untuk berlari ke pelukannya, dan aku melakukannya.
"Darla, I miss you so much," ucapnya menggunakan accent british yang kental, dan aku hanya menjawab ucapannya dengan anggukan. Papa dan mamaku bercerai tiga tahun yang lalu, tapi aku nggak pernah merasa menjadi anak broken home yang menyedihkan. Aku bahkan nggak menangis ketika mereka bercerai, aku sudah pernah bilang seperti itu ya? Wkwk. Berbeda dengan adik dan kakak ku yang nggak dapat menerima kenyataan bahwa mereka bercerai.
Kakak ku ikut Mama pulang ke rumah Kakek, di Inggris. Sedangkan, aku dan adikku menetap disini dan tinggal bersama Papa. Mama mengunjungiku dan adikku setahun sekali. Dan kami juga nggak pernah lepas kontak, kami masih berhubungan meskipun hanya lewat video call. Mama dan Papa ku juga bercerai baik-baik, kurasa begitu.
Aku terlalu banyak bercerita tentang keluargaku, ya?
"Don't you miss your sister?" ucap Mama setelah kami selesai berpelukan.
"Of course," ucapku sembari tersenyum dan berlari memeluk kakakku.
"Hey, apa kabar?" Tanya kakakku setelah aku melepaskan pelukannya.
Aku tertawa.
"Your accent."
"Aksen gue kenapa?" Tanya-nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARLA : Although it's just a game (END)
Teen Fiction"APAA!?" "Yoi, lagian kenapa sih, cuma sebulan, 'kan?" maksudnya apaan 'cuma' ? bayangin aja kalian disuruh nembak gebetan, bukan, temen cowok kalian dan kalo diterima, mau nggak mau harus pacaran dalam jangka waktu 30 hari. "Bukan gitu, tapi masal...