抖阴社区

Day 3

198 116 31
                                        

     "Putusin Gibran!" putusku. Aku tau ini adalah hal yang benar-benar jahat, but no one cares.

     Zevora melotot. "Hah?"

     Aku dan yang lainnya tersenyum licik, kecuali Zevora pastinya, dan Daphne.

     "Girls, no!"

     "Sis, lo nggak tau seberapa kejam kita."

     "Tapi gue bisa, 'kan ngajak Gibran balikan, dan jelasin kalo ini cuma game?" tanya Zevora yang terdengar sangat putus asa.

     Aku menatap Dinda yang sedang berpura-pura berpikir dengan menaikkan alisnya. "Deal," jawab Dinda.

     "Alhamdulillah," ucap Zevor--- hah?

     "Lo mualaf?" tanya Hillary dan dibalas gelengan oleh Zevora.

     "Nggak lah, yakali. Gue, 'kan sering denger kalian bilang gitu, jadi gue ikut-ikutan lah," jelasnya.

     "Stress."

     Aku melihat Zevora yang mengambil ponselnya dan menelpon pacarnya, nggak lama panggilan tersebut langsung diangkat, dan nggak lupa Zevora mengaktifkan Loudspeaker.

     "Hai Bi, ada apa?" Aku sebenarnya nggak tega, tapi setidaknya mereka bisa balikan, 'kan?

     "Gib, we have to break up," ucap Zevora, aku tau dia sedang menahan untuk tidak menangis, menyedihkan.

     "Hah, kenapa? Kamu bosen sama aku, kamu ... ada masalah apa, Vor?"

     "Nggak, aku cuma pengen putus, nggak ada alasan."

     "Nggak, kita omongin dulu. Kamu kenapa Voraa? Bilang sama aku, atau kamu lagi bercanda? Aku nggak suka bercanda yang kek gini, Bi. Please."

     "Bye," Zevora mengakhiri telepon lalu terisak. "Ahh, kenapa juga sih gue punya ide segila ini?"

     Kami tertawa.

     "Bisa nggak sih gue kembali ke masa lalu?"

     That is exactly what I said.

     Lalu setelah beberapa menit yang kami habiskan untuk menenangkan Zevora, akhirnya botol itu berputar tepat di hadapan Dinda. "Mati gue," ucapnya dengan wajah pias.

     Kami semua tersenyum.

     "Slap your fucking ex," ucap Daphne.

     "Oke, gampang itu mah.."

     Aku tau Dinda nggak benar-benar ingin berkata seperti itu, aku tau dia deg-degan.

     "Tomorrow, and record it," lanjut Daphne yang semakin membuat Dinda ketar-ketir. "Record it? Are you joking?"

     "Yoi," aku juga tau itu mutlak.

     Dan selanjutnya adalah, aku?

     Kurang ajar.

     "Ini nggak susah sih," ucap Hilla.

     "Apaan?"

     "Telepon Nevan dan bilang kalo lo besok minta dijemput."

     "NGGAK!"

     "Dih kenapa sih, lagian kita ngebantu lo. Lo, 'kan suka sama dia. Mutualisme nggak sih?"

     "Nggak Hillary Deslavina, nggak bisa," ucapku menolak keras.

     "Cepetan atau gue yang nelpon," kata Daphne yang sudah mengambil ancang-ancang untuk merebut ponselku. "Oke," putusku sambil tersenyum. Aku menghubungi Nevan dan dia langsung mengakatnya. Apa dia memang se-fast respon ini?

DARLA : Although it's just a game (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang