"Ngomong-ngomong, kenapa lo mau pacaran sama gue?"
Mati.
Apa aku jujur saja?
Nggak.
"Uhm, bentar keknya ada yang nelpon deh," ucapku untuk mengalihkan perhatiannya lalu mengambil ponsel di saku celana jeans-ku dan pura-pura melihat siapa yang menelpon. Dia hanya mengangguk dan sama sekali tidak mengintip.
Keren.
"Ini kakak gue."
"Nggak lo angkat?" tanya Nevan, aku hanya menggeleng.
Dan akhirnya percakapan kami selesai sampai disitu. Nevan mengantarku pulang dan ketika aku menawarinya untuk mampir, dia hanya berkata bahwa dia ingin menjaga ayahnya.
Aku masuk kerumah dan merasa seperti tiba-tiba diceburkan ke air got, Mama dan Papaku bisa-bisanya berciuman di ruang tamu. Dan masalahnya bukan itu, mereka 'kan sudah bercerai?
"What are you guys doing?" tanyaku setelah berdiam diri dan menetralkan keterjutanku. Rupanya, mereka lebih kaget lagi dengan kehadiranku. Mereka menegakkan punggung dan menjauhkan diri dari satu sama lain.
Ayah menghampiriku dan memegang tanganku. "Dar, ini nggak kayak yang kamu pikirin kok," jelas Papaku. Beliau berkata seperti seorang pacar yang habis kepergok berselingkuh dengan wanita lain.
Hadeh.
"Emangnya aku mikir gimana?"
"Kamu-"
Aku memotong ucapan mereka. "Ini termasuk zina, 'kan?"
Sekarang giliran Mama yang berdiri dan berkata bahwa itu bukan zina lalu Mama mengangkat tangan kirinya yang disana jelas-jelas terpampang cincin pernikahan mereka.
"Jadi?"
Mereka mengajakku duduk, dan menjelaskan bahwa mereka sebenarnya nggak jadi bercerai setelah mereka mengambil keputusan bersama. Aku nggak datang di sidang perceraian mereka, jadi aku nggak tahu sama sekali tentang perceraian yang sebenarnya dibatalkan.
Apa yang lainnya tahu? Maksudku Daphne dan Arion, adik laki-laki-ku. Mereka mendatangai sidang perceraian orang tuaku, hanya aku yang nggak datang.
"Terus kenapa kalian nggak kasih tau aku?"
Aku pikir mereka telah bercerai tiga tahun lalu, ternyata aku salah. Itu kenapa Mama dan Papa selalu akur, aku pikir nggak ada yang namanya perceraian baik-baik. Ternyata, memang mereka yang nggak jadi bercerai.
"We're so sorry, Honey." Mama meminta maaf kepadaku.
Hanya itu?
Akhirnya Papa menjelaskan alasannya karena melihatku yang mengerutkan alis sedari tadi.
"Papa pikir kamu setuju dengan keputusan kita bercerai, sampai-sampai kamu nggak dateng di sidang perceraian Mama sama Papa. Dan kamu cuma tau bahwa kami udah bercerai, jadi Papa sama Mama memutuskan untuk nyembunyiin itu dari kamu."
"Dan selama ini Daphne dan Arion tau?"
Mereka berdua mengangguk.
"Papa sama Mama minta maaf ya?"
Aku berpikir, susah sih memaafkan keluarga yang telah membohongiku selama tiga tahun terakhir. Tapi setelah kupikir-pikir, semuanya nggak sepenuhnya salah mereka, aku juga salah satu pihak yang salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARLA : Although it's just a game (END)
Teen Fiction"APAA!?" "Yoi, lagian kenapa sih, cuma sebulan, 'kan?" maksudnya apaan 'cuma' ? bayangin aja kalian disuruh nembak gebetan, bukan, temen cowok kalian dan kalo diterima, mau nggak mau harus pacaran dalam jangka waktu 30 hari. "Bukan gitu, tapi masal...