抖阴社区

Bagian VI

5.9K 671 273
                                        

Tatapan mereka terputus.

Natan meninggalkannya begitu saja. Dia juga membuang dua belati yang dia rampas tadi di tempat sampah.

Mereka hanya melihat punggung Natan yang hilang dibalik pintu.

"Samperin." Gusion melepaskan pelukan kakaknya.

"Eh?" Aamon menatap adiknya.

"Samperin tuh orang. Aku gapapa, dia yang nyelametin."

'Walopun dia ga ada niatan nyelametin sih kayaknya. Lagi beruntung aja gue.' pikiran Gusion sih kek gini ya.

"Cepet!" Gusion mendorong kakaknya.

Sebelum itu, Yin menghadangnya.

Ketiga adik kelas itu menatapnya.

"Natan ga suka belati. Dia punya masa lalunya, jangan kasar sama dia."

Yin berbalik, meninggalkan ruangan kacau itu dan pergi ke kamar Xavier disusul kedua temannya.

Aamon melanjutkan jalannya.

Sedangkan ketiga temannya menemani Gusion.

Aamon membuka pintu kamarnya.

Kosong, tidak ada orang. Namun suara percikan air terdengar jelas.

Aamon membuka pintu kamar mandi. Dan benar saja, Natan ada disana, tengah membasuh tangannya.

Air jernih itu mengalir dari kran, tapi berubah merah setelah menyentuh tangan Natan.

"Hei" Aamon berjalan mendekat.

Natan tidak menanggapi. Dia hanya menunduk, memperhatikan tangannya.

Aamon menarik tangan Natan dari air. Dia mematikan kran, lalu membawa Natan keluar dari kamar mandi.

Mendudukkannya di kasur, Aamon mengambil kotak p3k.

Dia mulai mengobati tangan Natan yang terluka.

Natan hanya diam, bahkan ringgisan pun tak ada.

5 menit, Aamon selesai mengobati luka Natan.

Tes

Setetes air jatuh di atas perban yang dipasang Aamon.

"Hei, kenapa?" Aamon menangkup wajah Natan, membuatnya mendongak agar ia bisa melihat wajahnya.

"Sakit?"

Natan menggeleng.

"Shutt" Aamon mengusap air mata yang mengalir di pipi Natan dengan ibu jarinya. "Gue disini kok."

Air mata Natan turun semakin deras. Tidak ada isakan, hanya saja air matanya tidak mau berhenti turun.

Entahlah, perasaan apa ini?

Aamon tidak tega melihatnya.

Dia menarik tubuh Natan, memeluknya erat.

"Nangis aja."

"Hiks..." Isakan mulai terdengar, pundak yang ia peluk mulai bergetar.

Aamon mengelus rambut Natan. "G-gue ga suka." Natan mulai mengeluarkan suaranya.

"Gue ga suka hiks.... Ga suka Mon, ga suka hiks hiks."

Bayangan itu lagi.

Bayangan ketika ibu dan ayahnya terus ditusuk.

Bayangan ketika mereka melindunginya.

Malam itu, malam ketika Natan bermandikan darah kedua orang tuanya. Malam itu terus terbayang di benaknya.

Our School Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang