抖阴社区

Mate : Another Side

4.5K 331 76
                                        

Pernikahan Minghao dan Jun terpaksa ditunda karena kabar mengenai Jihoon. Tapi itu tak menjadi masalah, mereka kini justru tengah berduka dengan kepergian Jihoon serta kondisi Soonyoung dan anaknya.

"Kita pulang yuk." ajak Jun pada Minghao yang sedari tadi hanya diam di ruang keluarga rumah duka.

Minghao mengulas senyum. "Gimana sama baby Kwon dan kak Soonyoung?" tanya Minghao.

"Baby Kwon masih di rumah sakit, Jisoo sama Wonwoo tadi ke sana buat nge cek kondisinya. Kalau Soonyoung, dia masih di kamarnya." jawab Jun.

"Aku mau liat baby Kwon." ucap Minghao.

Jun menggeleng, kondisi Minghao tak cukup baik semenjak mendengar kabar itu. Apalagi mengingat kondisinya yang tengah hamil muda, membuat kesehatan Minghao menjadi rentan.

Kehamilan Minghao rupanya memiliki risiko keguguran yang tinggi, mengingat bahwa kondisi Minghao yang juga rentan karena kondisk rahimnya. Karena itulah Jun beserta kedua orangtuanya begitu protektif kepada Minghao.

Ketika mendengar kabar Jihoon, mereka juga ikut khawatir pada kondisi Minghao. Karena Minghao dan Jihoon sangat dekat, sehingga memiliki risiko tersendiri kepada Minghao.

"Kita pulang aja ya." ucap Jun.

"Tapi aku masih mau disini." lirih Minghao.

Jun tersenyum tipis, lantas segera ia peluk kekasihnya itu. Minghao bukanlah si cengeng yang mudah menangis, tapi karena hormon kehamilan yang membuat ia menjadi mudah terbawa oleh perasaan dan begitu emosional.

Jun tak bisa menyalahkan hormon kehamilan kekasihnya, karena kehamilan Minghao ini sangat mengubah kepribadian Minghao. Dia yang awalnya kuat, tak mudah menangis, ceria, dan begitu humble. Seketika berubah menjadi cerewet, emosional, mudah marah, mudah menangis, banyak mau, cengeng, dan serba salah.

Jun harus meningkatkan kadar kesabarannya sejak Minghao mengandung anaknya. Jun beruntung karena kehadiran calon bayinya, setidaknya membuat Minghao kembali semangat dan percaya diri.

Kehamilannya berhasil mematahkan stigma keluarga Xu terhadap Minghao. Karena memang, usaha yang keras tidak akan mengkhianati hasil, meskipun kegagalan yang didapatpun tidak akan terlalu terasa pahit.

"Kamu inget kan bagaimana kondisi kamu sama baby, sekarang pulang dulu yuk. Kamu butuh istirahat cukup." bujuk Jun.

Minghao menatap Jun, dia teringat juga bahwa ia tengah mengandung dengan kondisi rahim yang cukup berisiko. Seketika dia terpikir bagaimana jika dia bernasib sama seperti Jihoon?

"Kamu gak akan benci bayi kita kan, kalau seandainya aku bernasib sama seperti Jihoon?" tanya Minghao.

Jun berdecak. "Jangan berpikiran seperti itu, sayang. Jangan menakuti diri kamu sendiri dengan pemikiran konyol kamu."

"Tapi ada kemungkinan itu juga akan terjadi sama aku, kan? Haechan juga bilang kalau kandungan aku memiliki resiko tinggi juga." ujar Minghao yang mulai emosional.

Jun menyadari situasinya, dia tak mungkin tetap ngotot dengan mendebat Minghao. Dia mengerti kondisi Minghao sekarang, sehingga alih-alih mendebat dan menjawab perkataan Minghao, dia justru malah mempererat pelukannya.

"Kamu butuh istirahat, pulang ya." ucapnya dengan suara lembut dan rendahnya, sebab Jun tak mungkin menaikkan nada suaranya disaat Minghao sedang kalut seperti ini.

Minghao akhirnya menurut, dia mau mengikuti perkataan Jun untuk pulang.

Mereka beranjak dari ruang keluarga, keluar dan segera menuju lobi rumah duka. Namun, sesampainya disana rupanya ada Ayah dan Ibunya Minghao yang sepertinya ingin melayat Jihoon.

I Mate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang