Jangan lupa vote! (3 followers/3 part lagi bakalan ada book baru. Jadi ditunggu ya!)
Happy Reading
Gelap. Kanvas hitam nampak kosong bagai lahan terbuka. Tiada rembulan, tiada bintang-bintang. Mereka seolah menyuruk, menyisi dari histeria yang abadi.
Taehoon bersenandung, berjalan dalam keheningan dan kehampaan malam yang mengajuk asa. Dia memirsa sekitar, kesunyian begitu terasa, menuai kerutan di dahinya. Ia bertanya dalam hati.
Mengapa semua rumah menutup pintu dan jendela rapat-rapat. Seolah-olah akan ada kemalangan yang singgah ke kediaman mereka. Taehoon gerun lantas memeluk diri saat angin berhembus, menyapa kulit putihnya yang mendingin.
Kesunyian yang terasa malam ini membuat estimasinya mengerut, tak nyaman terhadap sekitar. Aura mencekam seolah menusuk tulang rusuknya. Dia merasa seperti diawasi oleh sepasang mata dari kejauhan.
Apakah itu elang? Burung hantu? Atau kemungkinan terburuknya adalah seorang psikopat?
Taehoon berharap tafakur ketiga tidaklah benar. Dia menyayangi nyawanya melebihi apapun. Tak bisa ditukar oleh materi atau rasa. Lantaran ia hanya memiliki satu nyawa seumur hidup.
Taehoon bukanlah kucing yang memiliki mitos 9 nyawa ataupun gumiho. Dia hanyalah manusia yang merasakan cuak tatkala sukma membiut. Ia mengedarkan pandangan, berupaya mengusir tafakur negatif yang hinggap di kepalanya.
Sekelibat bayangan muncul di kepalanya, membawa kenangan lawas yang mengukir rasa. Dia teringat pertemuan pertamanya dengan Gyeoul. Kala itu ia tengah berjalan seorang diri, menembus kegelapan malam seperti saat ini.
Hanya saja malam ini jauh berbeda dari malam itu. Ia merasa sangsi terhadap sekitar seakan-akan ada yang mengincarnya dari berbagai arah. Taehoon memang peka pada lingkungannya.
Namun kali ini, ia memikul paranoid. Apa mungkin ini efek dia memiliki kekasih seorang alpha? Sepertinya tidak.
Lalu mengapa ia merasa seperti mangsa yang diincar pemangsa?
Orang penggamang mati jatuh, orang pencemas mati hanyut.
Dia tidak mau celaka lantaran cemas. Lamun ia tak menyangkal bila kecemasan ini bagai pasak menancap tanah. Sangat kuat dan susah terlepas.
Taehoon pun mengatur napas, menetralisir degub jantung yang berpacu dengan waktu. Kedua netranya senantiasa mengembara, memasang radar zan kendati ada ancaman mengitar.
Hoot.. hoot.. hut.. hoot..
"Shit—!"
Napasnya tersendat. Suara burung hantu tadi menuai ketakutan dalam roh, menyisakan secuil keberanian yang redup. Dia menelan saliva kasar sebelum menatap seekor suanggi yang bertengger di dahan pohon.
Celepuk itu memiringkan kepala lalu memutar leher hingga 360°. Taehoon bergidik lantas mempercepat langkah, ingin segera sampai ke tujuan awalnya.
Dia tadi hendak pergi ke minimarket guna membeli persediaan makanan. Besok adalah jadwal heat-nya. Ia cuak jikalau di tengah jalan nanti bertemu dengan alpha. Parahnya lagi kalau berjumpa psikopat.
Keperawanannya sudah sirna. Nyawa pun ikut lenyap.
"Amit-amit.." ujarnya saat gambaran sadis nan mesum menggembara di pikirannya.
Krack..
'Shitt..' batinnya setelah mendengar suara ranting yang dipijak. Ia tak menoleh. Lamun tahu jikalau ada seseorang yang mengekor di belakangnya.
Anggainya tak pernah salah. Ia hanya berusaha positif vibes pada sekitar. Walau pada akhirnya tenungan gabas selalu curai.
Taehoon pun berlari, menghindar dari kejaran sosok yang tak dikenalnya. Napasnya memburu seiring kecepatan yang meningkat. Adrenalinnya ikut berpacu, menyerang sistem syaraf yang membuat tungkainya lemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Alpha {Fem!Dom}
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Seong Taehoon, seorang omega male yang tak pernah menyangka bahwa dirinya akan berhubungan dengan alpha female gila yang baru dikenalnya. "Kamu milikku!" "Aku bukan milikmu!" ? TIDAK RAMAH BAGI ANAK-ANAK, BIJAKLAH DAL...