Lisa terbangun dari tidurnya, malam yang sepi dan hening ini sukses menyapa pendengaran Lisa. Tak ada suara apapun disampingnya saat dia terbangun, mencoba untuk menenangkan diri kala rasa takut menghampirinya.
Meraba dan merangkak dikasur yang luas itu berharap ada seseorang menggapai tangannya saat ini.
Seperti biasa, karena kurangnya hati-hati Lisa terjatuh dengan keras ke samping kasurnya dan meringis saat keningnya terkena ujung meja nakas miliknya.
"Shh~ Appo..." Lisa Mengusap-usap kepalanya yang terasa linu. Dia berusaha bangkit dan mulai mengayunkan tangannya mencari sesuatu yang dapat dia pegang.
"... Unnie eodiesseo?"
Teriaknya dengan langkah pelan, Lisa terus mengingat letak barang yang ada dikamarnya, meski kepalanya sedikit berdenyut akibat terjatuh tadi, namun Lisa lebih memilih untuk mengabaikannya.
Satu persatu benda dapat Lisa sentuh. Mulai dari lemari, meja rias, kursi dan juga––
"Lisa-ya!"
Teriakan menggelegar dari Chaeyoung menghentikan langkahnya, Lisa menajamkan pendengarannya dan Chaeyoung hanya mendapat tatapan kosong dari Lisa.
Chaeyoung berlari menghampiri Lisa dan melihat adiknya dengan sangat khawatir. Tepat didaerah pelipis Lisa, terdapat jejak darah yang mengalir disana. Chaeyoung heran dengan Lisa yang seperti tidak merasakan darah mengalir dikeningnya.
"Kalian dari mana saja?" Lisa berusaha meraih Chaeyoung yang mendekat padanya dan dengan cepat pula Lisa memegang lengan atas kembarannya itu. Chaeyoung mengusap darah pada luka dipelipis Lisa.
"Awhh~" Lisa tentu meringis saat Chaeyoung tak sengaja menekan lukanya. Rasanya sangat linu dan membuat kepala Lisa seperti berputar kebelakang.
"Kau mendapatkan luka ini dari mana Lisa-ya?" Tanya Chaeyoung khawatir dan masih mengusap darah Lisa yang ternyata masih mengalir.
"Aku terjatuh, Chaeng. Sepertinya kepalaku menyentuh meja nakas, apakah separah itu? Mengapa luka ini rasanya berdenyut-denyut?"
Mendengar ujaran Lisa tentang rasa sakit yang dia rasakan, Chaeyoung semakin panik. Setelah Chaeyoung tak sengaja menekan luka itu, darah yang keluar semakin banyak membuat Chaeyoung gelisah tak karuan.
"Jennie Unnie... Jisoonie..." Chaeyoung berteriak dengan keras memanggil kedua kakaknya.
Dan tak lama, saat mendengar teriakkan Chaeyoung yang berada dikamar Lisa, keduanya datang dan memeriksa keadaan kamar itu.
"Wae-yo? Ada apa Chaeng, astaga Lisa kau berdarah." Ucap Jennie yang melihat darah dikening Lisa, dia segera mengambil banyak tissu dan menahan luka itu supaya tidak mengeluarkan darah lagi.
"Chaeng panggil Hwang ahjussi–– Aniyo, ya Tuhan maafkan aku. Maksud ku panggil salah satu penjaga untuk menyiapkan mobil, kita akan ke rumah sakit. Palli..."
Chaeyoung segera berlari keluar dari kamar Lisa dengan langkah terpogoh-pogoh. Sedangkan gadis yang mereka khawatirkan hanya memainkan ujung baju Jennie yang tengah menahan luka dikening nya.
_________Diruangan yang beraroma kan obat-obatan itu ketiga gadis Kim tengah menunggu Lisa yang sedang ditangani oleh dokter Ahn.
"Tidak ada luka yang serius, saya sudah mengobati luka dikeningnya. Untuk kedepannya dimohon agar nona Lisa sedikit hati-hati dalam beraktivitas." Mereka semua mengangguk paham dan merasa menyesal.
"Tolong sampaikan pada orangtua kalian jika saya akan mengatur ulang jadwal terapi dan pemeriksaan kesehatan pada nona Lisa." Ucap dokter Ahn panjang lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Clouds
RandomAwan yang akan menjadi saksi dimana kita pernah bahagia dibawah langit yang sama. My L Lisa adalah adik paling berharga bagi kami. Dia hadir untuk menjadi obat bagi kami. Kebahagiaan dia adalah kebahagiaan kami. "Aku ingin membuat kalian semua bahag...