Aina duduk di bangku taman depan gedung fakultas pascasarjana Biologi. Gadis itu merenung memikirkan hubungan antara keluarganya dengan keluarga Afkar.
"Kamu tenang ya, Sayang. Ini masalah kami orang tua. Ayah janji permasalahan kami tidak akan mempengaruhi pernikahan kamu dengan Afkar."
Pernikahannya dengan Afkar?
Bahu Aina mengedik karena terkekeh geli, merasa lucu dengan hidupnya. Tahu-tahu sudah jadi istri orang.
Cincin cantik berbentuk bunga yang memiliki ukiran huruf A masih tersemat di jari manis tangan kanannya.
Aina memegang sebuah buku notice berukuran kecil. Jemarinya membuka halaman di mana tertulis kriteria suami idamannya.
Ah, padahal kata per kata dalam halaman ini adalah keisengan semata. Sayang, Umma Nazila terlanjur membacanya kala itu.
♡ Empat Kritetia Suami Idaman
Ala Aina Radheya♡1. Tampan
2. Pintar
3. Bisa masak
4."Empat kriteria suami idaman ala Aina Radheya?"
"Astaghfirullahal'adziim!" Aina berjengit kaget. "Kak Yuda?" ucapnya tak percaya melihat kehadiran lelaki yang baru saja membuatnya jantungan itu.
Pelakunya terkekeh, "tenang, saya hanya baru membaca judulnya."
Aina melirik Yuda seraya menyembunyikan bukunya rapat-rapat dalam dekapan.
Membuat Yuda kembali terkekeh, "tidak akan saya curi, Aina." katanya. "Saya boleh duduk di sini?"
"Mm, bo- boleh." Aina bergeser, duduk di ujung bangku taman sementara Yuda yang sadar diri duduk di ujung lainnya.
"Kak Yuda kok bisa di sini?"
"Ada keperluan dengan Profesor Asih."
Aina manggut-manggut, "Kak Yuda udah sehat?"
"Seperti yang kamu lihat." jawab Yuda, lalu bersandar di sandaran bangku taman sembari menikmati hembusan angin sore.
"Bagaimana? Apa Afkar sudah memenuhi empat kriteria di diary-mu itu?"
Eh?
Aina tentu terkejut.
"Kenapa?" Yuda terkekeh dengan sebelah alis terangkat. "Saya sudah tahu," katanya.
"K- Kak Yuda tau dari siapa?"
"Dari Afkar."
"Hah?"
"Hei, sinyalmu lambat sekali. Ternyata jatuh cinta benar-benar membuat IQ menurun, hm?"
Aina menggaruk pelipisnya, dia bingung harus bagaimana bersikap dan berucap dalam obrolannya dengan Yuda kali ini.
"Aina, sebenarnya saya sengaja menemui kamu karena ingin pamit."
"Pamit?" Aina seketika menolehkan kepala serta badannya 180 derajat.
"Saya mendapat tugas untuk mengurus kasus WNI di Mesir."
"Berapa lama, Kak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Yours!
Teen Fiction[TAMAT. PART LENGKAP] Dari sekian banyak gadis yang takut menikah karena kepercayaannya akan cinta telah dikecewakan oleh ayahya sendiri, beberapa justru enggan menikah karena khawatir tidak bisa menemukan cinta setulus cinta ayahnya. Dan Aina ada d...