抖阴社区

☆ 30 ☆

28.5K 2.1K 69
                                        

Guys, sebelum lanjut baca aku mau tanya dulu dong...

Menurut kalian, part paling berkesan selama kalian baca kisah Afkar-Aina tu pas part apa?

Spill ya Guys, aku butuh banget pendapat kalian... mau aku buat promosi tiktok soalnya, biar makin rame, Aamiin... 🤗😝

Udah gitu aja, terima kasih...

Sekarang selamat membaca!







⚠️ 17+⚠️

....................................

Aina terjebak di kamar Afkar. Tadi niatnya hanya ingin menumpang kamar mandi, namun tiba-tiba ndalem kedatangan tamu dan sekarang suasana ramai.

"Ya sudah, Aina tidur di sini saja tidak apa-apa. Besok pagi-pagi sekali baru kembali ke kamar," begitu kata Ummi Nihaya saat Aina mengadu meminta jalan keluar.

Sama sekali tidak membantu. Padahal Aina malam ini sangat enggan bertemu Afkar. Tadi selesai pengajian saja dirinya langsung kabur, sekarang malah terperangkap.

Ceklek ...

Pintu kamar terbuka dari luar. Baik Afkar maupun Aina sama-sama terkejut.

"A- aku gak berani balik ke kamar, lagi ada banyak tamunya Abi di luar. Ada Mbak-Mbak juga," kata Aina gugup.

Afkar tersenyum tipis, "tunggu sebentar." ucapnya, lalu keluar lagi.

"Tadi mau minta tolong Ummi untuk antar ini ke kamar kamu, tidak taunya sudah di sini," ucap Afkar setelah kembali dengan membawa banyak makanan.

Mata Aina seketika berbinar. "Wow, martabak manis, kerak telor, es coklat, susu kedelai, sempolan, waaah!"

Sembari duduk lesehan di lantai, gadis itu antusias sekali membuka satu per satu isi kantung plastik bawaan Afkar.

Aina mencomot roti bakar rasa coklat kacang. "Pas kita ke pasar malem aku pengen makan ini, tapi habis. Sekarang akhirnya keturutan, yeaay!" ucapnya dengan mulut penuh.

Afkar hanya tersenyum. Ketika Aina makan, tugasnya adalah mengusap sudut bibir istrinya yang pasti belepotan itu.

"Mas Afkar dapet makanan banyak gini dari mana?"

"Dari Ibu-Ibu, dari gadis-gadis."

Sempolan yang baru akan Aina makan langsung terlepas dari pegangan. Mulutnya ternganga.

"Bukan seperti yang kamu pikirkan. Mas memang sering mendapat seperti ini setiap selesai ceramah. Terkadang baju, sarung, jam tangan."

Aina manggut-manggut, "terus apalagi? Sebutin semuanya."

"Makanan, surat, undangan makan malam, tawaran jadi menantu- "

"Wow, cukup mengesankan juga ya Ustadz Afkar ini?" Aina bertepuk tangan ringan.

"Tapi bukan salah Mas. Biasa, Sayang ... orang-orang memang suka dengan keindahan."

"Narsis!"

"Orang-orang memang suka dengan keindahan," Aina menirukan ucapan Afkar dengan nada jengkel sembari melanjutkan makan.

"Tidak pernah Mas pakai, sungguh. Biasanya Mas kasihkan ke Kang Umar atau ustadz lain."

"Oh. Terus undangan makan malamnya? Tawaran jadi menantunya?"

Terlanjur Yours!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang