"Dibalas dengan senyuman."
"Emang sok kegantengan Mas tuh," Aina menjejali mulut Afkar dengan sesuap kerak telor. Dan Afkar tentu menerimanya dengan senang hati.
"Lain kali kalo dikasihnya makanan jangan kasih ke orang lain. Istri Mas siap menampung."
"Dikasihkan orang lain juga tidak apa-apa. Kalau kamu ingin makan sesuatu, Mas saja yang belikan."
"Kenapa gitu?"
"Ini namanya nafkah."
"Nafkah lahir mulu. Nafkah batinnya kapan?"
Salahkan mulut Aina yang asal ceplas-ceplos. Memangnya Afkar tidak mau?
Aih, lelaki itu sudah menunggu sejak berbulan-bulan yang lalu. Bahkan sampai terbawa mimpi.
"Mau ngapain?" Aina ketar-ketir ketika Afkar memajukan wajah.
Tanpa menjawab, Afkar mengambil tangan Aina yang mencekal dadanya. Digenggamnya kedua tangan itu dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang tengkuk.
"Mas pernah bilang, kalau makan di rumah dan belepotan ... "
Cup!
Afkar mengecup bekas coklat di sudut bibir Aina. Kecupan itu berganti menjadi ciuman. Berawal dari lumatan lembut, Afkar mampu membuat Aina terlena.
Perlahan, Aina luluh. Tangannya dia kalungkan pada leher Afkar. Aina ikut menggerakkan bibir meski kaku. Afkar yang menuntunnya.
Tangan Afkar tidak tinggal diam. Meraba apa yang bisa dia raba.
"Mm- Mash," Aina menepuk-nepuk dada Afkar ketika napasnya hampir habis. "Mas mau praktekin yang lagi viral di tiktok?"
Dahi Afkar mengernyit, sebelah alisnya terangkat seolah bertanya 'apa?'.
"Itu ... di tiktok lagi viral assalamualaikum ya baabar rahmah."
"Kalimat itu seharusnya Mas yang ucapkan."
"Iya. Terus aku jawab waalaikumussalam ya sayyidal amin, kan?"
"Pintar."
"Terus habis itu- "
Ucapan Aina terpotong oleh ciuman Afkar.
"Setelah itu kita bahas sembari praktek."
Afkar menggendong Aina tanpa melepaskan ciumannya. Lelaki itu mematikan lampu sebelum membaringkan Aina di ranjang, lalu memegang kedua tangannya.
"Radhiitu billahi rabbaa," doa Afkar.
Selanjutnya, Afkar mempraktekkan apa yang sudah sangat lama dia pelajari.
Lelaki itu menyentuh Aina dengan hati-hati. Selalu meminta izin setiap kali ingin menyentuh lebih jauh.
Dan ketika sampai pada puncaknya, "boleh, Sayang?"
Aina memandang lekat mata Afkar yang juga menatapnya penuh kelembutan. Meski sempat takut dan muncul sedikit keraguan, tatapan Afkar mampu menenangkannya.
"Haknya Mas, kewajiban aku, ibadah kita."
Afkar tersenyum menang. Dan ... malam ini terjadi penyatuan cinta di antara dua hamba yang merindu keridhaan-Nya dalam rumah tangga mereka.
"Bismillahi, Allahumma jannibasysyaithaana, wa jannibisysyaithaana, maa razaqtanaa."
🔬🔬🔬
Pukul 10 pagi, Aina baru terbangun lagi setelah salat subuh. Gadis itu melihat sekelilingnya, sprei sudah diganti.
Aina mendadak malu, pipinya terasa panas. Gadis itu menggigit bibir menahan senyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Yours!
Teen Fiction[TAMAT. PART LENGKAP] Dari sekian banyak gadis yang takut menikah karena kepercayaannya akan cinta telah dikecewakan oleh ayahya sendiri, beberapa justru enggan menikah karena khawatir tidak bisa menemukan cinta setulus cinta ayahnya. Dan Aina ada d...
☆ 30 ☆
Mulai dari awal