抖阴社区

                                        

Nathan meletakan kado itu diatas meja belajar Nicho. Setelahnya kembali keluar dari sana dan kembali kekamarnya.

Anak itu memutuskan untuk bermain ponsel untuk membunuh bosan, sambil menunggu jam tengah malam tiba. Nathan memilih menonton film saja, tak terasa karena serunya film yang ia tonton. Waktu pun cepat berlalu, tiga puluh menit lagi akan menunjukan tengah malam dan tanggal akan berubah jadi esok hari.

Nathan tersenyum tipis menatap jam di ponselnya.

Nathan keluar dari kamar anak itu menuju dapur, karena kue yang ia beli tadi Nathan simpan di kulkas.

Lampu dapur sudah mati, itu tandanya Bibi sudah tidur karena wanita tua itu memang tak kuat begadang, Bi Rahmi selalu tidur cepat, selesai membereskan bekas makan malam Bibi biasanya langsung tidur, agar paginya tidak telat bangun.

Nathan membawa kue kecilnya ke kamar, anak itu duduk dimeja belajarnya sendiri.

Nathan juga mengeluarkan satu lilin kecil dan juga korek dari laci meja belajar. Menanti jam sedikit lagi akan tengah malam.

Nathan tersenyum tipis, rasanya sepi dan juga sedikit sedih. Meski bukan pertama kalinya seperti ini, rasanya tetap saja tak nyaman dihati.

Nathan mulai menyalakan lilinnya, memejamkan mata dan merapalkan doa didalam hati.

Nathan tidak minta banyak, hanya ingin dimaafkan atas kesalahannya dan juga berhenti dibenci oleh yang lain.

Mata Nathan terbuka seusai berdoa, lalu meniup lilinnya.

"Selamat ulang tahun Athan, ayo menjadi semakin kuat" Lirihnya.

"Dan selamat ulang tahun juga buat Kakak" Ucapnya pelan.

Nathan mulai menyendok cake kecilnya, menyuapkan makanan manis itu kedalam mulutnnya. Meskipun cake itu ukuran kecil, tetap saja Nathan tak habis, itu karena anaknya masih kenyang.

Ya beginilah setiap tahun cara Nathan merayakan ulang tahunnya. Membeli kado sendiri, kue sendiri, merayakannya sendiri. Tidak ada yang istimewa, semuanya sesederhana itu, bahkan hingga doa yang anak manis itu panjatkan.

Setelah merasa cukup dengan cake-nya, Nathan beranjak ketempat tidur. Lagian matanya juga sudah mengantuk sejak tadi berusaha terjaga.

"Selamat malam" Lirihnya dan mulai memejam.

•••

Pukul satu malam Radian dan yang lain baru saja pulang, satu persatu mulai turun dari mobil. Mereka memang pergi dengan satu mobil tadi sore sehabis Joyan dan Nicho pulang dari sekolah.

"Itu paper-bag apaan Bang?" Tanya Nicho saat tangan Daffian mengeluarkan paper-bag dari bagasi belakang. Ukurannya lumayan besar, sama seperti paper-bag yang tadi Daffian berikan untuk Nicho saat acara perayaan ulang tahun adiknya itu.

"Buat Nathan" Jawab Daffian santai.

Joyan langsung menoleh menatap abangnya. Sedangkan Radian sudah lebih dulu masuk, menyisakan ketiga putranya diluar, karena mobil yang mereka naiki mobil milik Daffian.

"Tumben? Kesambet apaan lo?" Tanya Joyan, anak ini memang biasa berbicara santai pada abang sulungnya, kalau ingat saja panggilnya pakai abang kalau nggak ya gak ada.

"Gak ada alasan, cuman pengen ngasih aja" Jawab Daffian.

Joyan mengangguk pelan lalu berjalan masuk kerumah.

Nicho juga sama anak itu malah berjalan cepat masuk kerumah.

Daffian menutup bagasi dan juga mengunci mobil, malam ini biarkan mobilnya diluar garasi saja.

Daffian membuka perlahan pintu kamar Nathan, tadi saat ia memilih hadiah untuk Nicho, Daffian juga kepikiran soal Nathan. Kalau Nicho ulang tahun jelas Nathan juga ulang tahun. Kalau Daffian ingat-ingat ia mau pun yang lain sepertinya tidak pernah memberi anak itu kado, selepas sang ibu pergi. Daffian jadi merasa sedikit kasihan jadi ia memilih membelikan Nathan sesuatu juga.

Pandangan Daffian langsung tertuju pada meja belajar Nathan. Ada bekas cake kecil yang belum habis, lalu ada sebatang lilin kecil, dan juga korek.

"Apa dia merayakannya sendiri?" Gumam Daffian begitu pelan.

Daffian meletakan paper-bag itu diatas meja belajar Nathan. Lalu berlalih mendekati tempat tidur pemilik kamar, wajah lugu itu begitu terlihat pulas tertidur.

Sekitar lima menit lamanya Daffian hanya memandangi wajah Nathan yang terlelap, sampai akhirnya Daffian memutuskan untuk beranjak dari sana.

Disisi lain Nicho baru saja melempar kotak kado kecil yang ia dapati diatas meja, melemparnya masuk kedalam tong sampah di kamarnya.

Tangannya mengepal erat, Nicho itu tidak pernah suka ada yang menaruh perhatian pada Nathan. Semuanya harus tertuju padanya, ia tidak mau berbagi dengan Nathan.

Begitulah sifat buruk Nicho yang sebenarnya, tidak mau berbagi sedikit pun perhatian orang rumah untuk Nathan. Jadi begitu mendengar jawaban Daffian membuat anak itu kesal. Sampai-sampai membuang kado yang Nathan beli dan siapkan untuknya.

Jika Nathan menganggap Nicho bagian dari raga dan jiwanya, karena mereka terlahir kembar dan berada di satu rahim yang sama. Maka sebaliknya, Nicho hanya menganggap Nathan adiknya saja, tidak ada hal spesial sama sekali.

¤¤¤

•••Nemu typo tandain ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
Nemu typo tandain ya

•••
JANGAN LUPA VOTE & KOMEN🙏

BIMANTARA [END]?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang