Warning!
Typo bertebaranLantai dua Club Heaven itu memang berbeda dari lantai di bawah yang dengan cahayanya yang cukup untuk melihat sekitar. Di atas, lampunya benar-benar dimatikan, hanya ada cahaya remang-remang. Bahkan di atas lantai dansa banyak wanita berpakaian minim menari erotis. Beberapa ruangan juga tersedia di lantai dua, entah itu ruangan private atau sebuah kamar.
"Ini dia bos kita datang." Ten berdiri menyambut kedatangan Doyoung dan mempersilakannya duduk di antara para timnya.
"Jadi, kita akan melakukan apa disini? Apa hanya diam saja?" Ten mengkode pada rekan satu timnya untuk memberi ide dan semua orang langsung menoleh kearah lantai dansa.
"Lakukan saja semau kalian atas ingat batasan." Doyoung meletakkan gelas yang sedari tadi dia pegang dan menyamankan duduknya di sofa.
Seketika rekan timnya berhambur kelantai dansa menyatu dengan para wanita berpakaian minim itu.
"Kau sudah baik-baik saja, Doyoung-ah?" Kun duduk di sebelah sahabatnya itu karena masih mengingat kejadian di kamar Doyoung.
"Aku tidak apa-apa. Kau tidak mau bergabung dengan Ten?" Doyoung menunjuk Ten yang sudah menari di tengah lantai dansa dengan dagunya.
"Tidak. Kau tau aku tidak terlalu tertarik dengan ini sebenarnya." Kun ikut menyamankan duduknya di sofa dan menatap para rekannya yang sudah menggila di depan sana.
"Ya, aku juga. Tapi setidaknya aku bisa membuat mereka semua senang sesekali." Doyoung ikut menatap apa yang ditatap Kun.
Kun hanya mengangguk menanggapi perkataan Doyoung itu. Mereka berdiam diri beberapa saat lalu salah satu darinya bicara.
"Kau tahu. Aku memang sudah berdamai, tapi rasa rindu pada orang tersayang memang tidak bisa dibohongi." Kun menatap Doyoung yang masih menatap apa yang ada di depannya.
"Aku sendirian. Aku tidak apa-apa, hanya saja aku kadang merasa untuk apa lagi aku hidup kalau tidak ada orang yang harus kubahagiakan. Harusnya aku juga mati saja agar bisa bertemu orang tuaku." Kun memang harusnya diam saat Doyoung sudah mulai bercerita, tapi kalau sahabatnya itu sudah membawa soal kematian dia tidak bisa.
Tapi sebelum Kun menyelanya, Doyoung dengan cepat melanjutkan perkataannya yang menggantung.
"Tapi itu aku saat belum bertemu kalian. Kau dan Ten yang sudah membantuku bangkit. Aku sangat beruntung bertemu kalian. Jadi mulai saat ini aku ingin kalian selalu hidup bahagia." Doyoung menatap Kun dengan senyum tipis dan di otaknya berdoa agar para sahabatnya bisa bahagia.
"Tapi satu hal buruk itu masih saja melekat di ingatanku. Itu memang sudah lalu, tapi karena tiba-tiba tadi dia masuk di mimpiku. Aku jadi mengingatnya lagi. Mengingat rasa sakit yang orang tuaku rasakan." Doyoung menunduk dan tangannya menarik ujung bajunya.
Ten melihat ke arah Doyoung dan Kun yang sedang bicara. Dan saat melihat ekspresi Doyoung yang tertunduk dalam, dia tahu apa yang sedang sahabatnya itu pikirkan. Pasti masa lalu gelapnya itu. Ten dengan cepat menghampirinya dengan membawa wanita entah yang dia dapat darimana.
"Hei, Doyoung-ah. Kau mau bermain?" Ten duduk di sebelah kanan Doyoung dan menatap sahabatnya itu dengan senyum khasnya.
"Aku sedang tidak ingin." Doyoung melirik sekilas wanita yang duduk dibelakang Ten.
"Bukan ini. Dia milikku. Ada sebuah permainan." Ten merangkul sahabatnya itu berusaha menghiburnya.
Yaa, beginilah cara para sahabat Doyoung menjaganya. Kun yang selalu mengkhawatirkannya dan mendengar ceritanya. Ten yang selalu berusaha menghiburnya dengan cara apapun saat melihatnya sedih. Karena itu Doyoung sangat menyayangi mereka berdua.

KAMU SEDANG MEMBACA
(fool)ley player - JAEDO ?
FanfictionKim Doyoung ; Spiker andalan Neo 27 University. Dengan ketenangannya saat bermain membuatnya dengan mudah mencetak poin dan orang-orang kagum padanya. Tapi apakah itu tetap sama saat dia bertemu dengan seorang Spiker andalan lainnya? Jung Jaehyun ;...