抖阴社区

Chapter 28 [21+]

62.9K 363 4
                                        

Semenjak Prisia melabrak ke penthouse Sutan, sejak itu juga Lula pergi meninggalkannya. Ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal di penthouse sang Papa.

Hubungannya dengan Prisia merenggang, jelas. Begitu juga dengan Nino yang kini memblokir semua akses kontaknya dengan Lula. Padahal Sutan sendiri sudah meminta Lula menghubungi sang Mama dan memperbaiki hubungan mereka. Tapi sepertinya Lula sudah tak peduli.

Meskipun sejak dulu Sutan mengharapkannya, namun ternyata ini tak semenyenangkan yang ia kira. Ia tak suka melihat hubungan Lula dan Prisia juga Nino jadi hancur begini. Meski ia benci Prisia, namun wanita itu bukan satu-satunya antagonis di sini. Sutan juga bersalah. Semuanya abu-abu dan tidak ada yang benar-benar menjadi korban atau pelaku.

Dan disini lah Lula sekarang. Tinggal berdua dengan sang Papa di penthousenya. Situasi itu jelas semacam kebebasan baru, dimana keduanya bisa lebih bebas menguarkan kasih mereka dalam cara orang dewasa—if you know what.

Seperti sekarang, Lula baru saja akan sarapan saat Sutan menerjangnya lalu menyetubuhinya di dapur. Hampir 2 jam berlalu dan kini mereka berakhir di ranjang king size sambil saling melenguh tanpa sehelai benang.

Setelah tadi beradu kelamin dengan berbagai variatif gaya, kini dua insan yang dimabuk asmara itu kembali bercinta dengan gaya misionaris.

Sutan mengukung tubuh Lula sambil mengangkangkan paha gadis itu lebar-lebar. Kedua lengan beruratnya meremas payudara sang putri sebagai tumpuan, sedangkan pinggulnya bergerak kasar maju mundur—menghajar vagina Lula yang sudah memerah dan kebas karena sodokan batang kejantanannya.

"Ohhh.. ahhh.. yahhh.. Kontol Papa gede banget, nghh.. akhh.. arghh.. memek Kakak penuh diisi kontol Papa,"

Gadis itu hanya mampu mendongak dengan bola mata memutar ke atas. Tetesan saliva sampai meleleh ke dagu karena mulutnya yang tak henti-henti mendesah. Semuanya terasa berputar, kepalanya kosong dengan kenikmatan luar biasa yang berpusat di inti vaginanya.

Seperti orang teler, Lula hanya mampu mendesah dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Tubuhnya begitu lemah, pasrah begitu saja menerima setiap sodokan kejantanan sang Papa yang merojok dasar kemaluannya.

Plokk.. Plokk.. Plokk..

"Ughh.. ahhh.. akhhh.. coba bilang, Kak. Memek Kakak lagi diapain?" Satu tangan Sutan terulur, mencengkram leher jenjang Lula yang dipenuhi bercak merah bekas cupangannya.

Cengkramannya tidak begitu kuat, tapi tidak cukup lembut juga hingga membuat Lula terbatuk. Namun justru hal itu membuat tubuh Lula semakin terbakar oleh gelora nafsu.

"Uhuk-uhukk. Dientot. Nghh.. arghhh.. memek Kakak lagi dientot sama kontol jumbo, ahhh.. uhhh.. akhhh.. gak kuat, ngentot kaya gini enak banget Pahhh..," Lirih Lula dengan wajah memerah.

Matanya berkaca-kaca dengan sorot mata pasrah. Sedangkan tubuhnya terhuyung-huyung seiring sodokan Sutan yang semakin meliar.

"Fuckhhh dasar lonte.. uhh.. akhhh.. arghhh.. memek pecun kaya gini emang harus dikontolin sampe tolol..," Tandas Sutan.

Kedua tangan besarnya kini beralih menangkup payudara Lula yang memantul-mantul, mencengkramnya erat sebagai tumpuan sebelum mempercepat tempo genjotannya. Lula kini semakin menjerit-jerit. Bisa ia rasakan perutnya kembali melilit dengan gelombang orgasme yang siap meledak untuk kesekian kalinya.

Plok.. Plokk.. Plokk..

"Ouhhh! Arghhh! Akhhh! Muncrat Pahhh! Memek Kakak mau muncratt!" Teriak Lula dengan tubuh yang semakin mengejang.

"Bareng sayang, angghh.. ahh.. akhhh.. Papa juga mau crot, uhh.. ahhh.. aghh..,"

Peraduan kelamin mereka semakin intens dan liar. Jeritan juga geraman dari kedua insan tersebut terdengar cabul memenuhi ruang tidur megah tersebut. Atmosfer sekitar terasa begitu panas dari gesekan penyatuan kemaluan mereka, membuat keduanya dipenuhi peluh keringat yang saling menyatu.

After HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang