抖阴社区

Chapter 28 [21+]

Mulai dari awal
                                        

Sesaat kemudian tubuh keduanya mengejang, saling melenguh hebat saat melepaskan gelombang orgasme bersamaan. Cairan kelamin mereka meledak membasahi satu sama lain. Begitu juga Lula yang merasakan hangatnya sperma Sutan yang kini meleleh memenuhi rahimnya.

Keduanya saling menatap untuk sesaat, menikmati momen klimaks mereka dengan deruan nafas yang memburu. Sudut bibir Sutan lantas tertarik mengulas senyum tipis, tatapannya yang semula menggelap dipenuhi kilat nafsu kini perlahan mulai meneduh.

"I love you." Bisiknya sebelum menenggelamkan wajah di leher jenjang Lula.

Gadis itu sontak tertegun dengan wajah yang merona merah. Jantungnya berdegup kencang. Dan dengan posisi tubuh telanjang saling menempel seperti ini, Lula yakin Sutan bisa merasakan degup dadanya yang tidak normal.

"I love you too," cicit Lula pelan. Kedua matanya pun memejam, menikmati peluh kelelahan yang menguar dari penyatuan tubuh mereka.

Ting.

Beberapa saat kemudian terdengar dentingan pelan dari ponsel Lula. Gadis itu lantas mengulurkan tangannya, meraih ponsel di atas nakas dengan posisi Sutan yang masih menindih.

"Papa minggir dulu ihh, beraaaatt," rengek Lula sambil mencoba menyingkirkan tubuh Sutan.

Pria itu pun mengerang rendah sambil berguling ke samping. Sedangkan Lula sendiri kini tertegun menatap layar ponsel di tangannya.

Mama: Come home right now. Ada hal penting yang mau Mama bicarakan.

Sebenarnya Lula masih perang dingin dengan sang Mama. Tapi bukan berarti ia tak ingin berbaikkan. Jadi saat Prisia ingin bertemu seperti ini, jelas saja Lula tak akan melewatkannya.

"Pah, Kakak pergi dulu ya," ucap Lula sembari beranjak mengecup bibir Sutan.

"Mau kemana?"

"Ada urusan bentar." Sahutnya. Gadis itu bangkit dari ranjang Lalu memunguti underwearnya yang tercecer di lantai.

"Mau bawa mobil Papa?" Tawar Sutan.

Lula sontak terkesiap sambil mengerjap antusias. "Are you for real?"

Lula memang bisa menyetir, tapi tak pernah diizinkan bawa mobil sendiri mengingat ia pernah kebut-kebutan dan menabrak pembatas jalan.

"Sure, asal Kakak hati-hati aja." Sahut Sutan sambil merogoh kunci mobilnya dari atas nakas. Pria itu pun melemparkannya ke pada Lula yang langsung dengan sigap ditangkap gadis itu.

"Aaaww thank you, Paah." Lula lantas berhambur mengecupi wajah Sutan. "Kakak bakal nyetir pelan-pelan, janji." Serunya penuh kesungguhan. Sedangkan Sutan hanya terkekeh kecil melihat tingkahnya.

Gadis itu kemudian kembali mengecup sang Papa. "Bye bye!" Sahutnya sebelum beranjak pergi.

Sambil mengendarai mobil G-Wagon milik Sutan, Lula pun segera melaju menuju rumah Prisia. Wanita itu ternyata sudah siap untuk pergi ke kantor. Namun ia masih menyempatkan diri menyambut sang putri dan mengajak Lula duduk di ruang tengah.

"Kenapa, Ma?" Tanya Lula tanpa berbasa-basi.

Prisia lantas menghela nafas pelan. Ia menyenderkan punggung di belakang sofa sembari menatap sang putri. Tatapannya menyiratkan kekecewaan, kekesalan, atau mungkin kejengahan. Entahlah, sorot matanya itu sulit untuk dibaca.

"Kemarin Prof Johan ke rumah. Dia temen Papa yang jadi profesor di MIT. And then he ask about you. You know what he say?" Prisia sempat menjeda untuk sesaat. "Dia bilang gimana kabar Kakak setelah batalin penerimaan dari Yale," Tuturnya penuh penekan.

"What?" Lula lantas memekik bingung.

"That's what I thought. Mama bilang Kakak gak diterima, bukannya nolak penerimaan dari mereka. Tapi Prof Johan ngotot kalo Kakak emang batalin pengajuannya, bahkan dia sendiri yang urus langsung ke dekan di Yale. Dan tebak atas permintaan siapa?"

Hening sesaat. Jantung Lula berdegup kencang, dengan ketakutan menguar saat sebuah nama tiba-tiba memenuhi kepalanya.

"Yap, Papa. Papa yang minta buat nyabotase hasil penerimaan Kakak biar gak berangkat," tandas Prisia yang berhasil membuat dunia Lula luruh seketika.

Gadis itu bergeming dengan bibir pucat pasi. Namun sesaat kemudian ia terkekeh, pertahanan terakhirnya untuk tetap denial. "No, I don't believe you. Papa gak mungkin sejahat itu,"

Prisia lantas menipiskan bibir. Tatapannya kini meneduh meyorot iba. "I'm so sorry baby. Maaf karena Mama libatin Kakak dalam hal ini.  You just a kid. Sejak awal Papa cuman manfaatin Kakak buat balas dendam sama Mama,"

Untuk sesaat Lula masih membeku dengan matanya yang berair menahan tangis. "No you're lying, he wouldn't do that." Tepis Lula, mencoba membohongi diri sendiri meski sesat kemudian tangisannya sudah pecah begitu saja. "It's just a fuckin joke. I'm sure he wouldn't do that hiks hiks hiks..,"

After HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang