Amanda banyak termenung semenjak pernyataan cinta yang dilakukan Angga saat itu. Ungkapan cinta itu terus terngiang di benak Amanda. Membuat jantungnya sedikit berdebar karena sudah lama sekali ia tak mendapatkan pernyataan cinta. Kali terakhir ya hanya Sandy.
"Apa aku terlalu kejam ya?"gumam Amanda. "Tapi ... Aku memang nggak suka sama Kak Angga. Mau bagaimanapun juga aku udah memandang dia seperti Abang."
Gadis itu sedang melamun di bawah pohon ketepeng tempat favoritnya saat istirahat mengajar. Berkali-kali ia menghela nafas tanda sedang resah.
"Hallo, Bu Amanda!"sapa Sandy yang tiba-tiba muncul dari belakang Amanda.
Dengan sedikit terperanjat, Amanda menoleh ke sumber suara. "Oh! Sandy."ucapnya.
"Lagi mikirin apa sih sampe aku panggil berkali-kali nggak dengar?"tanya Sandy.
"Hm? Enggak."sanggah Amanda.
"Amanda."
"Hm?"
"Kamu ada waktu nanti malam?"
"Em.... Ada. Kenapa?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam. Bolehkah?"
"Boleh."
"Okey. Nanti aku jemput, ya? Rumahmu masih yang dulu, kan?"
"Iya."
~~~
Malam ini Amanda tampak anggun mengenakan dress nya yang berwarna biru muda. Make up nya terlihat natural namun cantik. Sandy yang melihat kecantikan Amanda seketika terpesona. Matanya tak lepas menatap gadis cantik itu.
"Kamu dari tadi lebih sering menatapku."ucap Amanda.
"Kamu cantik."puji Sandy tulus.
"Thanks."ucap Amanda salah tingkah. Pipinya yang ia poles dengan perona pipi, kini terlihat semakin merah karena malu.
Keduanya pun duduk di sebuah meja di sudut restoran dengan berhadapan. Di meja mereka sudah tersaji makanan yang sudah dipesan sebelumnya. Sambil menyantap makanan yang berada di depan mereka, mereka berdua mengobrol tentang perjalanan mereka selama tak bertemu.
"Amanda."
"Ya?"
"Apa kamu memiliki hubungan spesial dengan Kak Angga?"tanya Sandy.
"Enggak. Kami memang dekat dari dulu. Semenjak kecelakaan itu, dia yang menemaniku setiap waktu. Karena dia, kesedihanku jadi nggak terlalu dalam."
"Aku jadi iri padanya."
"Kenapa?"
"Dialah yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan kamu. Sedangkan aku?"
Amanda tersenyum. Ia merasa seperti sedang dicemburui.
"San, percayalah setelah perjuanganmu bertahun-tahun itu, kebahagiaanmu akan segera datang. Buktinya, kini ingatanmu kembali dan kamu bisa menemui orang-orang di masa lalu kamu."
"Dan juga.... Bertemu denganmu."sambung Sandy.
Amanda tersenyum. "Sandy, mari kita lupakan semua yang telah berlalu. Dan menjalani kehidupan kita yang sekarang dengan bahagia. Okey?"
"Lalu... Bagaimana dengan hubungan kita? Apa akan dilupakan juga?"
Amanda menghentikan gerakan garpunya. Ia terdiam.
"Apa... Kamu sudah mulai jatuh cinta dengan Kak Angga?"
Amanda menggeleng tegas. "Aku nggak pernah menganggap dia sebagai pria yang bisa aku cintai. Bagiku, dia seperti Kakakku sendiri."
