Warning for +21 only
Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca
Happy reading
7/9/24 - 25/2/25
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
pandangan matanya kosong gitu kek nyawanya lepas dari raga abis denger jihan teriak ya nu? 😅😂
Keanu POV
Aku berjalan kembali ke ruangan dengan langkah cepat. Otakku mencoba untuk mengingat-ingat sepertinya waktu dulu aku tidak pernah melihat Jihan marah.
Yang terjadi barusan kali pertama aku melihatnya sangat emosi, aku tahu Jihan sangat ekspresif, tetapi kaget juga melihatnya marah seperti itu kepada teman sekerjanya.
Mungkin aku datang tidak pada waktu yang tepat, dan sekarang aku merutuki diri sendiri, kenapa tidak memintanya datang ke ruanganku lewat telepon tetapi malah memutuskan untuk melihat wajahnya secara langsung karena khawatir terjadi sesuatu padanya setelah kemarin jalan mondar-mandir naik turun tangga dengan membawa odner yang ukurannya tidak ringan berkali-kali.
Dan juga karena alasan aku ingin menggodanya sedikit sebelum memulai bekerja. Tetapi semuanya tidak terlaksana karena Jihan sedang tidak dalam kondisi mood normal. Bisa-bisa aku nanti malah di teriaki seperti yang dia lakukan pada teman sekerjanya barusan.
Aku duduk di kursi lalu menopang dagu, berpikir, kenapa aku merencanakan untuk menggodanya? Jihan bukan lagi seorang anak kecil perempuan tetangga yang sering menginap di rumahku lagi. Sekarang Jihan adalah perempuan dewasa yang sifatnya mungkin lebih berkembang lagi setelah puluhan tahun lamanya kami tidak pernah bertemu.
Dan seharusnya aku menahan diri dan bersikap profesional.
Suara ketukan pintu dari luar terdengar, tidak lama kemudian muncul sosok Eli dengan membawa sesuatu di tangannya, wajahnya tampak ceria.
Perempuan itu melangkah masuk tanpa sungkan sebelum meminta persetujuan dariku.
"Saya minum kopi Lampung yang gambar jempol kiri menghadap ke bawah, selain itu saya gak mau minum, udah kamu bawa lagi kopinya, terima kasih udah mau ngasih saya kopi" Kataku final untuk menolak pemberiannya.
"Oh gitu, ya udah lain kali saya minta cariin kopi yang merknya sesuai dengan yang bapak deskripsikan"
"Tidak usah repot-repot" Kataku cepat, kenapa susah sekali untuk menolaknya walaupun sudah aku tegaskan sedemikian rupa.
"Gak repot kok pak, yang jempol kiri ngadep ke bawah kan, pak?" Tanyanya memastikan.
"Jempol kiri hadap bawah, jenis kopinya arabika" Kataku. Tidak akan di temukan di pasaran manapun karena yang tadi aku sebutkan informasinya salah semua.
"Ok pak, saya nanti minta kirimin kopi yang bapak bilang" Eli maju dan mengambil gelas kertas yang tadi dia bawa.
Wajahnya masih saja ceria, berbanding terbalik dengan Jihan yang apabila berhadapan denganku menampakkan wajah kesal.
Aku melirik pergelangan tangan, waktu tidak berasa bergulir satu jam sejak waktu masuk kerja di mulai.
Ternyata Eli menyita waktu bekerjaku sekian lama.
Tbc
entahlah, jujurly tante ngetik tiap2 chap dari lapak2 belakangan ini kaya kurang sreg mungkin krn tante kurang mendalami karakter yg ada (dan karakter2 yg ada udah tersedia di semua cerita) 😔 maaf ya chapnya sedikit bgt dan ga jelas gini 😩 28/9/24