⚠️No shipper GXG
⚠️Just Siblings
⚠️Just content for fun___$$$___
Klek!
Pintu kayu dengan cat putih yang mulai memudar itu terbuka, suara decitan dari engsel besinya memenuhi ruangan kosong di dalamnya.
Suasana dingin di dalam rumah ini terasa pekat, tak pernah tersentuh lagi oleh momen-momen hangat. Wanita yang memakai kacamata, berpakaian kemeja putih di balut vest rajut berwarna hitam, melangkahkan kaki untuk masuk.
Sepatunya membunyikan suara gema, tangannya perlahan terangkat, mulai menyusuri dinding-dinding yang terasa dingin. Matanya terpejam sesaat, menikmati kedinginan dan rasa sepi yang bersemayam pada rumah yang dulunya hangat.
Ketika matanya terbuka, netranya terfokus pada lantai dua. Lantai yang terdapat 4 kamar yang dipenuhi berbagai kenangan, kakinya melangkah dengan jantung berdebar.
Setiap langkahnya menaiki tangga menuju lantai dua, dada nya semakin terasa sesak, pikirannya kembali memutar berbagai kenangan hangat yang sangat kontras dengan nuansa dingin diatas sana.
Ketika sampai, ia menuju kamar paling sudut. Pintu coklat yang di tempeli dengan stiker-stiker yang kini mulai mengelupas, itu adalah kamar miliknya dengan seorang gadis yang sangat ia sayangi, yaitu kembarannya.
Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu itu. Ia tersenyum tipis, kamar itu masih terlihat sama seperti terakhir kali ia tinggalkan. Masih terdapat beberapa foto yang menggantung di sisi cermin meja hias. Foto yang telah memudar dimakan waktu dan juga suhu ruangan, namun kenangannya masih sangat utuh di ingatannya.
Di beberapa sudut dinding terdapat nama pemilik kamar ini, dua gadis yang selalu bersama sejak di dalam rahim sang ibu.
Choi Jiwoo
Choi Carmen
Always Forever <3Jemarinya menyentuh ukiran yang dibuat dengan crayon itu, dan akhirnya pertahanan yang ia bangun bertahun-tahun lamanya runtuh juga. Air matanya mengalir tanpa permisi, namun ia masih tetap melirik-lirik ruangan tersebut.
Wanita itu membuka sebuah lemari yang masih berdiri kokoh di sudut kamar, isinya kosong. Ia mulai menarik sebuah laci yang ada di lemari itu, sebuah bingkai foto ada didalamnya. Membuatnya mengernyitkan dahi, sejak kapan bingkai foto itu ada disana?
Ia mengambilnya, di balik kaca bening itu, ada potret delapan gadis remaja. Mereka menatap kamera dengan senyuman yang hangat, seolah hari itu tak ada beban sama sekali di pundak mereka.
Tangannya tak sengaja meraba belakang bingkai tersebut, di sana sebuah kertas menyembul dari penutup bingkai itu.
Ia berjalan menuju kasur yang di tutupi oleh kain putih, menyingkirkan kain itu dengan hati-hati agar debu tak berterbangan. Lalu duduk di ujung kasur yang masih terasa empuk, memutar bingkai itu.
Setelah ia buka, di belakang foto delapan gadis itu terdapat delapan amplop yang sepertinya dibuat secara khusus dan sudah sangat lama.
Di depan amplop-amplop itu, terdapat nama-nama pemiliknya dengan gambar stiker kesukaan mereka. Wanita itu mengambil salah satu, yaitu amplop bernamakan dirinya dengan lambang stiker stroberi.
Choi Jiwoo 🍓
Jemarinya mulai merobek amplop itu dengan hati-hati. Didalamnya terdapat satu kertas yang berisi kata-kata ditulis tangan.
Matanya bergerilya cepat membaca setiap kalimat yang tersusun rapi, semakin ia mencoba untuk membaca sampai akhir, semakin sesak dada nya. Seperti sebuah batu menghantam dan menjepit tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Replay of Our Teenage Year
Teen FictionJiwoo kembali ke rumah masa kecilnya yang sempat dikosongkan, ia menemukan suatu surat yang membuat nya merindukan masa remajanya yang hangat. Siapa sangka dia benar-benar kembali menjadi remaja dengan keluarga yang hangat.